PIL 3

100 7 0
                                    

+Gue nggak kenal elo. Tapi lo mudah banget ngenalin diri lo sendiri. Dan kini hati gue memihak ke elo. Tapi gue nggak+
-Dheana Refalita Sinaga

"Juan keluarlah nak"

Mama memanggil gue dengan suara ciri khas nya. Untung gue pakai handsfree itupun masih kedengeran. Tapi itu cara gue buat cari alasan.

  "Shell, panggil juan"

  "Oke mah"

  Gue menikmati alunan musik rock yang kemarin baru saja gue nyanyikan bersama teman gue saat ngafe.

   "Keluar, ada tamu"

  Gishell masuk tanpa mengetuk. Gue gak suka itu. Gue mengabaikan dia dan melanjutkan nyanyian gue.

  "Bang juan yang ganteng, berhati mulia, rajin dan tak lupa beribadah. Keluar yuk. Ada tamu jauh tu yang datang" Terlihat manis namun terpaksa.
 
  Gue abaikan lagi. Sebenarnya gue takut, kalau tu anak bakal ngeluarin suara badai nya. Tapi tenang, volume akan gue perbesar.

  "Oke. Deluan aja".
Entah hal apa yang buat gue mau menuruti perintah bocah itu. Dan gishell keluar dengan sudut bibir yang di naikkan ke atas.

                                ***

Gue turun perlahan menuruni anak tangga. Gue lihat ada beberapa orang di ruang tamu gue. 3 orang. Gue gak kenal itu sebelumnya.

    "Eh juan akhirnya turun juga. Mbak vita, ini juan anak tertua saya. Juan kenalin, ini mbak vita tetangga kita dulu pas di bengkulu. Ini suami nya mas defan. Dan ini anaknya Dhea. Mereka pindah di daerah rumah kita. Tepatnya 2 rumah setelah rumah kita"

  Gue hanya mengangguk. Barang kali gue faham, tapi enggak. Otak gue blank.

   "Juan, bilang ke bi yuyun buatin minuman buat mereka bertiga ya" Mama memerintahkan gue seolah gue lah anak gadis dirumah itu.

  "Gishell aja mah"

  "Lu yang disuruh bang" Gishell tampak manis namun hanya berlagak.

  "Aduh. Maaf mbak mereka memang begini. Susah di suruh. Sebentar ya" Akhirnya mama yang menemui bi yuyun. Sungguh gishell yang durhaka.

  "Juan sekarang kelas berapa nak?" Tante itu bertanya seolah tak mengenali gue. Memang tidak. Tapi gue rasa dia tau, dia kan dulu tetangga gue.

  "Pasti kelas 2 SMA kan ju?" Sambung om yang jadi suami si tante. Gue heran kok bisa si om tau sih.

  "Haha iya om, jago juga menebak ya"

  "Bagaimana bisa menebak, om kan dulu yang masukin kamu ke sekolah TK di seberang sana"

  "Hahaha" gue tertawa. Dan semua ikutan tertawa kecuali gadis yang duduk di tengah tengah orang tuanya itu. Jangan kan tertawa, membuka mulut nya saja dia tak berniat. Gue gak suka. Dia jutek. Matanya sinis banget. Gue rasa dia gak suka bicara. Dan dia adalah satu satunya orang yang gue temui dengan prinsip tak suka tertawa. Aneh tapi lucu. Tetap saja gue gak suka.

   Setelah lama saling berdiam, akhirnya mama datang dan membawa minuman yang dimaksut.
Gue adalah orang pertama yang meminum itu. Gue haus.

  "Dhea kok gak diminum sih esnya?"

  Dhea. Gadis itu hanya tersenyum seadanya dan mengambil secangkir es di hadapannya kemudian meminumnya. Aneh, ada ya orang yang betah tak berbicara seperti dia. Apa dia bisu? Lain cerita

  Mereka sempat mengobrol ini itu membahas masa lalu yang suram maupun menyenangkan.

  Gue muak untuk ini. Gue beranjak dan kemudian menjauh dari mereka semua. Gue berniat untuk kerumah natha sore ini. Gak perduli dia sibuk ataupun enggak. Entah kenapa gue benar benar merindukan dia detik ini.

PEJANIR (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang