PIL 9

60 4 0
                                    

+Jika takut tersakiti lagi, maka jangan menerima lagi. Karna bisa terjadi kesamaan untuk menguji kita yang keras kepala+
-Dheana Refalita Sinaga

   Tak sadar, juan dan dhea telah melewati rumah natha. Dan juan seolah cuek untuk itu. Padahal matanya juga mencuri pandangan ke rumah natha.

   "Eh, kayaknya sebentar lagi hujan turun deh" Celoteh dhea dari belakang tubuh juan saat di perjalanan.

Seketika
CIIIIIITT
Juan ngerem mendadak.

"Eh lu kenapa?"

"Lo yakin bentar lagi hujan?"

"Lo liat tu diatas."

Juan mendengak memperhatikan langit yang menggelap.

  "Kayaknya kita harus pulang deh."

  "Pulang? Apa apaan?"

  "Iya. Besok aja kita lanjutin perjalanan."

"Nggak."

  "Kali ini jangan cengkal." Juan memutar balik ke arah belakang. Namun

  "Kalo lo balik, gue loncat."

  Mereka saling diam. Tepat didepan
Trotoar itu dhea menunjuk ke arah sana.

"Neduh disana aja. Gue mau menikmati hujan."

"Lo gila ya? Nggak. Kita harus pulang".

  "Kalau gitu lo aja pulang. Gue tetap disini."

"Nggak bisa. Lo harus ikut gue pulang."

Keduanya saling egois. Tak dapat menyelesaikan masalah sekecil itu

"Tapi kenapa?"

"Karna gue nggak suka hujan. Bahkan benci." Mata juan menatap dhea pekat

"Tapi gue suka." Begitu juga dhea.

"Lo kuno kalau lo suka hujan."

  Mata dhea menajam, merasa perkataan juan menusuk relung hati paling dalam yang dimilikinya.

"Gak ada yang lebih kuno selain pulang karna gak mau kena hujan. Lo pulang. Gue akan tetap disini." Dhea turun dari motor itu dan melangkah sedikit saja untuk bisa ke trotoar. Karna di tempat itulah moment menikmati hujan bisa lebih indah dirasakan.

"Oke."

Dhea berhenti. "Lo nggak bertanggung jawab." Lalu melanjutkan perjalanannya lagi.

  'Oh shit. Gue harus apa? Hanya karna hujan gue dibilang nggak bertanggung jawab'

  "Maaf dhe, kali ini gue gak bisa sejalan dengan lo." Juan memutar balikkan arah untuk pulang. Meninggalkan dhea yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya itu. Sebegitu bencinya dia dengan hujan.

  "Eh hati. Lo liat kan? Dia itu bukan tipe gue. Gue ajak dia menikmati hujan barengan, tapi apa? Dia malah ninggalin gue sendiri disini meninggalkan tanggung jawab dia. Bahkan dia benci hujan. Dan gue benci sama orang yang benci hujan. Gue benci-"

"Punya lo?"
Seorang cewek berpakaian sederhana menghampiri dhea dengan botol kaca kecil segenggaman yang digenggam cewek itu.

Dhea membelalak matanya dan mengatakan "Hah? Astaga." langsung merantap dan sesekali memperhatikan cewek itu dan botol yang kini di tangannya.

  "Tadi jatoh. Kebetulan lo masih ada."

  "Oh makasi ya makasi. Lo udah nyelamatin hidup dan mati gue." Dhea tampak gelagapan. Entah apa isi botol itu sampai dia benar benar membutuhkannya.

PEJANIR (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang