+Aku tak mudah dibuat jatuh cinta. Apalagi disaat aku jatuh dan gak akan membuka hati kesiapapun lagi. Tapi Percayalah, kau mudah melakukannya.+
-Dheana Relafita Sinaga
Tempat nya di small black house. Pada pukul 8 malam. Sebuah rumah kecil berwarna hitam yang telah banyak menyimpan dan mengukir kenangan natha dan juan.
"Gue butuh jawaban itu sekarang." Juan tampak cuek. Entah sandiwara entah sifat asli yang di perankan lelaki itu
Natha tak sekalipun memandangi juan malam itu.
"Gue harap, setelah gue jawab pertanyaan lo, lo bakal tetap jadi teman baik gue."
Juan tersenyum pahit, merasa miris dengan kata yang baru saja diucapkan gadis itu.
"Lo janji juan?" Natha menoleh ke arah juan, tapi juan tidak. Juan datar.
"Nggak. Itu semua tergantung apa yang lo jawab nanti."
Natha diam. Entah apalagi yang difikirkan gadis itu
"Hidup gue dibawah naungan dia. Dan gue nggak bisa buat apa apa." Mulai
"Gue tau lo selalu bisa lakuin apa yang lo mau."
"Tapi nggak untuk yang ini." Natha menyambung seperti petir yang menyambar dan menatap juan dengan mata yang memerah. Seperti nya telah banyak air mata yang dihasilkan oleh dua panca indra itu.
Juan juga menatap natha yang berdiri disampingnya. Keduanya saling menatap.
"Apa maksut lo?"
"Selama ini, gu-gue gu-gue-" Terbata bata dan gadis itu malah menangis
"Kenapa lo nangis? Hey liat gue nath. Sini liat gue." Juan merenggut pundak natha. Dan natha membatin 'Gue harap ini bukan yang terakhir gue bisa melihat lo'
"Apa maksut lo? Kenapa lo nangis? Jelasin ke gue ada apa?" Juan tak bisa berlagak acuh pada cewek yang dicintai nya itu.
"Juaan. Gue-gue. Gue udah dijodohin sama diaaaaa." Sembari tak bisa menahan tangis, natha menangis menjadi jadi dan menundukkan pandangannya kebawah.
Dan juan, tangan nya melepas kasar pundak natha. Natha tambah sedih untuk itu.
Juan berbalik arah sesekali memegang kepalanya. "APA? tapi lo punya hak buat nolak kan nath? Kenapa lo diam aja ? "
"Karna gue-"
"Karna apa?" Juan melekat kembali ke gadis itu
"Gue nggak mungkin jadi adik yang durhaka. Lo tau kan gimana egois nya dia?" Natha semakin menjadi jadikan airmata itu. Oh sungguh haru.
"Nggak. Lo harus menolak itu. Gue yakin lo bisa nath."
Natha malah berhenti menangis dan menjauhkan tubuhnya dari juan."Nath, bertahun tahun gue menunggu jawaban lo yang sebenarnya. Dan gue harap ini waktu yang pas."
Natha menerjabkan matanya dan tetesan itu kembali jatuh lagi dan lagi.
"Lo harus jujur." Juan menegang. "Apa lo mencintai gue?"
Deg deg deg deg
Itulah pertanyaan yang sulit sekali dijawab oleh natha. Bukan karna malu, tapi karna tak ingin merobek hati sahabat terbaik baginya itu.
"Jawaab guee nath. Gue gak butuh waktu lama lagi kan untuk mendapat jawaban dari usaha gue selama ini?"
Lagi lagi natha menangis haru.
'Gue harus bisa'

KAMU SEDANG MEMBACA
PEJANIR (Sudah Terbit!)
Teen FictionMencintai namun tak dapat di cintai. Aku tak pernah mengundangmu masuk ke relung hidupku. Memikirkan sastrawan hidup tanpa bakat seni lebih baik daripada ku berfikir kau datang lalu menciptakan luka dan aku jatuh lagi lagi dan lagi. Kau tau apa it...