PART 5

1 0 0
                                    

"Sebelum gue cerita, lo penasaran gak?" Kata Alexa sambil menyeruput Vanila Lattenya.

Yang ditanyai malah mengangkat kedua bahunya acuh. "Gue gak penasaran sih. Tapi buat lo, gue pura-pura penasaran aja biar lo gak garing."

"Hahahaha receh ya lo."

Dan akhirnya mengalir lah cerita Alexa yang gak seberapa itu.

"Jadi lo ninju muka dia makanya takut?!" Muka Philip memerah menahan emosi menatap Alexa yang terdiam tapi masih sempat-sempatnya mencomot macaroon.
Alexa mengganguk pelan. Baru kali ini dia melihat Philip marah samanya.

"Keren!" Seru Philip sambil mengketekin kepala Alexa.

"Bau lo sana!" Padahal Alexa menikmati bau tubuh Philip yang wangi.

Philip memeletkan lidahnya, mengejek Alexa. "Itu alasan lo makanya nangis gitu?"

Alexa menggeleng dan menunduk. Ia yakin ini bukan saat yang tepat menceritakan seluk beluk traumanya itu.

"Gue tau lo belum siap cerita. Tapi gue bakal nungguin lo kok." Kata Philip dengan senyumnya yang manis.

"Udah malem. Gue anterin pulang." Ajak Philip.

Alexa mengangguk.

***

Flashback on...

"Kak tas biru!" Teriak gue padahal gue sangat-amat-yakin kalau dia tidak mendengarnya karena jarak yang begitu jauh.

"Alexa. Temenin gue ke aula yuk" ajak Adela.

Gue mengangguk dan memasuki gedung aula yang lumayan besar dan duduk di bangku yang berada di tengah aula.

Dari sini tampak jelas panggung lebar yang berisi alat-alat musik.

"Ini bukannya tas kakak itu ya?" Tanya gue pada Adela. Jadi gue udah ceritain semua ke Adela kalau gue penasaran dengan cowok itu.

Adela menggangguk dan mengalihkan pandangan ke depan.

Ah senangnya megang tas biru ini.

Alunan musik klasik lembut memenuhi ruangan ini. Gue mencari asal suara petikan gitar itu.

Kak tas biru mempesona banget!

Akal bulus gue bekerja. Tiba-tiba aja kemampuan photographer gue muncul.

"Hayo! Foto siapa tuh" kejut Grace yang berusaha melihat hasil protetan gue.

Gue yang gugup tak sengaja memencet tombol delete dan argh! Ke delete lagi!

Gue mau ngarahin kamera gue ke arah panggung, tapi tiba-tiba saja yang akan difoto tidak ada lagi.

Kesel!

Pulang sekolah gue harus menyapa kakak itu! Ya harus!

"Siapa namanya Del?" Tanya gue untuk memastikan kalau ingatan gue gak butut.

"Kevin Joseph, Lex"

Gue mengangguk penuh arti. Sekarang yang harus gue lakukan adalah menunggunya.

"Gue balik ya. Bye" seru Adela.

Tinggallah gue yang ditemanin oleh tetesan air hujan yang turun perlahan.

Sekolah mulai sepi. Hujan juga belum reda. Gue memutuskan untuk pulang.

Sekarang aku tersadar
Kevin yang kutunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu
Bila kevin sudah pulang.

"Lex, lo jadi datang kan ke cafenya Yohan?" Tanya Adela melalui telepon.

Gue dan Adela semakin dekat. Sepertinya kami ditakdirkan bersahabat. Hari-hari yang kami lewati penuh dengan kegilaan. Gue sangat bersyukur. Selamanya gue sahabatan dengan Adela.

Twisted MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang