Bab 8. The Long Journey

20.5K 1.8K 127
                                    


Here is this Lavendria buat yang masih setia baca....

Typonya tolong ya...beneran...aku lagi males edit lagi...

****

Langkah Lavendria terhenti. Seorang wanita tua berdiri angkuh di depannya dengan dagu yang terangkat begitu tinggi.

Lavendria menekuk satu kakinya dan membungkuk memberi hormat pada wanita itu.

Lady Margarethe Sheringford. Ibu dari Eugene dan Anthony Sheringford.

" Hentikan basa basimu. Aku heran mengapa Arthur bisa terjerat juga olehmu. Atau...keahlianmu memang menjerat kami? Kaum bangsawan? Lalu apa yang ada di benak Cecile hingga mau menerimamu sebagai calon menantu? Kau ini ular berbisa!", ujar Lady Margarethe dengan suara pelan penuh penekanan.

Lavendria hanya mampu terdiam. Berbagai pikiran tentang masa lalu berkecamuk di kepalanya.Bahunya bergetar. Seperti bertahun lalu saat sang lady terhormat di hadapannya ini berteriak mencaci dirinya.

" Saya permisi my lady", ujar Lavendria sambil melangkah ke arah pintu rumah.

" Ya...ya...kau bahkan tidak tahu tata krama", bisik lady Margarethe sambil mencekal lengan Lavendria yang sudah akan melewati sampingnya.

" Saya permisi", ujar Lavendria sembari menarik tangannya. Dia berjalan cepat tanpa menoleh lagi. Masih di dengarnya sang lady mendengus dan membuka lipatan kipasnya.

Lavendria masuk ke kamarnya dengan pelan. Berjalan masuk ke kamar mandi dan mulai mandi dengan pikiran yang kalut. Bagaimana harus bersikap sekarang saat tiba - tiba lady Margarethe, perempuan yang begitu membencinya ada di sini? Berada satu rumah dengannya?

Lavendria menyelesaikan mandinya dengan cepat dan mendapati Abigail sudah ada di kamarnya. Membenahi baju dari sebuah keranjang ke dalam lemari.

" Apakah kau baik - baik saja?", tanya Abigail sambil menatap wajah Lavendria yang tengah mengenakan baju.

" Hmm...aku baik - baik saja, Abi", ujar Lavendria lirih sambil membuang pandangannya ke arah jendela.

" Tidak. Kau pucat sekali", ujar Abigail lagi.

" Tidak apa - apa Abi. Aku baik - baik saja. Jangan terlalu khawatir. Aku hanya sedikit lelah", ujar Lavendria sambil duduk di tepi ranjang.

" Mertua Lady Annelise itu benar - benar rewel. Aku kesal sekali dengan sikapnya. Tapi anak - anaknya baik hati", ujar Abigail sambil terus mengerjakan pekerjaannya.

Pembicaraan mereka akhirnya agak sedikit berbisik.

Lavendria tersenyum masam. Memang harus di akui, mulut lady Margarethe sangat pedas.

" Baiklah. Aku akan kembali menjelang makan malam Dria", ujar Abigail sambil membenahi keranjangnya.

Lavendria mengangguk dan tersenyum pada Abigail.

" Oh ya Abi...penjaga gerbang ranch...aku tidak melihatnya", ujar Lavendria.

" Oh...Tuan Jesper pulang. Istrinya melahirkan", ujar Abigail sambil menutup pintu.

Lavendria berjalan ke arah jendela. Dari sisi depan kamar ini, dia bisa melihat gerbang ranch yang benderang. Pos penjagaan terlihat sepi. Tidak terlihat Tuan Jesper seperti biasanya. Siang hari tadi Lavendria hanya melihat seorang pemuda, anak penjaga istal menggantikan tugas Tuan Jesper untuk sementara.

Lavendria terus mengamati area gerbang yang sunyi. Pandangan matanya kabur oleh airmata. Apapun yang di pikirannya, Lavendria hanya ingin Arthur bahagia. Pria itu terlalu baik. Sangat pantas untuk mendapatkan bahagia yang sesungguhnya.

LAVENDRIA ( THE SLUT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang