Bab 6

52 12 0
                                    

Shila's pov

Hari ini aku akan pergi ke puncak bersama Max ! Bahagia sekali rasanya. Kita akan menikmati sejuknya puncak, makan jagung dan yang pasti hanya berdua saja.

Pikiran itu membuatku senyum senyum sendiri. Aku memanadang bayangan ku di cermin.

Apa aku sudah terlihat cantik ?

Selalu seperti ini ketika hendak pergi bersama Max, bingung untuk memilih pakaian yang pantas. Walau Max selalu berkata aku bagus menggunakan pakaian apapun, itu sama sekali tidak membantuku. Entah mengapa aku selalu ingin tampak sempurna di depannya.

Tin... Tin...

Cepat sekali datangnya pikirku.

Sepertinya dia benar benar tidak sabar, hingga datang sebelum waktunya. Padahal, sekarang masih jam setengah 2. Aku memilih untuk menyelesaikan dandananku dahulu baru turun. Pasti bibi sudah mempersilahkannya untuk masuk.

Perfect !

Aku memandangi diriku kembali di cermin dengan senyum puas. Setelah siap aku segera turun menuju ruang tamu.

"Hai Max," sapaku pada Max.

"Beautiful..." Katanya sambil menatapku cukup lama.

"Apa sih ? biasa aja kali. Kamu kan sudah sering melihatku," kataku

"Yang ini lebih cantik," jawabnya.

"Gombal deh, ayo berangkat," kataku sambil menahan malu.

"Ini belum jam 3 Shila," katanya sambil melihat arlojinya.

"Tapi waktu kita untuk ke puncak tidak sebentar kan ?" jawabku sambil menarik tangannya keluar.

"Bibi, saya berangkat dulu ya," kataku.

"Iya non, hati hati di jalan," jawab bibi sambil melambaikan tangan dan tersenyum. Aku membalas lambaiannya dan segera keluar bersama Max.

***

Ari's pov

Aku menatap langit langit kamarku.

Siapa Max itu ?
Mengapa dia begitu dekat dengan Shila ?
Mau apa mereka di puncak ?

Aku mengacak rambutku kesal. Laki laki tadi benar benar menempel pada pikiranku.

Apa gue telpon Arnold aja ya ?
Tanya ke dia siapa itu Max dan hubungannya dengan Shila.
Pikirku tiba tiba.

Ok gue bakal telpon Arnold putusku.

Aku segera mengambil hpku dan menelpon Arnold.

"Halo," terdengar suara Arnold.

"Hai, Arnold ?" Tanyaku memastikan.

"Iya dengan saya sendiri, siapa ya ?" Tanyanya, aku menahan tawa mendengar dia berbicara formal dengan suara medog nya atau apalah itu.

"Ini Ari Nold," jawabku menahan tawa.

"Oooo Ari toh, tak kiro sopo, eruh nomorku tekan Endi ?" Tanyanya.

"Kan lo sendiri yang ngasih ke gue kemarin," jawabku.

"Oh Iyo ya, ono opo Ri ?" Tanyanya lagi.

Theater Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang