PART 4

2 0 0
                                    

"Lo kok bisa telat sih?" Tanya Mikha sambil mencomot kentang goreng yang barusan ia beli.

"Gila banget! Semaleman gue flashback eh rupanya gue ketiduran dan kakak gue rese banget! Masa dia bangunin gue 15 menit sebelum pukul 8?!"

"HAHAHAHA... uhuk..HAHAHA...uhuk.."

"Mampos lo! Makanya ketawa-ketawa aja gausah sambil batuk" celoteh Alexa.

"Emang bisa di setting gitu?" Balas Mikha sambil meneguk air mineral.
 
"Oh iya! Lo udah tau? Tiga hari lagi Peny berangkat ke Singapore. Bahkan dia udah pergi sebelum kita SBMPTN. Sedih gue."

"Sumpah lo?! Puk..puk..puk.. mau gimana pun Peny kan sedang ngejar cita-citanya. Kita seharusnya ngedukung dia juga." Jelas Mikha.

Alexa menggoyangkan kepala Mikha,"Tumben otak lo bijak gini!! Gak nyangka gue liat perkembangan otak lo."

"Anjir sialan. Kuy ah masuk kelas lagi. Gue semangat nih mau belajar!" Teriak Mikha semangat '45.

Alexa melirik ke arah Mikha yang baru sepuluh menit mengucapkan semangatnya kini molor di meja dengan buku yang menutupi kepalanya.

"Dasar anak curut. Mana semangat lo tadi bego" gumam Alexa.

Alexa tahu dirinya tidak sepintar Delphi, yang dulunya selalu ranking satu di kelasnya. Dia juga tidak bisa menghapal secepat Mikha. Dia tidak bisa seberuntung Erika yang bisa jebol jalur undangan. Tentunya dia tidak sesemangat Peny yang mengejar cita-citanya sampai ke negeri seberang.

Ia hanyalah Alexa Abigail. Yang harus berlatih soal terus menerus dan belum tentu bisa berhasil. Salah satu kelebihan yang menonjol adalah kecantikannya. Itu juga kata orang-orang.

Namun meskipun demikian, baginya dirinya tak bisa dibandingkan dengan kecantikan Adela Fania, meski sebenarnya Alexa lebih cantik.

Tapi dia terlalu tidak percaya diri. Kemudian teman-temannya datang memberikan dukungan dan semangat. Alexa begitu menyayangi sahabatnya.

Alexa menyusun bukunya ke dalam ransel dan berjalan keluar kelas bersama Mikha, "Gue balik ya Mik"

"Lo gak mau balik sama gue? Udah mendung gini" balas Mikha.

"Engga usah. Gue mau liat buku di depan dulu. Bye!" Seru Alexa sambil berlari kecil meninggalkan Mikha yang sudah masuk ke dalam mobilnya.

Alexa melihat lihat buku yang menarik perhatiannya. Toko buku adalah kesukaannya. Selain bau hujan, dia sangat menyukai bau buku baru. Cita-cita Alexa ingin membangun gramedia hihi.

Sepi.

Biasanya toko buku ini ramai. Tapi tak apalah malah ini membuat dirinya nyaman.

Pandangan Alexa tertuju pada salah satu buku yang berada di rak buku yang jauh dari jangkauannya.

Biasanya kalau di sinetron ada sebuah tangan pria yang membantunya untuk mengambil buku itu. Alexa tersenyum geli.

Mana mungkin ada begituan. Disini hampir tidak ada orang. Malah lebih seram jika tiba-tiba ada yang membantunya. Hiiiy!

Alexa berusaha meraih buku itu meski tidak terjangkau. Alexa punya ide! Kakinya mulai menaiki rak bawah yang lumayan kosong dan berjinjit mengambilnya.

Gotcha!

Akhirnya dapat!

Krek! Bruk!

OMG! Sialan! Kok bisa patah..

Alexa buru-buru menutupi rak buku itu dengan buku-buku. Sambil melihat ke arah sekitar untuk mengetahui siapa yang melihat perbuatan kejinya.

Rak buku yang malang.

Twisted MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang