BAB 2

206 6 0
                                    

"Icha! Tunggu!" barusaja Icha selesai melepas jaket almamaternya di hall suara cempreng dari belakang mengintrupsinya. Ia menoleh ke belakang, dilihatnya seorang gadis berpawakan besar dan tinggi setengah berlari kearahnya diikuti seorang gadis kurus di belakangnya. Icha tersenyum pada mereka.

"Weeh, tumben lo telat" sapanya kepada dua temannya yang baru saja tiba di sampingnya dan segera membentuk antrian untuk salaman pada guru yang udah stay di sana untuk memeriksa kekurangan seragam siswa.

"Tauk nih, padahal tadi pagi ada yang bilang mau berangkat pagi eh taunya jam tujuh kurang seperempat baru jalan" jawab temannya yang berpawakan besar itu. Di belakangnya gadis berpawakan kurus yang biasa disapa--Izul terkikik.

"Sorry. Sorry Is.. tadi pagi waktu lo sms gue udah bangun eh ketiduran sampe jam enam lebih seperempat yaudah deh gini jadinya" ucapnya pada Iis yang berdiri di depannya. Icha yang mendengar obrolan mereka ikutan tertawa.

"Aneh aneh aja lo pada" kekehnya yang kemudian mendapat giliran bersalaman pada lima guru di depan. Setelah kelar mereka keluar dari hall dan berbelok ke kiri. Icha dan Iis memang satu kelas sedangkan Izul berbeda.

"Gue duluan yoo" pamitnya yang langsung menaiki tangga menuju kelasnya yang udah sangat ramai. Icha dan Iis hanya mengacungkan jempol lalu keduanya sama-sama melanjutkan jalannya menuju kelas mereka yang berada agak dipojokan sekolah. Begitu keduanya tiba di kelas suasana kelas udah amat-sangat ramai. Sesuai ciri khas XI IPA 1. Apalagi jika ada jam kosong. Kelas akan berubah menjadi ruang bioskop dalam sekejab!

"Hai Sara!" sapa Icha dan Iis bersamaan ketika mereka berjalan ke tempat duduk masing-masing. Sara yang barusaja selesai menulis menoleh.

"Hai!" sapanya balik sambil melambaikan tangannya. Itu salah satu ciri khasnya apalagi ditambah dengan senyuman yang membuat matanya menghilang di wajahnya. Icha langsung menghampiri Sara dan duduk di sebelahnya. Sedangkan Iis berada di belakang mereka, duduk sendirian.

Sebenarnya ia tidak sendirian. Hanya saja Kalis--teman sebangkunya sedang pergi menunaikan tugas yang diberikan oleh pemerintah sebagai Duta Seni Kebudayaan Pelajar dari Boyolali. Beberapa hari yang lalu berangkat ke Amerika Serikat dan Kanada. Dan diberi waktu 15 hari untuk mengenalkan berbagai kebudayaan tari Indonesia di berbagai tempat di sana.

"Lagi ngapain, Sar? Ada PR emang?" tanya Icha langsung pada Sara. Sara tertawa tanpa mengalihkan pandangannya dari lembaran kertas di hadapannya.

"Enggak. Ini catatan biologi kemaren. Kemaren kan jam-nya Bu Darti 'kan. Nah gue bawanya bukunya Bu Dwi. Yaudah gue tulis balik di bukunya Bu Darti" jelasnya sambil terus menulis. Icha mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu ia melepas tasnya dan mengeluarkan buku mata pelajaran jam petama karena ia mendengar suara bel masuk berdering kencang dipojok kelas mereka.

"Ahh.. masuk. Gue belom selese lagi. Kampret" gerutu Sara sambil mempercepat tangannya. Icha yang ada di sebelahnya hanya terkikik mendengar Sara mengumpat pelan.

"Sante loh Sar. Lagian jam-nya Bu Dwi kan jam terakhir" ucap Icha sambil menepuk-nepuk punggung Sara pelan. Sara mengangguk sambil pura-pura nangis. Dan hari itu dimulai dengan pelajaran matematika yang sangat mematikan dari Pak Win untuk dua jam ke depan dilanjut dengan Fisika yang diajarkan oleh Pak Edi.

Hari Selasa yang 'sangat' menyenangkan.

"LDK-nya fix dilaksanakan besok hari sabtu tanggal 26. 3 minggu-an. Waktu kita mepet banget soalnya ini udah masuk awal bulan september. Kita kudu mulai cari tempat buat malam kedua. Ada usulan tempat?" tanya Arinda begitu semua anggotanya kumpul. Seperti hari-hari yang lalu mereka kumpul di aula sepulang sekolah.

We Are PASKIBRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang