Ia membawa tubuhnya melangkah di lorong rumah sakit yang sudah ramai, padahal rumah sakit baru saja dibuka beberapa menit yang lalu. Senyuman tercetak apik diwajah cantiknya. Sesekali ia melirik tangan kanannya yang membawa kotak makan hasil jeri payahnya pagi tadi –bersama ibunya.
Hari ini ulang tahunnya. Ulang tahun Sehun. Dan dirinya sungguh tak sabar untuk menemui pria itu sembari mengucapkan selamat ulang tahun. Ia menyayangi Sehun. Dan itu sudah jelas.
"Pagi Soojung," suara itu menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan mendapati Jongin sedang tersenyum ke arahnya.
"Kau terlihat bahagia hari ini, apa aku benar?" lanjut pria itu. Soojung baru saja akan menjawab, namun lelaki itu sudah lebih dulu mengeluarkan suara khasnya lagi.
"Kau membawa bekal? Tidak biasanya. Apa kau membawakannya untukku?" Jongin tersenyum jahil, sementara ia hanya memutar bola matanya.
"Astaga, aku pikir kau lupa hari ini hari apa," jawabnya.
"Tidak, tentu saja tidak. Hari ini hari kamis, apa aku benar? Oh tidak, kurasa sekarang rabu, atau jumat?" lelaki itu tampak berpikir.
"Bukan, bukan itu. Sekarang Sehun ulang tahun. Kau tidak mengingatnya? Yang benar saja, kau kan sahabatnya." Soojung tampak kesal. Ia kemudian meninggalkan Jongin untuk segera menuju ke ruang kerjanya. Lagipula, jam kerjanya akan dimulai lima belas menit lagi, dan ia harus segera bersiap.
"Tentu saja, aku mengingatnya. Aku mengingatnya sampai rasanya aku tidak ingin bekerja, agar aku tidak melihatmu memberikan hadiahmu kepada Sehun."
-Unpredictable Doctor Oh-
Ia terbangun dan merasakan seluruh tubuhnya sudah lebih baik dari pada kemarin. Ya, dia merasa sudah sehat hari ini. Sehun sudah mengurus surat perijinan cutinya, ia tak perlu mencemaskan itu. Ia berpikir untuk mulai bekerja lagi pagi ini, setidaknya, ia masih merasa bertanggung jawab terhadap profesinya –meskipun ia masih berstatus magang.
Jisoo berdiri sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sedikit kaku. Pukul enam dan masih ada dua jam sebelum jam kerjanya dimulai, ia masih bisa sedikit bersantai. Gadis itu melangkah pelan, mengambil handuk berwarna merah muda yang mulai pudar warnanya dan menaruhnya di bahu sambil memasuki kamar mandi.
Selesai mandi, gadis itu merapikan penampilannya di cermin. Ia hanya menggunakan lip balm murahan yang ia beli di pasar, juga memoleskan sedikit bedak tabur –yang sama murahannya dengan lip balmnya. Sederhana, tapi ia menyukainya.
Pagi ini, ia akan melewatkan sarapannya di kantin rumah sakit. Mungkin, ia bisa mengajak Taeyeong untuk menemaninya.
"Kau tidak akan pergi tanpa sarapanmu, bukan?"
Suara berat itu mengejutkannya. Langkahnya terhenti, dan ia menemukan Sehun tengah duduk di kursi meja makannya, bersama dengan dua mangkok bubur yang sudah tersedia.
"Kau mengagetkanku, sunbae," katanya sambil mengelus pelan dadanya. Sehun terkekeh ringan, dan Jisoo bersumpah bahwa Sehun terlihat sangat tampan! Lelaki itu mengenakan kemeja polos berwarna putih dan celana kain formal berwarna hitam. Sederhana, namun membalut tubuhnya dengan sangat pas dan apik.
"Kemarilah," ucap Sehun pelan. Jisoo meremas pelan tali tas jinjingnya, tangan yang satunya ia gunakan untuk menarik kursi di hadapan Sehun.
"Habiskan sarapanmu dan aku akan mengantarmu bekerja," lanjutnya sambil menyendok buburnya. Sehun itu sempurna, dan Jisoo tidak akan bosan untuk mengucapkannya. Lelaki itu tampan, kaya, jenius, dan digilai banyak wanita. Berbading terbalik dengannya yang tidak cantik, miskin, otak pas-pasan, dan tak ada satupun pria yang menggilainya. Well, bukan berarti dia ingin digilai, sih.
YOU ARE READING
Unpredictable Doctor Oh
Fanfic[DISCONTINUED] Kim Jisoo pikir, setelah kelulusannya dari pendidikan dokter, ia harus mengubur dalam-dalam cita-citanya untuk menjadi seorang dokter, ia sudah tidak mampu lagi membayar untuk pendidikan profesinya; apalagi pendidikan spesialis yang s...