PIL 6

73 6 0
                                    

+Gue nggak tau harus apa. Gue nggak pernah belajar mencintai elo. Itu terjadi dengan sendirinya+
-Dheana Reafalita Sinaga

AUTHOR POV
Dirumah bertingkat 1, gadis susah move on itu tak bisa memejamkan matanya untuk dikategorikan sebagai Tidur. Dia memilih untuk memainkan ponsel nya terlebih dahulu, mengecek apa saja yang dilakukan para alayers di bbm,instagram,whatsapp dan lain lain.

Tapi tiba tiba ada sms yang masuk di gadjet dhea dengan kategori tanpa nama. Dia menggoda cewek cantik itu dengan bahasa nya tersendiri. Dan sempat ada konflik disana.

  Dhea segera mengganti pakaian tebal, karna udara malam dijakarta juga sesekali dingin. Dhea memutuskan untuk keluar rumah dengan waktu pukul 22:15 pm. Sebenarnya itu terlalu malam untuk cewek itu menyesuaikan diri di lingkungannya, tapi demi harga diri dia akan melakukan apapun.

  Cewek anggun itu mengendap ngendap turun dari tangga seperti pencuri yang tak ingin dirinya ketahuan pemilik rumah. Akhirnya dengan cara yang berbahaya, dhea berhasil keluar rumah tanpa diketahui oleh mama papanya. Ya, lewat pintu dapur. Awalnya dia bingung dimana letak berbagai pintu dirumah baru nya itu. Kondisi rumah gelap karna lampu sudah dimatikan. Itu kesusahan yang di dapat oleh dhea.

  "Gimana gue bisa tau tempat yang disuruh orang gak waras itu, huh. Gue cuma tau ancol dufan disini. Itu aja" Dhea sempat ngedumel saat sudah sampai di pagar rumah nya. Dia masih berdiam diri disana. Bingung dengan apalagi yang harus dilakukannya di malam hari begini.

  Berbeda dengan juan, dia sangatlah mudah memaikan perannya. Karna kabur dari rumah adalah makanan sehari hari nya. Oh tidak, mungkin vitamin. Kini juan telah berada di luar rumah dan yang kalian harus tau, juan pasti melewati rumah dhea karna itu adalah satu satunya lalu lintas yang harus dilewati setiap pengemudi untuk ke kota.

  Saat di depan pagar rumah dhea, lagi lagi mereka bertemu. Yang satunya dengan anggapan kesal, yang satunya lagi senang karna suka menggoda.

  "Elu? Ngapain malam malam diluar?" juan memberhentikan motor nya saat matanya tertuju pada dhea yang berdiri dengan wajah cemas.

Semua tau bahwa dhea pasti memasang wajah bete' dan sinis. Itu cara dia menutupi perasaannya dari juan.

  'Astaga juan, kenapa selalu ada elo sih ah' Dhea membatin kesal.

  "Hey, lo nggak takut? Di jakarta jam segini banyak geng motor lo. Dan mereka sering lewat sini. Apa tubuh lo cukup matang untuk itu? " Juan menaikkan alis nya lagi lagi dengan senyum licik. Namun kelihatan berbeda dari mata dhea.

  Dhea masih mengabaikan ucapan benar itu. Dia melangkahkan kaki sedikit untuk menjauh dari tubuh juan karna alasannya keluar rumah bukan untuk berjumpa para geng motor. Lagi lagi ini menyangkut harga diri.

  "Heh jutek"

Dhea masih tetap mengabaikan ucapan juan yang terlihat menggoda itu.

  "Yakin lo nggak takut?"

  Dhea berhenti sejenak, lalu mengatakan sepatah kata "Nggak"

"Yakin?"

  "Gue berani"

  "Bagaimana mungkin? "

  "Lo kan salah satu dari mereka. Dan gue nggak takut elo"

"Haha. Oke, jangan teriak nama gue kalau ada apa apa" Juan menghidupkan mesinnya dan segera pergi dari dhea.

Sekarang dhea sendirian. It's so crazy.

  "Huh, gue harus apa? Gue nggak tau mau naik angkot atau taxi yang bagaimana rupanya. Entah ada entah tidak" Dhea mendengus kesal.

PEJANIR (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang