CHAPTER 6

1.5K 254 11
                                    

Gadis itu berlari secepat mungkin menuju sisi lain dari ruang ER. Tak dipedulikannya air mata yang masih mengalir membasahi pipinya. Pikirannya sudah terhalang oleh kabut bahwa kini ibunya terluka parah.

Langkahnya terhenti tatkala ia melihat dokter lain dan para suster telah bergerak cepat untuk menyelamatkan nyawa ibunya. Gadis itu terdiam. Ia tak tega. Bukan karena ia takut dengan darah. Bukan karena ia tak ingin mencoba menangani ibunya. Ia hanya tak sanggup melihat ibunya terluka. Ia tak sanggup ketika melihat tubuh ibunya dipasangi berbagai macam alat bantu.

Perlahan, gadis itu mendekat. Selangkah demi selangkah. Jisoo mencoba untuk menahan air matanya. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara isakan keluar dari mulutnya. Gadis itu melihat bagaimana dokter dengan defribilatornya bekerja untuk mengembalikan detak jantung ibunya.

Namun pertahanannya runtuh. Ia terduduk di lantai rumah sakit. Kedua tangannya membekap mulutnya yang mengeluarkan tangisan penuh pilu. Air matanya tak lagi sanggup ia bendung saat monitor itu memunculkan garis lurus dan suara yang melengking memekakkan telinga, menandakan bahwa ibunya telah tiada.

Ia memukul dadanya berkali-kali, mencoba untuk mengurangi sesak yang datang tiba-tiba kala salah satu perawat mulai menaikkan selimut untuk menutupi seluruh tubuh terluka ibunya. Dan perawat lainnya yang mulai melepas satu persatu alat bantu yang ibunya kenakan.

Satu-satunya yang ia miliki, malaikat tanpa sayapnya, telah pergi.

"Ibu..." lirihnya disertai tangisan.

Taeyeong entah sejak kapan sudah berada di hadapannya. Berjongkok agar ia sama tingginya dengan Jisoo. Lelaki itu memegang kedua bahu Jisoo. Namun gadis itu justru langsung berhambur dalam pelukannya. Mengeluarkan suara tangisannya yang semakin pilu dibalik rengkuhan Taeyeong.

"Menangislah, jika itu bisa membuatmu membaik," bisik Taeyeong lalu mengelus kepala Jisoo.

-Unpredictable Doctor Oh-

Sehun berjalan santai melewati ruang ER. Ia baru saja berangkat bekerja karena jam kerjanya sedikit berubah untuk hari ini. Ia akan bertugas dari sore hingga malam nanti. Sehun memang sengaja melewati ruang ER, selain karena letak ruang itu yang paling depan, departemen tempat ia bekerja juga searah dengan ruang ER.

Mata tajamnya mampu menangkap pemandangan dokter wanita yang tengah menangis dalam rengkuhan dokter lainnya. Sehun tahu betul bahwa keduanya adalah dokter magang. Sehun awalnya tak mempedulikan hal itu, namun saat mereka melepaskan pelukannya, langkah Sehun terhenti. Ia dapat melihat wajah dokter wanita itu.

Gadis itu adalah gadis yang tadi malam. Gadis yang menjadi malaikat bagi kakeknya.

Sehun hanya terdiam mengamati gerak-gerik gadis itu. Gadis itu terlihat bangkit dan mulai mendekati salah satu ranjang pasien yang tubuhnya sudah tertutup sempurna oleh selimut. Gadis itu perlahan membuka selimut penutup hingga sebatas wajah.

Dilihatnya gadis itu kembali menangis, sementara dokter laki-laki lain –yang tadi memeluknya- kini menepuk-nepuk pelan punggung gadis itu. Dan Sehun masih mampu menangkap, bahwa layar monitor di samping ranjang itu menunjukkan garis lurus tanpa putus.

Sehun menghela nafas –entah mengapa, dan kembali melanjutkan jalannya.

"Ibu..." lirih Jisoo. Gadis itu mencoba tersenyum meskipun ia tahu ibunya takkan mampu melihatnya.

"Maakan aku, ibu. Maafkan aku.."

-Unpredictable Doctor Oh-

Jongin telah menyelesaikan jam kerjanya untuk hari ini. Sesuai dengan janji yang telah ia dan Soojung buat, Jongin akan menunggu Soojung di tempat parkir. Lelaki itu bersandar pada mobil miliknya sambil sesekali melirik jam. Tak lama, netranya menangkap sosok gadis yang tidak lain adalah Soojung. Gadis itu tersenyum sambil melambaikan tangan, yang dibalas oleh Jongin.

Unpredictable Doctor OhWhere stories live. Discover now