01 (II)

46.6K 1.7K 26
                                    

Matahari yang nampak malu, akhirnya keluar menggantikan gemercik hujan yang sedari tadi jatuh menerpa bumi.

Kata orang, setelah hujan akan ada pelangi yang selalu indah, semoga..
ujar Jora dalam hatinya, dirinya bergegas menuruni tangga yang langsung menuju jalanan aspal,

Jora mengendarai sepedah gunung berwarna putih, warisan satu-satunya dari mendiang Ibunya, kendaraan yang ia gunakan menuju sekolah kursus musik, tempatnya bekerja saat pagi hari.

Dirinya melihat jam tangan yang sudah lusuh di sebelah kanannya, hah? Enam empat lima? Pekiknya dan bergegas melajukan sepedah putih miliknya.

**

Mobil sport hitam Leo terparkir gagah di salah satu barisan lahan parkir sekolah kursus musik, tempat dirinya menjalankan terapi sekaligus kenangan saat dirinya mencium nona manis yang sekarang telah menjadi istri kembarannya.

Leo mendapati sebuah angkutan kota berhenti di sebrang jalan yang tak jauh dari tempatnya berdiri, dan tampaklah satu anak kecil turun dari kendaraan itu

"Hai Dav!" teriak Leo pada anak itu

"Om Lee!" teriak Dava nampak tak percaya dengan kehadiran Leo, Dava siap berlari menghampiri

Ckiit..

Wanita itu menghentikan laju sepedahnya, berbalik pada anak tersebut yang nampak terkejut.

"Maaf!" teriaknya dan kembali melajukan sepedanya, Jora ingin meminta maaf secara baik-baik namun waktunya telah habis, dia bisa kena marah atasannya, Niken.

"Dava!" teriak Leo menghampiri dan sedikit berlari, anak itu masih saja terdiam mengatur napas akan apa yang terjadi beberapa menit yang lalu

"Hey kau!" teriak Leo kembali, Jora mendengarnya namun ia hiraukan, nanti aku akan meminta maaf dengan cara yang benar janji Jora dalam hati.

"Dava, kau baik-baik saja?" tanya Leo seraya menunduk dan meraba seluruh badan Dava

"Ti..tid..tidaak apa Om!" jawab Dava terbata, dirinya terkejut akan kelakuan Om tampan berkacamata di hadapannya yang tampak khawatir

"Wanita sialan!" hardik Leo berdiri sembari melihat kepergian wanita pengendara sepedah itu

"Tunggu disini! Om akan me..." ucapan Leo terhenti saat Dava menarik lengan mulus Leo

"Aku tak apa Om! Aku hanya sedikit terkejut"

"Tapi"

"Om sudah! lihat Dava tidak luka sedikitpun" seru Dava memamerkan gigi susunya yang putih dan bersih

"Kau mirip sekali Nona manis!" seru Leo mengacak rambut Dava

"Om hentikan, kau merusak penampilanku!" Anak kecil berumur 6 tahun itu membenarkan rambutnya, Leo hanya tersenyum memperhatikan kelakuannya

"Kau sudah dewasa, ayo kita masuk!" Leo mengenggam lengan mungil Dava, dua lelaki itu berjalan memasuki pelataran sekolah yang masih nampak sepi.

"Om, kenapa kesini?" Tanya Dava yang masih saja tak menyangka akan kehadiran Om tampannya

"Oh kau tidak suka?"

"Bukankah Om itu seorang CEO? Seharusnya Om berada di kantor bukan disini, kenapa sekarang disini?"

"Sesekali aku diperbolehkan mengajar disini" jawab Leo dengan bangga, setelah konser Leo yang berlangsung di salah satu Convention Jakarta, membuat dirinya semakin diperbincangkan, selain ketampanannya dia sering disebut 'CEO jenius musik' karena permainan Biola yang lembut namun mampu mengoyak hati pendengarnya.

"Om!" Dava menarik lengan Leo, dirinya menghentikan langkahnya dan terdiam di salah satu pintu

"Apa?" tanya Leo tak mengerti

"Om dengar tidak?" Dava berusaha melihat apa yang terjadi dibalik pintu tersebut melalui sebuah kaca, Leo masih terdiam di tempatnya tak membantu Dava dan melihat sekilas

"Disana ada wanita yang sedang, mungkin dimarahi atasannya" seru Leo menggambarkan keadaan di dalam ruangan itu, dan Dava terus menjijitkan kakinya, kali ini Leo mengangkat tubuh mungil Dava

"Om bantu dia!" perintah Dava menatap Leo dengan tatapan memohon, Leo menurunkan Dava dan berjalan mendahuluinya

"Dunia ini keras, wanita itu harus mengetahuinya"

"Om, wanita itu sudah sering dimarahi"

"Itu karna dia tak pernah belajar dari kesalahannya" jawab Leo terus berjalan

"Om!" Dava mengejar dan menarik lengan Leo, dirinya tidak tega melihat wanita itu terus diperlakukan seperti itu setiap hari

"Baiklah!" Leo berbalik menuju pintu tersebut dalam waktu hitungan detik dirinya masuk ke dalam

"Tu..tu..ttuaan!" ujar Niken terbata, dirinya terkejut sekaligus terpesona pada sosok tampan berkacamata itu

"Sebaiknya anda melakukan ini di halaman belakang, sebentar lagi para murid akan memasuki kelasnya" Titah Leo dan langsung keluar dari kelas tersebut, yang mendapat tatapan dari Dava

"Sudah ku lakukan, kenapa dengan wajahmu?" tanya Leo menunduk pada anak kecil dihadapannya

"Itu bukan membantu Om!"

"Yang jelas kau sudah tak mendengar lagi kan? Come one boys!" Leo menarik lengan Dava.

Niken menuruti perkataan Leo, membawa Jora ke halaman belakang untuk melanjutkan ultimatumnya

"Pekerja disini tak ada yang sepertimu, yang selalu menampilkan wajah mengantuk, menguap kapanpun dan sekarang kau terlambat?" Niken terus mengulang perkataannya, Jora hanya menundukkan kepalanya

"Dan sekarang kau hanya menunduk seperti itu?"

"Maafkan saya Bu!"

"Maaf? Kau berani berkata seperti itu lagi?" Niken terus saja menekan Jora, apa yang wanita itu lakukan selalu tampak salah di mata Niken, terlebih jika Jora melakukan kesalahan seperti hari ini, Jora terlamabat sepuluh menit dari waktu masuknya, padahal masih ada waktu toleransi lima belas menit, tapi di mata Niken Jora tetap saja terlambat.

"Sekarang kau diam lagi?" Tanya Niken yang melihat Jora masih tertunduk

Krett..

Suara pintu menuju halaman belakang nampak di buka oleh seseorang,

"Maaf saya mengganggu, tapi jika Bu Niken terus memarahinya, pekerjaannya tidak beres sedangkan kelas masih kotor dan sebentar lagi para murid akan datang"

Niken membuang muka, menatap kesal pada Lelaki yang menceramahinya, namun ada benarnya bisa-bisa dirinya tidak mendapatkan gelar leadership lagi

"Anggap kau beruntung sekarang!" Niken mendahului Jora yang masih tertunduk

"Oh ya, sekali lagi kau melakukan kesalahan, kau dikenai skorsing!" Ujarnya lagi dan berlalu, Jora hanya mampu menarik napas panjang dan membenarkan ikatan rambutnya, berjalan memasuki Sekolah dan berterimakasih pada temannya, Tommy

"Thanks Tom!" Seru Jora sambil tersenyum

"Kau harus membayarnya Ke.." Tommy hampir memanggil Jora dengan nama aslinya, namun terhenti saat Jora berbalik

"Just call me Ke, Tom!" Ucap Jora berjalan mundur, dirinya masih bisa melihat Tommy

"Ok! siang. saat istirahat. seperti biasa?" Jora hanya menjawabnya dengan tangan yang menunjukkan jempolnya melempar senyuman dengan setika dirinya berlari

"See you!" Teriak Jora melambaikan lengannya

"Tak bisakah jika seperti ini, kau tak tersenyum Ke?" Ucapan Tommy kali ini hanya terdengar oleh dirinya.

***

Heheheh, berhubung sebentar lagi Lebaran, saya mohon maaf sedalam-dalamnya takut ada kata atau perilaku saya yang kurang berkenan (paansih?) Hahahah

Pokoknya makasih yang uda stay dan meninggalkan komentar serta vote kalian, terus bubuhkan saran kalian ya heheh

Stay terus ya, Mohon Maaf lahir dan Batin.. Cie pada dapet THR ya??

My BOSS (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang