GAIJIN (Nadya)

27 5 0
                                    

Penulis : Nadiasetiyabudi
Genre : Horor

*****

Satu...
Pintu terbuka.
Dua...
Ibu menyuruhku masuk ke dalam lemari.
Tiga...
Gemertak kaki memenuhi ruangan.
Empat...
Suara senapan mengudara.
Lima...
Ibu berteriak.

Mata biru. Mata biru. Mata biru.

***

Di ujung tangga, sebuah kilatan lidah api menyita pandanganku. Dari tujuh cerita hantu di sekolah, cerita hantu di tangga sekolah adalah yang paling terkenal. Sementara itu aku harus mencari bidak catur yang disembunyikan di sekitar tangga. Tanganku mengepal menahan ngeri.

Suara sepatu berdecit dari arah belakang! Semakin dekat! Semakin dekat!

"Ashita?"

Sebelum sedetik kemudian aku berteriak. Ia berhasil membungkam mulutku. Siapa dia? Matanya sebiru lidah api. Semisteirus samudera yang dalam. Rasa takutku perlahan hilang ketika Ia melepaskan bungkamannya pada mulutku. Ah! Ternyata siswa biasa sepertiku.

"Hei... Apa kau dari klub catur? Kau tahu namaku?"

"Bukan, aku dari klub baduk. Kau pindahan dari Swiss. Setiap anak laki-laki pasti tahu soal kamu."

Matanya luar biasa. Hanya itu yang jelas darinya saat dalam kegelapan malam seperti ini. Siapapun dia, aku lega ada yang menemaniku.

Mata biru. Mata biru. Mata biru.

Gaijin! Tunggu... nenekku bilang sudah tidak ada gaijin yang tinggal di desa ini. Gaijin adalah keturunan orang barat. Nenek bercerita bahwa para gaijin mati karena kutukan dewa setelah membantai pribumi. Sejak saat itu, tidak ada gaijin yang berani tinggal di desa ini.

"Siapa namamu?"

"Kagome..."

"Matamu biru... apa kau tahu soal gaijin?"

"Ah, cerita legendaris itu ya? Ya aku sedikit sekali mengetahuinya. Hei! Bukankah ini sudah abad modern, seusiamu mungkin sudah tidak percaya soal cerita aneh seperti itu."

Aku terdiam.

"Ini, aku hanya akan memberikan bidak catur ini. Aku harus pulang."

Tak sempat aku mengucapkan terima kasih, Ia langsung lari. Sementara aku merasa lega setelah mendapatkan bidak catur yang aku cari. Benar-benar gila. Apa manfaatnya melatih anggota klub baru dengan menyembunyikan bidak catur di tujuh tempat berhantu di sekolah.

Aku segera membalikkan badanku untuk menuju halaman sekolah. Tak sengaja aku menginjak lantai kayu yang koyak dan aku terjatuh.

***

Aku bangun di tengah ruangan yang gelap. Tidak ada yang kuingat. Kagome?

"Ssttt... Ashita. Diam, aku sedang petak umpet dengan ibuku!"

Aku sadar ini adalah lemari sempit. Tapi apa yang terjadi? Tiba-tiba suara dentuman disusul suara wanita berteriak terdengar memenuhi ruangan.

Kagome segera membuka pintu. Ibunya tergeletak penuh darah. Sementara laki-laki pribumi yang baru saja menembak ibunya, segera mengarahkan senapan ke arah Kagome.

Darrr!!! Badanku lemas. Kagome mati.

***

"Ashita... Ashita..."

Senior catur mengelilingiku. Mereka bilang aku baru saja pingsan di dekat tangga.

"Mana Kagome? Semalam baru saja ada penembakan. Dia dari klub baduk."

"Siapa Kagome? Tidak ada klub baduk di sekolah ini!"

Siapa Kagome? Aku terus memutar kepalaku. Tapi tidak kutemukan jawabannya.

***

Setelah kejadian malam itu. Semua klub tidak boleh beraktivitas di malam hari. Wali kelas memanggilku sebagai korban yang pingsan malam itu.

"Kagome? Gaijin? Pembunuhan? Ashita, kau tahu? Sekolah ini adalah bekas permukiman gaijin!"

Seketika pikirku melayang. Apa malam itu aku mengobrol dengan orang yang sudah mati? Dan yang paling penting, gaijin tidak mati karena kutukan. Mereka di bunuh pribumi.

***

Enam...
Aku keluar.
Tujuh...
Mereka memembakku.
Delapan...
Aku mati.

The Little Story...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang