BAB 6

75 7 7
                                    

"Cha, kunci motor gue, lo yang bawa. Gue mau otw duluan sama Iman sama yang lain. Lo tanggung jawab di sini. Yang sakit kalau bisa disuruh pulang aja, biar ntar nggak ngerepotin di sana” itu adalah amanah Arinda di pagi buta ini. Setelah mereka semua sholat subuh, Arinda dan beberapa senior duluan berangkat ke Selo dengan tujuan untuk menetralisir tempat yang akan digunakan mereka nanti. Icha yang setengah tidur itu menganguk-angguk aja diamanahi Arinda sambil sesekali menguap. Karena tadi ia tidur jam 2.30 dan dibangunkan jam 3 untuk melaksanakan sholat tahajud. Dan tidak ada waktu tidur sampai sekarang atau bahkan nanti malam. Jadi ia yang hanya tidur setengah jam masih merasa ngantuk.

"Cha. Lo dengerin gue kan?” tanya Arinda sekali lagi memastikan. Icha membuka matanya lebar-lebar.

"Dengerin kok, Mbak. Udah, lo berangkat aja nggak apa-apa. Ini kunci aman di gue. Anak-anak aman. Ntar gue tak ngajak Pea buat ngeboncengin gue. Sante aja” jawab Icha kemudian. Arinda mengangguk ragu. Tapi kemudian undur diri dan langsung menuju motor Iman yang udah stay di belakangnya. Begitu Icha menerima kunci itu, ia langsung berbaur pada teman-temannya berserta junior dan membantu mereka menyiapkan barang bawaan yang dibutuhkan ke depan mushola setelah mengumpulkan junior di aula untuk menyiapkan diri.

"Semuanya, langsung ke halaman depan sekolah. Kita sarapan di sana. Ayo. Cepat!” teriak Irfan yang udah stay di halaman depan sekolah di bawah patung ikonik khas Tentara Pelajar. Serentak junior langsung bergegas menuju halaman depan dan segera duduk teratur. Lalu sie konsumsi memberinya jatah sarapan untuk seluruh junior. Dan seniornya kebagian joinan. Mereka sarapan pagi sambil dilihat para teman-teman mereka. Sarapan tereksis di sekolah mereka ketika ada acara LDK seperti ini.

"Yang kemarin sakit, di uks. Maju ke depan!” ujar Izul begitu semuanya selesai makan dan minum. 7 junior yang sedari kemarin mendekam di UKS segera maju.

"Ini kita dapet amanah dari ketos. Kalau kalian akan kami pulangkan demi kesehatan kalian sendiri” ucap Irfan ketika junior berdiri di hadapannya. Serentak ketujuh junior itu tersentak kaget.

"Nggak mau Bang” jawab mereka barengan.

Irfan dibuat cengo oleh jawaban mereka, "Dek, di sana nanti dingin. Kalau kalian nanti sakit lagi kan repot juga. Kalian repot kita juga repot”

"Tapi Bang, saya kemarin udah pamit sama orangtua kalau mau ngikutin LDK sampai selesai. Saya nggak mau pulang, Bang” jawab Anggi yang matanya udah berkaca-kaca. Diiringi anggukan dari keenam temannya.

"Iya Bang. Orangtua saya udah ngizinin. Saya juga nggak mau pulang” tambah Husain dengan nada penuh permohonan.

"Kami pengin ngikutin LDK ini sampai selesai, Bang” sahut mereka bergantian. Yang tadinya berkaca-kaca kini malah menangis yang membuat Irfan jadi semakin bingung oleh tingkah juniornya. Icha yang barusaja mengabadikan ketujuh junior itu juga dibuat cengo oleh jawaban ajaib mereka.

"Kalian kan sakit?”

"Enggak Kak. Saya udah nggak sakit lagi” jawab Linggi cepat-cepat. Icha jadi bingung sendiri. Padahal semalem mereka bahkan tidak bisa bangun.

"Iya Kak. Jangan dipulangin”

"Iya Kak”

"Aduhh.. jangan nangis Dek. Nggak punya tisu ini. Bentar bentar” Icha menggaruk tengkuknya karena semakin bingung dengan tingkah juniornya, ia menoleh ke arah Irfan yang sedang bicara pada Anggoro, "Fan! Gimana ini? Pada nangis semua. Bingung gue”

"Sek sek..”

"Yakin Dek nggak sakit lagi?” tiba-tiba Vera datang bersamaan dengan Iis dan Izul di sampingnya. Mereka sontak menoleh ke arah ketiganya sambil mengangguk cepat.

We Are PASKIBRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang