PROLOG

54 7 1
                                    

Matahari ibu kota kian membakar, membuat siapa saja di bawahnya akan menghitam. Yang putih jadi hitam yang hitam jadi tak terlihat.
Gadis itu, tepat di bawah bendera, dengan wajah mendongak menatap matahari, matanya terpejam, keringat mengucur deras dari dahinya, wajahnya tenang, tapi manusia rabun pun tau , wajahnya memucat, hampir seputih kertas.
Tanpa ia sadari seseorang memperhatikannya di sebrang lapangan, tepatnya di tangga. Mimiknya tak bisa di tebak.
Satu,dua,tiga ia mulai berhitung, saat hitungan kesepuluh gadis itu tumbang, pingsan.
Ia langsung berdiri, berniat menghampiri, tepatnya menolong.
Tapi gerakannya tertahan saat mendengar teriakan familiar
"Shasaaaaaaa....!!!!!!"
Ia tersenyum kecut kembali duduk . Ia tau sang pemilik suara akan menolong sang gadis.
Untuk kesekian kalinya ia terlambat, kalah cepat.
Ia kembali tersenyum, kali ini terlihat getir.
Dua tahun,menunggu bukanlah hal mudah.

Best sunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang