Prince Maxwell Alastair-Kai Romanov IV's POV
Aku kembali menyandarkan punggung pada jok mobil seraya menatap Elizabeth yang mulai menghilang di antara orang yang berlalu lalang. Mataku kembali fokus ke depan dan menatap David melalui kaca spion. "Apa Xaviero sudah berada di Tarmac?"
David balas menatapku dari kaca spion dan menjawab, "Benar, Yang Mulia."
"Baiklah, kita langsung ke sana. Jika semakin ditunda, ayahku akan semakin marah."
Mobil mulai bergerak dengan diriku yang menatap tempat di mana Elizabeth pergi untuk yang terakhir kalinya. Tentu kuharap takdir mengizinkan kami untuk bersama. Sungguh, aku tidak pernah merasa seserius ini, apalagi pada wanita yang jelas-jelas selalu menentangku. Dan untuk pertama kalinya, aku berkeinginan besar untuk memiliki seseorang.
"Tuan, kita sudah sampai tujuan."
Aku mengerjapkan mata lalu menggeleng untuk mengusir pikiranku yang kacau. Aku lantas mengangguk sekilas pada David dan turun dari mobil. Saat kakiku menyentuh landasan, hal yang pertama menyambutku adalah embus angin sore yang lembut. Aku menutup mata dan menghirup udara dalam-dalam. Bayangan akan wajah Elizabeth kembali muncul begitu saja. Dengan refleks, kubukakan kedua mata ini dan mengacak rambut dengan sebal.
Ah, ada apa denganku?
***
"Wah, coba lihat siapa yang datang?" Itulah kalimat pertama yang menyambutku ketika memasuki Istana Mir, pagi ini. Tentu itu Alexandra.
Aku tersenyum kepada adik perempuanku itu lalu memeluknya. "Kau tidak merindukanku?"
"Tidak. Justru istana terasa tenang tanpamu."
Aku cemberut dan meletakkan tanganku tepat di atas jantungku. Bertindak seolah kata-katanya membuat hatiku sakit.
"Bagaimana pertemuanmu dengan duta besar?"
"Sukar untuk dijelaskan." Aku melihat sekeliling, mencari sosok lain yang kurindukan. "Di mana Ayah dan Ibu?"
"Mereka sedang pergi ke acara penggalangan dana untuk anak yatim piatu di Fintzerland. Jadi aku sendiri di sini, minus para pelayan tentunya."
Aku tertawa sembari mengacak rambutnya, lalu berpamitan menuju kamar. Tubuhku terasa lelah dan butuh istirahat. Kuraih ponsel dari saku jas, mengecek apakah Elly menghubungiku. Jawabannya satu, tidak. Ah, sudah kuduga.
Aku memperhatikan sekelilingku, setiap sudut yang kuanggap rumah. Terkadang, dunia yang menjadi kehidupanku kini membuatku jengah. Segala tutur dan tindakanku diatur. Namun, itu risiko, kan?
Istana Mir ini berada di Sweslavia, ibu kota Genoslavia. Hanya dua jam dari istana utama yang dipakai sebagai kantor pemerintahan dan terbuka untuk umum, Istana Genoslavia. Tentu karena fungsinya sebagai istana keluarga, Istana Mir lebih sederhana dari istana utama. Ah, sial! Aku harus pergi ke istana utama besok untuk bertemu dengan Nyonya Horvat, membahas soal pertemuanku dengan duta besar. Saat mengingat itu, kepalaku kembali berdenyut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Fate (Book One Of The Royal Series) ✔ [SUDAH TERBIT]
Roman d'amourSUDAH TERBIT. CERITA DAPAT DIPESAN MELALUI ONLINE PLATFORM: SHOPEE DAN TOKOPEDIA. TERSEDIA CHAPTER 1-5 SEBAGAI SAMPLE CERITA. A wattpad Romance story. Book one of the royal series. For mature readers (18+) DON'T PLAGIARISM! I DON'T HAVE ANY RESPE...