Extra : JeYa Little Memories

958 97 33
                                    


A few years ago...

Jay meninggalkan wanita di sebelahnya begitu saja. Ia tidak mempunyai hasrat untuk melanjutkan niat apa pun yang wanita itu punya. Dirinya malah melipir ke salah satu sudut bar yang sepi dan memainkan gelasnya dalam diam.

Setahun lalu, ya setahun yang lalu Jay pernah merasa begitu nyaman hanya dengan duduk di bangku nya saat ini. Dirinya, dengan bergelas-gelas minuman alcohol, cewek itu, dan 3 gelas sweet & sour favorite cewek itu.

It feels funny how he still remembered how that girl drinking the glass. Slowly and only three glasses at most as her limit and then done. Karena Reya selalu berkata dirinya akan mabuk jika melebihi limit. Dan Jay dia akan membiarkan cewek itu dengan limitnya, karena Jay pun butuh Reya tetap sadar. Bukannya apa Reya dengan segala obrolan ringan mereka selalu terasa menyenangkan untuk Jay, dan Jay yakin untuk mendapatkan obrolan menyenangkan ala mereka, Jay butuh Reya untuk tetap sadar.

Dua bulan, hubungan apa pun itu yang mereka punya, hanya dua bulan, tapi dampak ketika Reya mendadak tidak pernah hadir lagi di tempat mereka biasa bertemu nyatanya hampir membuat Jay gila.

Jay masih manggung seperti biasanya. Dia masih masuk kampus seperti biasanya. Dia masih sering menghabiskan waktu dengan 3 sahabatnya. Dan dia juga masih sering bergonta-ganti cewek. Namun, mungkin yang orang-orang tidak sadari frekuensi Jay gonta-ganti cewek jauh lebih tinggi dan lebih cepat lagi. Entah apa yang merasuki otaknya. Namun hilangnya Reya benar-benar membuat Jay semakin malas menghabiskan malam seorang diri.

Pandangan Jay terangkat dari gelasnya. Matanya berkeliaran tak tentu arah hingga pandangnya pun jatuh ke satu titik. Jay itu baru minum Vodka dua shoot saja jadi dia yakin dirinya belum mabuk. Tapi apa iya itu dia yang Jay lihat? Gimana pun sudah setahun cewek itu hilang. Jadi apa mungkin?


000


Setiap orang selalu memiliki alasan untuk menghilang. Buat Reya sendiri alasan yang bisa ia berikan mengapa ia menghilang adalah karena pendidikannya.

Setahun yang lalu Reya harus meneruskan studinya di luar negeri lantaran dirinya mendapatkan program pertukaran pelajar dari kampusnya. Ayah yang begitu bangga jelas meminta Reya untuk mengambil kesempatan tersebut. Yang Reya tidak perhitungkan adalah persiapan yang begitu hectic membuat dirinya tidak sempat memberi kabar kepada seseorang yang telah menemani malam-malam sepi Reya kala itu.

Jay Hartono.

Sampai sekarang kalau mengingat nama itu Reya akan merasa kelu sendiri. Dia akan merasa serba salah. Gimana ya? Bukannya Reya tidak mau memberitahu, tapi hati kecilnya selalu berkata, untuk apa? Emang Reya siapanya Jay? Toh gak akan berdampak apa-apa juga kan kalau Reya mendadak pergi? Toh mereka cuma teman ngobrol saja, there is nothing special between them, right?

Makanya Reya jadi lebih memilih tenggelam dalam kesibukkannya dan pergi tanpa pamit.

Kini saat dirinya sudah selesai melakukan program tersebut dan bisa kembali meneruskan kuliahnya seperti sedia kala di Jakarta, Reya sempat ragu untuk mengunjungi bar favorite-nya. Kesannya ke-pede-an banget sih, cuma jujur ia takut kalau harus berpapasan dengan Jay. Ya iya belum tentu juga Jay ingat Reya, tapi kalau cowok itu masih ingat dan bertanya? Rasanya Reya akan sulit untuk menjawab.

Reya menghela napasnya, seluruh isi di kopernya sudah kembali ke tempat semula di kamar Reya, harusnya ia menggunakan kesempatan ini untuk beristirahat saja. Sayang, nalarnya tengah membisikkan hal lain. Bodo lah aku bosen, aku butuh keluar. Maka Reya pun bangkit dan mulai mencari taksi.


Ring Rattle (The 1994 Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang