TAD tiga belas

8.6K 1K 34
                                    

"Kemarin jadi dijemput Dokter Ali?" Yaumi langsung berbisik saat kami tidak sengaja bertemu di parkiran. Kita sift siang.

Aku mengangguk. "Jadi. Kenapa?"

"Kok sekarang nggak dijemput lagi?"

"Yee, emangnya dia supir. Antar jemput tiap hari," kataku.

"Ya kali aja. Terus gimana?"

"Apanya?"

Yaumi mendorong bahuku. "Sok nggak ngerti! Gimana, udah tahu belum gimana perasaanmu ke Dokter Ali?"

Aku menghela napas dalam. "Aku ngerasa nyaman sama dia. Aneh ya? Padahal kan kemarin-kemarin aku sebel banget kalau deket dia."

Yaumi nyengir. "Sebenernya ya, kamu marah-marah, ngomel-ngomel soal dia tuh artinya kamu notice dia. Kamu merespon kehadiran dia, nggak mengabaikannya. Itu tanda loh kalau sebenernya kamu nyaman sama dia."

"Kata siapa tuh?"

"Kataku barusan, anjir."

"Hahaha. Bisa jadi sih."

Membayangkan setiap pertemuanku dengan Ali yang selalu dihiasi keributan, membuatku tersenyum merasa lucu. Sejak menyadari dan menerima akan adanya rasa berbeda untuk Ali di hatiku, aku merasa menjadi lebih ringan. Menerima dengan senang hati segala perhatian-perhatiannya, godaan-godaannya, bisa menciptakan rasa berdebar yang menyenangkan.

"Yailah. Tahu deh yang lagi kasmaran, senyum-senyum mulu."

"Syirik ah. Sana cari gebetan. Entar kalau aku punya pacar, kamu bakal tambah ngenes loh," kataku membuat Yaumi mencebik.

Aku dan Yaumi sudah sampai di depan VK. Melepas sepatu dan mengganti dengan sandal milik kami masing-masing yang memang khusus untuk di dalam ruangan.

"Prilly."

Panggilan itu membuat aku dan Yaumi menoleh. Yaumi berdecak melihat siapa gerangan yang memanggilku. Aku sendiri tidak dapat menahan senyum.

"Baru juga diomongin udah muncul aja," gumam Yaumi pelan.

"Selamat siang Mbak Yaumi."

"Siang Dokter."

Aku tahu Yaumi sengaja tetap berdiri di dekatku sambil bersedekap. Mengabaikan kode yang aku berikan agar dia masuk duluan. Dia hanya sedikit mundur memberiku ruang. Aku sudah harap-harap cemas dengan apa yang akan Ali katakan.

"Hai," sapa Ali padaku. "Baru datang?"

Aku mengangguk. Entah kenapa aku merasa Yaumi sedang menahan tawa di belakangku. "Belum pulang?"

"Sebentar lagi pulang. Sengaja nungguin kamu datang," jawabnya. Duh.

Aku berdehem. "Ada apa?"

Ali tersenyum, melongok ke belakangku melihat Yaumi. Hal itu juga menarikku untuk ikut menoleh melihat Yaumi. Si kampret sedang menunduk pura-pura memperhatikan kukunya, padahal jelas terlihat dia sedang menahan senyum.

"Kamu datang ke pernikahan Dokter G?"

Aku berusaha mengingat kapan pernikahan itu, begitu ingat bahwa besok acaranya aku mendesah kecewa. "Kayaknya enggak deh. Soalnya besok aku masih sift siang. Acaranya sore kan?"

Bisa aku lihat wajah Ali yang juga berubah muram. "Yah sayang banget ya? Padahal saya pengen datang bareng kamu."

Aku tersenyum senang sekaligus tidak enak. Mau bagaimana lagi, memang aku sedang tidak bisa. Tugas negara di atas segala-galanya. Kalau aku tidak harus masuk pasti dengan senang hati akan mengiyakan permintaannya.

The annoying doctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang