Her + June = Home

831 124 45
                                    




"Ananda Jay Hartono bin Pangestu Hartono, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri semata wayang saya Salvareya Viceroy binti Mario Viceroy, dengan mas kawinnya berupa seperangkat alat solat, uang sebesar Rp. 3.333.333.333,00 serta sebuah rumah, Tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Salvareya Viceroy binti Mario Viceroy dengan maskawinnya yang tersebut dibayar tunai."

"Sah? Sah?" Tanya penghulu kepada para saksi yang menyaksikam pengucapan kalimat sakral tersebut.

"Sah."

"Alhamdullilah..."

000

2 minggu sebelum akad nikah...

"Kamu mau mas kawin apaan Rey?"

"Ya seikhlasnya kamu ngasih lah Jay."

Jay semakin garuk-garuk kepalanya bingung. "Aku bingung Rey apa ya?"

"Alat sholat aja juga udah cukup."

"But you're more than that?"

"Maksudnya?"

"Kamu tuh paham gak sih Rey, mas kawin itu untuk mengukur sejauh mana aku menempatkan derajat kamu sebagai perempuan Rey. Masa aku cuma ngasih kamu alat solat yang kalau di jumlahin lebih dari 500 ribu aja enggak."

Terharu? Pasti, Reya takjub juga seorang Jay bisa bawa-bawa hal agama dengan benar. Apalagi calon suami nya itu terlihat tulus ketika membicarakan perihal mas kawin mereka. Tapi tetap saja Reya dengan sengaja tidak menunjukkan rasa kagumnya.

"Kamu tuh paham juga gak sih Jay, gak usah liat dari nominalnya alat sholat itu artinya kamu siap selalu nuntun aku di jalan yang benar, siap mimpin aku dan menanggung segala dosa binal aku dihadapan Allah."

"Yaiya sih tapi tetep aja alat sholat doang gak cukup. Dan lagi ya Rey, kamu mana ada binal-binal nya sih hahaha."

"Yee! Intinya terserah kamu aja lah." Reya pun pergi meninggalkan Jay untuk melanjutkan daftar undangan yang perlu ia finalisasi.

000

Sekarang setelah segala persiapan super singkat serta ijab kabul dan konferensi pers telah usai dilaksanakan, Reya dan Jay bisa sedikit bernapas lega, walau mereka masih harus memaksakan senyum menghadapi para tamu di acara resepsi mereka.

Lebih tepatnya sih para tamu dari keluarga Hartono dan Viceroy, wong Jay sama Reya sendiri cuma ngundang orang terdekat mereka doang.

"Jay ini tuh masih lama ya?" Bisik Reya kepada Jay di sampingnya.

"Masih Rey."

"Aku kepikiran June nih." Sembari mengedarkan pandangannya mencari putranya itu.

"Kan June aman sama bibik. Dijagain sama Gemma, Swari dan Keshya pula." Balas Jay tak kalah pelan.

"Tetep aja kepikiran, masih ngapain lagi sih." Gerutu Reya. Sebenarnya dia tahu June aman, ia berkali-kali menanyakan June karena Reya juga sudah lelah banget. Gila aja seharian dari pagi sampe malem perasaan ini tamu gak habis-habis. Mana Reya harus sabar-sabar tadi pas di cecar wartawan. Rasanya semua tenaga Reya udah habis terkuras.

"Kamu capek ya Rey? Mau udahan aja? Mau turun?" Kasian Jay lama-lama lihat Reya dari tadi gelisah banget.

"Enggak-enggak yakali kita main udahan aja. Bikin malu keluarga dong tamu masih banyak pula."

"Yaudah sabar ya satu setengah jam lagi selesai kok."

"SERIUS KAMU?!"

"Ssstt Rey kenapa suaranya jadi tinggi sih." Sumpah panik Jay Reya tiba-tiba ninggiin suara. Bisa-bisa dia di sangka ngapa-ngapain Reya.

Ring Rattle (The 1994 Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang