TAD lima belas

7.3K 1.1K 92
                                    

Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir batin.

***

Siap??


Bener udah siap??





Yakin?




Beneran?




Hahaha

***

--DAT 15--

***


Sekuat tenaga aku menahan kakiku untuk tidak berlari di lorong rumah sakit yang masih basah. Tujuan utamaku sepagi ini berada di rumah sakit bukanlah VK seperti biasa, melainkan kantin. Tanpa seragam aku menerobos taman yang banyak dihuni sementara keluarga pasien.

Semalam aku tidak bisa tidur menunggu kabar dari Ali. Aku takut sesuatu yang buruk menimpanya. Mas Rezeki tadi pagi saat aku menelponnya bilang semalaman Ali tidak muncul di rumah sakit. Tidak ada lagi yang bisa kutanya tentang keadaannya, jadi aku putuskan untuk pergi ke kantin pagi ini, untuk memastikan sendiri Ali dalam keadaan baik-baik saja.

"Permisi-permisi," kataku pada Ibu-Ibu bertubuh tambun yang memegang termos.

Ibu-ibu itu menyingkir, membuat mataku bisa menjarah seluruh penjuru kantin. Hanya ada beberapa orang, sehingga membuatku mudah menemukannya meskipun dia duduk membelakangiku. Ada dua orang laki-laki di depannya, satu Dokter internship, Dokter Yasha, dan Mas Gibran perawat ruang Ok.

Mereka sedang mentertawakan entah apa, membuatku bisa bernapas lega. "Syukurlah, dia baik-baik saja."

Aku tidak akan mengatakan jika aku tidak sedih, tidak marah, maupun tidak kecewa. Aku merasakannya. Namun, semua itu tidak lebih penting dari melihatnya baik-baik saja. Saat dia baik-baik saja, saat itulah aku bisa melampiaskan semua yang kurasakan karena ulahnya sepuas hati.

"Gila! Prilly cantik juga ya ternyata?" Langkah kakiku langsung berhenti. "Ck. Coba dia lebih bersosialisasi."

Mas Gibran terkikik mendengar perkataan Dokter Yasha yang membuat senyumku langsung terbit. "Setahuku Prilly itu bukannya ansos, tapi memang bukan termasuk cewek-cewek yang suka menonjolkan diri. Dia tipe-tipe kalau belum kenal pasti dibilangnya pendiem, tapi kalau udah kenal juga tahu kalau Prilly bisa rame juga."

"Aku jarang ketemu sih, padahal aku koas pertama kali kenal dianya, ini internship udah mau kelar setahun bisa dihitung pakek jari ketemunya, itupun karena aku yang ke VK," ujar Dokter Yasha.

"Kalau aku sih masih seringlah ketemu kalau dia ke OK mau SC kayak kemarin, eh tapi ngomong-ngomong Li kok bisa kamu pergi bareng Prilly bukan sama Kum?"

Pertanyaan Mas Gibran membuatku menajamkan pendengaran. Ali yang sejak tadi tidak ikut bicara karena sedang makan, meraih botol air mineralnya. "Emang aku mau pergi sama Prilly," jawabnya sebelum meminum habis airnya.

Kadar kemarahanku langsung turun 25% mendengar jawabannya. Di depan teman-temannya Ali mengatakan sesuatu yang membuatku berbunga-bunga. Aku berjanji tidak akan mencubitnya nanti saat aku meluapkan kekesalanku.

"Bukan karena Kum nggak bisa pergi terus kamu ajak Prilly, kan?" Eh.

"Hahaha." Dokter Yasha justru tertawa mendengar pertanyaan menyelidik Mas Gibran. "Kayaknya emang iya Bran, soalnya semalam Dokter Kum emang ada jadwal operasi kista, ada kali lima pasien. Aku denger kemarin di ruang nifas. Hahaha, kasian si Prilly cuma dijadiin ban serep."

The annoying doctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang