Selangkah (Esa)

29 7 3
                                    

Dia Alin. Teman kecilku. Hobinya makan eskrim dan mengunyah permen karet. Saat ini, kami tengah berjalan pelan beriringan sepulang kerja. Tadi, kami janji ketemuan untuk menonton film baru.

Terdengar suara letupan balon permen karet.

"Rahang lu udah lebar tuh."

"Eh? Serius?!" Alin menyentuh pipinya panik.

"Nanti kalau rahang lu lebar, lu makin lama jomblonya. Gak ada cowok yang mau sama lu," godaku seperti biasa.

"Kok lu ngomong gitu sih, Fal. Kalau rahang gue lebar, bukan berarti jodoh gue gak dateng, kan?" tanya Alin sedih.

Alin, perempuan ternaif yang pernah kukenal.

"Kalaupun nanti ternyata jodoh lu gak dateng, masih ada kok yang mau gantiin dia."

"Siapa? Lu pasti mau bilang engkong-engkong samping rumah gue."

"Bukan. Maksudnya... gue. Gue yang bakal gantiin."

Tiba-tiba hening. Kami terdiam cukup lama namun tetap melangkah. Seharusnya tadi tak kukatakan apa yang ada di kepalaku. Bodohnya.

Alin bersuara, "Gue jelek ya, Fal?"

"Hah?" Aku tidak mengerti.

"Padahal awalnya gue pikir, gue gak sejelek itu. Tapi, setelah denger ucapan lu tadi, gue jadi yakin kalau gue jelek makanya lu gak mandang gue sebagai cewek."

"Alin—"

"Lu masih bertahan sama gue pun itu karena gue sahabat lu. Iya kan, Fal?"

"Alin... gue rasa lu salah paham."

"Di bagian mananya?"

"Semuanya." Kuputuskan untuk memantapkan diri. "Maaf. Selama ini, gue cuma berani sembunyi di balik status 'sahabat'. Tapi, kalau sekarang juga gue tanya 'Lin, lu mau gak nikah sama gue?' lu bakalan jawab apa?"

"Gak mau," jawab Alin mantap.

"Yah... kok gitu?" tanyaku dengan lemas. Belum juga melamar dengan benar tapi sudah ditolak.

"Gue mau tunangan dulu. Soalnya gue pengin ngerasain pakai cincin tunangan kayak temen-temen gue. Hehe."

Aku terbahak cukup keras. Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada wanita sepolos Alin?

"Yaudah, kalau gitu, gue mau lu jawab gue."

"Oke. Apa?"

"Lu mau gak tunangan sama gue?"

Alin mengangguk mantap sambil tersenyum lebar. "Gue mau, Naufal."

Dan, mungkin ini jadi acara lamaran paling tidak romantis yang pernah ada.

Penulis: meisesa

The Little Story...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang