Seminggu kemudian
Aku keluar kelas dengan menghela napas lega. Kelas hari ini menguras tenaga. Menganalisis karya klasik Dostoyevsky yang begitu suram sungguh membuatku pening. Untung saja, ini jurusan yang kuinginkan. Kalau tidak, entahlah. Ya, aku ingin menggapai cita-citaku sebagai seorang penulis, dan menurutku keputusanku mengambil jurusan ini sangatlah tepat. Hanya saja, aku tidak mengira bahwa jurusan Sastra Rusia akan serumit ini.
"Halo, Macan Galak."
Sontak kepalaku menatap pria yang saat ini sedang bersandar di dinding samping pintu kelas. Lagi-lagi pria itu. Kali ini dia mengenakan turtle neck merah marun yang dilapisi blazer hitam, juga celana jins hitam dengan sepatu but berwarna serupa.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Yang Mulia?" desisku pelan, yang dibalasnya dengan seringai lebar sembari bergerak mendekatiku. Tangannya dimasukkan ke saku celana, dengan mata kelabunya yang menatapku intens. Aku menoleh ke kanan dan kiri, merasa risih dengan kehadirannya yang tiba-tiba disini, belum lagi ditambah dengan mata-mata para mahasiswa yang memang saat ini berada di lorong gedung.
Sepertinya mereka mengenali pria yang berdiri di dekatku, karena mereka menatap kami dengan penuh tanya seolah kebersamaan kami adalah sesuatu yang tidak dapat dipercaya. Bahkan, dapat kulihat beberapa berusaha untuk memberanikan diri mengambil foto. Aku mendelikkan mata saat menyadari kalau pria itu tidak berusaha untuk menyembunyikan identitasnya karena tidak ada topi dan kacamata hitam yang melengkapi penampilannya. Huh, benar-benar menyebalkan! Pangeran arogan ini sudah membuatku menjadi pusat perhatian, satu hal yang paling aku tidak suka!
"Apa ada yang lucu?" tanyaku lagi, kali ini dengan ketus.
"Tidak. Hanya saja, aku membayangkan apakah sifat galakmu ini akan keluar di tempat tidur?" ujarnya dengan kekehan geli. Tentu aku mendelik dan langsung meninggalkannya di lorong. Pipiku bersemu merah menahan malu sekaligus kesal, namun aku tak bisa pungkiri kalau ucapannya membuat jantungku berdegup cepat. Semua orang semakin menatapnya terkejut, entah karena tawanya atau karena hal lain.
Pangeran Maxwell berjalan mengikutiku dan itu sukses membuatku semakin jengkel. "Apa kau tidak takut dengan paparazzi? Kau tidak mau ada skandal bukan? Kenapa kau memgikutiku?" tanyaku berusaha untuk menyingkirkannya.
"Aku hanya perlu melakukan yang biasa aku lakukan." Pangeran arogan itu menjawab dengan jawaban misterius. Tentu saja aku tidak sebodoh itu, aku mengerti apa maksud dari jawabannya.
"Pengawal?"
"Kau akan terkejut jika mendengar jawabanku." Lagi-lagi dengan jawaban misteriusnya. "Hei, mau makan siang denganku?" tanyanya dengan santai.
"Tidak, terima kasih, Yang Mulia."
"Max," gumamnya singkat.
"Apa?" tanyaku bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Fate (Book One Of The Royal Series) ✔ [SUDAH TERBIT]
Roman d'amourSUDAH TERBIT. CERITA DAPAT DIPESAN MELALUI ONLINE PLATFORM: SHOPEE DAN TOKOPEDIA. TERSEDIA CHAPTER 1-5 SEBAGAI SAMPLE CERITA. A wattpad Romance story. Book one of the royal series. For mature readers (18+) DON'T PLAGIARISM! I DON'T HAVE ANY RESPE...