Prologue

25.5K 1.5K 26
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Elizabeth Maria Wayne's POV

New York, AS

Genoslavia.

Genoslavia merupakan salah satu negara di Benua Eropa yang berbatasan dengan Austria di sebelah utara, Italia di sebelah barat, dan Slovenia di sebelah selatan. Negara monarki ini memiliki penduduk mencapai ± 5,5 juta jiwa, dengan penghasilan utama masyarakatnya berasal dari sektor jasa pariwisata yang sepenuhnya mengandalkan pemandangan Pegunungan Alpen. Negara yang dipimpin Giovanni Albert Knight Romanov III ini juga memiliki kekuatan militer yang mengagumkan. Adapun kebudayaan—

"Lizzy, cepat buka pintunya! Di sini sangat dingin!"

Aku hanya mengerang pelan saat sahabatku, Anastasia Robinson alias Ana, yang berteriak melalui interkom, mengganggu kedamaian yang ada di sekelilingku. Pada saat yang sama, aku tengah menatap layar Britannica yang sedang menampilkan informasi Genoslavia untuk tugas esaiku di mata kuliah Kebudayaan Negara Slavik. Musim panas memang telah datang dan waktu perkuliahan dipersingkat, tapi bukan berarti aku bisa berleha-leha dan mengabaikan tugas yang diberikan. Aku tidak ingin mendapatkan nilai jelek di dalam laporan akhir semesterku nanti. Dengan helaan napas, aku menutup layar laptop dan beranjak ke pintu apartemen.

Saat membuka pintu, hal pertama yang menyambutku adalah dinginnya udara malam. Oh, dan tentu saja tidak lupa dengan tatapan membunuh sahabatku yang saat ini berdiri sambil bertolak pinggang di depanku.

"Kau tahu ini pukul sepuluh malam, kan? Untung saja aku belum tidur, jika tidak mungkin kau akan mati kedinginan di sini, Ana."

"Jika benar begitu, aku akan datang menghantuimu selamanya!" jawabnya sambil berjalan masuk. Aku hanya memutar bola mata lalu menutup pintu. Kuperhatikan Ana yang duduk dengan nyaman di atas sofa sambil mengeluarkan makan malam yang kutebak adalah chinese food—terbukti dari aromanya—ke atas meja.

"Aku tahu kau belum makan. Jadi beruntungnya dirimu karena mempunyai teman sepertiku," ujarnya seakan membaca pikiranku.

Aku tertawa mendengarnya. "Kau benar untuk yang satu itu. Baiklah, biar kuambil piring dan sendok di dapur."

"Cepatlah! Aku sudah kelaparan!" teriak Ana dari ruang tamu. Aku hanya terkekeh pelan dan menggeleng, merasa terhibur dengan tingkahnya yang kadang terlalu melebih-lebihkan suatu hal. Saat kembali ke ruang tamu, Ana sudah sibuk menonton TV dan mengabaikan makanan di atas meja.

Aku mengerutkan kening dan menatapnya heran. "Apa yang sedang kau tonton?"

Karena tak dijawab, aku menoleh melihat layar televisi yang sedang menampilkan saluran berita sebelum kembali menatapnya. "Tumben sekali menonton berita?"

"Dia sangat seksi," gumam Ana dengan terpesona, sedangkan matanya terlihat mendamba. Aku mengerutkan kening tidak mengerti. Ana menoleh ke arahku. "Pangeran Maxwell. Kau tidak mengenalnya?"

The Royal Fate (Book One Of The Royal Series) ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang