Alexa menceritakan semuanya pada Peny. Pertemuan pertamanya dengan Kevin setelah sekian lama mereka tidak bertemu dan memutuskan komunikasi.
Peny dan Mikha yang bisa prihatin, tidak tahu harus berbuat apa.
Mereka berdua hanya memeluk Alexa, terkadang membelai pelan rambutnya. Memberinya dukungan secara tersirat.
Mikha sedari tadi memendam emosinya yang sedang meluap. Sudah sejak lama dia tidak menyukai Kevin. Yang Mikha tahu, Kevin akan membuat Alexa terpuruk.
"Lo udah tenang?" Tanya Peny pelan ketika tidak mendengar isakan Alexa lagi.
Alexa mengangguk kecil. Dari dalam lubuk hatinya, ia sangat bersyukur memiliki sahabat yang selalu ada baginya. Bahkan disaat tersulit dalam hidupnya.
"Gini Lex. Ini tergantung lo. Lo mau nanggepin apa gimana? Kalo menurut gue sih, lo mending fokus intensif aja dulu. Gue gak mau gara-gara kedatangan dia belajar lo terbengkalai" jelas Peny dengan bijak.
"Bener kata Peny. Udah deh gak usah cengeng karena cowok brengsek itu!" Kata Mikha.
Alexa mengangguk dan mengetikkan sesuatu di hpnya.
To: Past
Maaf kak. Gue sibuk intensif.
Send
"Nah gitu dong! Semangat!" Teriak kedua gadis itu sambil mengangkat kedua kepalan tangannya ke atas.
Brak!
Pintu kamar dibuka secara kasar. Dan tampaklah Erika yang sedang mengatur napasnya,berdiri di ambang pintu.
Erika menatap ketiga gadis di depannya dengan muka datar.
Tampak seorang diantaranya seperti habis menangis dan sepertinya sudah berhenti menangis. Dan kedua lainnya sumringah menatapnya.
"Oh oke. Semua baik-baik aja" kata erika datar sambil mengambil posisi berbaring di tempat tidur.
Beberapa menit ketiganya bengong menatap Erika yang baru datang.
"AAA Erikaaa gue kangen lo!!!" Teriak Mikha heboh.
"Yaampun Er! Gak sopan banget sih lo gak lepas sepatu dulu! Liat nih sprei gue warna kuning jadinya" cerewet Peny.
"Hai Erika" kata Alexa tersenyum manis.
"Pertama, buat Mikha, lo bisa biasa aja gak sih? Lo kayak pertama kali liat gue. Kedua, buat Peny, lo emang gak bisa liat ya sepatu gue kinclong gini dan sprei lo emang warnanya kuning. Dan Terakhir buat Alexa, lo bisa gak sih gak usah senyum? Liat mata lo udah kayak bola basket. Serem gue liatnya apalagi pas lo senyum." Jelas Erika panjang lebar.
Ketiga gadis ini tercengang. Baru kali ini Erika ngomongnya gak irit kayak kartu paket internetan. Kesambet apa nih anak ngomong sepanjang ini? Biasanya juga balesannya oh, iya, gak, hm, okay.
"Demi apa lo bisa ngomong sepanjang itu?" Tanya kami bertiga serempak.
Erika hanya mengangkat bahunya acuh dan melepas sepatunya kemudian menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
"Er? Ini lo kan?"tanya Alexa.
"Hm" balas Erika
"Ini baru lo!" Ucap Mikha senang.
"Gini Erika yang gue kenal" sahut Peny renyah.
"Daripada bego gini mending kita jalan kuy" seru Mikha.
"Gak"
"Mata gue udah bengkak kayak balon gini lo ajak jalan"
"Lagian udah sore Mik harusnya pulang aja entar dicariin ortu. Gak baik pulang kelamaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Mind
RomancePernah tidak suatu kali kamu berpikir tentang cinta pertamamu yang datang pas SMA? Manis. Membuatmu kembali mengingat segala yang pernah terjadi. Apa jangan-jangan aku melewatkan cinta pertamaku hanya karena aku tidak berani mengungkapkannya?