Karen

17K 187 18
                                    

Setelah pulang sekolah Candle langsung mengganti bajunya dengan baju basket, dan bersiap pergi ke lapangan.

"Sekarang angkat tangan untuk yang baru gabung" kata Karen.

Candle mengangkat tangannya tinggi, jadi dapat dilihat Karen. Karen hanya senyum sama Candle. Ekskul basket memang memiliki peminat yang lebih banyak, salah satunya karena Karen yang sering ngajar basket buat hobinya waktu lagi kosong.

"Yang baru gabung gue yang ajar, yang sudah lama si Riko yang ajar" kata Karen sambil nunjuk Riko.

"Gue tau lo nyuruh gitu, supaya bisa dekat sama yang cantik itukan. Lo mah gitu" bisik Riko.

"Lo apaan sih? Mending lo ngajar noh" kata Karen sambil mendorong Riko.

"Lo Candle Madelin kan?" Kata Karen mengulurkan tangan dan dibalas Candle.

"Iya, panggil Elin aja lo manggil Candle Madelin kepanjangan"

" Oke karena cuman lo anak yang baru masuk jadi gue yang ajar, nggak apakan?" Kata Karen menampilkan senyum andalannya.

"Iya nggak apa kok, jadi kita mulai darimana nih?"

"Gue ajar lo dribble aja dulu yah"
Candle hanya menjawab dengan anggukan.

Tanpa mereka sadari, banyak anak-anak yang latihan menatap Candle sinis, karena Karen jarang mau mengajar anak baru biasanya dia akan menyuruh Riko. Menurutnya mengajar anak baru itu susah, rumit, dan bikin cepat naik darah. Tetapi tidak dengan Candle, entah mengapa mengajar Candle lebih menyenangkan. Karena dapat melihat kelucuannya, yang mendribble bola sampai-sampai bolanya terpantul tinggi.

"Ngomong-ngomong, pulang gue anterin yah?"

"Aduh lo tau banget kalau gue nggak dijemput"

"Hehe..sebagai calon pacar gue harus peka"

"Ha? Ya kali baru kenal langsung mau dijadiin calon pacar"

"Nggak ada yang mustahil Elin selama itu gue yang mustahil jadi tidak mustahil"

"Haha, emang lo apaan Karen"

"Gue calon pacar neng cantik ini"

"Ngareb amat bang, udah kalau gue bicara sama lo nggak bakal selesai. Mending antar gue pulang aja yuk"

"Yuk"

...

Setelah beberapa minggu kenal dengan Candle, Karen mencoba peruntungannya dengan menembak Candle secara langsung setelah latihan basket.

"Candle"

"Kenapa?" Kata Candle sambil mengusap keringatnya.

"Ada yang gue mau omongin, boleh ke depan kantin nggak?"

"Ke depan kantin pasti dibolehin lah Karel emang gue penjaga kantin ngelarang lo ke kantin"

"Ish.. Elin mah ngomongnya serius malah becandaan"

"Haha lagian lo gobloknya dipelihara sih"

"Terserah lo deh, buruan ke depan kantin gue tunggu lo disana"
Kata Karen sambil ngelambain tangan.

"Si bego ngapain nyuruh ke kantin yah? Ya kali gue mau disuruh jadi penjual kantin, mana ada cantik gini jadi tukang kantin. Memang tuh anak rada goblok" batin Elin.


...

"Ngapain lo nyuruh gue ke kantin? Mana sepi gini penjual kantin udah pada pulang. Kalau mau traktir itu pas penjual kantinnya masih ada Karel" kata Candle nyerocos.

"Emang siapa yang mau ngajakin lo makan?"

"Lo kan? Emang ngapain lo manggil gue ke kantin?"

"Gue mau ngomong sesuatu" kata Karen gugup.

"Haha eh Karen goblok lo udah ngomong dari tadi kali. Yah ngomong aja, mana ada gue ngelarang ngomong"

"Kok lo ngeselin yah, tapi tetap lucu kok" kata Karen menyentil dahi Candle.

"Aduh.. sakit kampret, cepetan lo mau ngomong apa. Mulai seram nih kantin"

"Lo mau nggak jadi pacar gue?" Kata Karen spontan.

"Mm... gimana yah, lo ketinggian buat gue. Gue aja tingginya cuman sampai ketiak lo, nanti dikirain adik kakak lagi. Kalau lo rangkul pundak gue entar gue tenggelam di ketek lo"

"Nggak gitu juga kali, emang masalahnya apa? Gue itu tinggi idaman tau. Jadi lo nolak gue?" Kata Karen dengan muka galau.

"Emang gue ada bilang nolak lo gitu? Lo lama-lama mirip Gisel loh goblok gimana gitu"

"Heh, makanya lo ngomongnya panjang banget. Biasanya orang ditanya pertanyaan tadi. Jawabannya cuman Ya atau Tidak. Yah lo jawabannya bikin gue ambigu tau nggak"

"Hehe... lo kan tau gue orangnya gitu. Gue mau kok" kata Candle memeluk Karen.

" Yes.. gue kirain lo nggak mau, yuk pulang" kata Karen dan cuman dijawab anggukan oleh Candle.

Dalam perjalanan ke parkiran. Candle dan Karen harus melewati lapangan basket, dan dengan cepat Karen mencium bibir Candle.

"Eh lo apaan? Main nyium bibir imut gue" kata Candle memegang bibirnya.

"Bagaimana bibir lo seksi banget, jadi pengen gue gigit"

"Emang gue makanan apa, nanti kalau ketahuan gimana"

"Lah mereka udah pada diparkiran, kan lo sudah jadi pacar gue Elin sayang jadi enggak apa" kata Karen mulai mencium bibir Candle.

Tanpa mereka sadari seseorang melihat mereka dari kejauhan sambil mengepalkan tangan, entah mengapa melihat Candle tersenyum dan berciuman dengan orang lain membuatnya jengkel.

Hot girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang