#4 Sebuah Pengakuan

638 51 18
                                    

"Saat keinginan itu membuncahkan hati dan pikiranku, ingin sekali kukatakan 'Aku akan menemui ayahmu'."
~Fatih Arkhan Latief

**

Hembusan angin malam membuat dedaunan saling menyapa. Suaranya memecah keheningan malam.

Seorang wanita masih berkutat dengan pekerjaannya. Pandangannya sesekali ia arahkan ke berbagai sisi. Mungkin mencari sebuah ide dalam tulisannya.

Kepulan asap dalam cangkir selalu menemani harinya. White cappuccino with choco granule yang menjadi minuman favoritnya. Ia menyimpan kacamata yang senada dengan warna laptop miliknya. Meneguk sedikit kopi di sebelah kanannya. Setidaknya dapat mengembalikan semangatnya dalam menyelesaikan proposal penawaran sistem.

Hari ini harus ia selesaikan agar esok hari dapat dicetak dan dikirim ke client. Sebelum si Ice Man pergi ke Semarang lebih tepatnya. Jari jemarinya sudah lihai bergerak ke berbagai sisi. Afifah menekan tombol 'CTRL' dan huruf 'S' yang menandakan ia telah menyelesaikan tugasnya.

Sekarang ia harus beralih ke tugas yang lainnya. Ia menutup program pengolah kata dan menggantinya dengan program teks editor yang menampilkan layar berwarna hitam.

Di layar yang tengah Afifah buka sudah muncul beberapa kata yang berwarna-warni. Afifah tengah membacanya. Membaca alur kode yang sudah pernah ia tuliskan sebelumnya. Dirinya juga membuka file yang berhubungan dengan file yang tengah dibacanya itu.

Sudah dijelaskan bukan sebelumnya? Bila orang-orang yang ada di Mind Technology itu adalah orang-orang yang dapat mengerjakan dua atau bahkan beberapa pekerjaan sekaligus. Maklum, start up yang baru tumbuh dan masih sedikit sumber daya manusia yang ada.

Afifah sudah menyelesaikan halaman beranda dari Website Mind Technology. Tinggal beberapa halaman lagi agar website bisa launching. Dirinya tengah fokus dengan pekerjaannya saat ini. Beberapa kali ia mengecek hasil pekerjaannya pada sebuah browser dari layar yang berada di belakang laptop miliknya. Afifah menggunakan dua layar. Satu layar yang ada pada laptopnya sedangkan yang lainnya pada layar monitor yang dihubungkan dengan sebuah kabel hdmi ke laptopnya.

Beberapa kali Afifah menganggukkan kepalanya tanda ia puas dengan hasil yang dikerjakannya. Namun tak jarang ia juga memiringkan sebelah kepalanya tanda ia belum puas atau merasa logika berpikirnya salah sehingga membuat tampilan websitenya terlihat aneh. Jika sudah begitu, dirinya akan kembali menatap layar hitam dan mencari lokasi kode yang dirasanya tidak sesuai dan menggantinya dengan kode yang baru.

Drrt... Drrt...

Afifah terperanjat saat mendengar suara getar smartphonenya. Ia menghentikan sejenak kerjaannya. Mengambil ponsel yang berada di sebelah kirinya.

'Unknown?' batin Afifah.

Kedua alisnya saling bertautan saat membaca siapa id pengirim pesan di whatsappnya dari bar notifikasi.

Unknown
Fa, ada yang mau aku bicarakan denganmu.
Mau cerita lagi.

Setelah membaca chat dari unknown. Afifah menepuk jidatnya pelan dan senyam-senyum sendiri. Ia jadi teringat, nama kontak unknown sudah berada di ponselnya selama dua tahun belakangan dan belum juga ia ganti.

Afifah
Go ahead.
I'm listening.

Unknown
Tadi siang aku menelepon kakakku. Aku cerita tentang bagaimana rasa kesepiannya hidup di Negeri Formosa ini.

Afifah
Okay...

Unknown
Aku mengagumi seorang wanita. Apakah salah?

Afifah
Bukankah memiliki sebuah rasa itu fitrah?

Unknown
😀
Apa yang biasanya dilakukan seorang akhwat ketika mereka jatuh cinta?

Afifah
Aku tidak bisa mengeneralkan semua akhwat. Tapi yang aku tahu, ketika mereka merasakan jatuh cinta. Rasa itu bagaikan belati yang menyayat kulit. Rasanya sakit dan takut. Takut bila rasa itu lama bersemayam di hati akan mengotori pikiran dan perbuatan.
Why?

Unknown
Just aksing 😊
Kembali lagi ke masalah aku yang menelepon kakakku. Aku cerita juga terkait keinginanku untuk menikah. Aku bilang aku punya rencana menikah pertengahan bulan tahun depan. Kakakku menyarankan untuk mendapatkan pekerjaan terlebih dahulu, agar nantinya sanggup untuk membiayai kehidupan kami. Terus kakakku tanya, emang udah ada calonnya?

Afifah
Oh iya, benar itu...
Haha, syaratnya nikah kan emang harus ada calonnya.

Unknown
Aku bilang ke kakakku, Insya Allah udah ada calonnya.
Nama calonnya Afifah Anindya Kayyisah.

Dia yang Namanya Kusebut dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang