Setibanya di perpustakaan, shasa berjalan sepanjang rak, mencari-cari buku yg sekiranya menarik,.
Dari dulu shasa memang suka membaca, buku apa saja di lahapnya, mulai dari buku ber-genre horor, fantasi, sejarah, detektif, romance, apapun itu. Karna sebab itulah shasa lebih memilih perpustakaan sebagai pelariannya, berbeda dari kebanyakan cewek populer yg lebih memilih mall sebagai tempat pelarian.
Nugie tak henti-hentinya bertanya ini-itu, mengganggunya. Salah memang kenapa ia mau saja ditemani nugie ke perpustakaan, tempat yg membuat nugie risi, karna nugie terbiasa dengan keramaian.
Tiba di deretan rak buka sejarah, shasa berhenti, menarik buku tebal bertuliska "Mitologi yunani kuno"
"menurut kamu bukunya rame gak? " tanya nya pada nugie,
Yang di tanya mengerutkan kening seakan berfikir keras
"gak!! " jawab nugie kemudian
Shasa tergelak memukul bahu nugie dengan buku
"ngasal..!! " kemudian ia berjalan ke meja baca."sha......" ucap nugie memanggilnya , lebih seperti gumaman
"hmm.." shasa lebih fokus ke bukunya.
"shaa.." lagi-lagi nugie memanggilnya,
"apa sih gie ?! rese deh!!" shasa mendongak, dan tak menemukan nugie sepanjang pandangannya.
Kurang kerjaan !!
Shasa mengangkat bahunya tak perduli kembali menekuri bukunya,
"sha..." nugie lagi-lagi memanggilnya , kali ini dari sela-sela buku.
Kali ini ia benar-benar tak menghiraukannya.
Pikirannya tiba-tiba menerawang, perpustakaan mengingatkan nya pada sosok les, dimana ia dua setengah tahun yang lalu bertemu dengan les.
Alkisah dulu saat awal-awal ia baru kelas 10 , dan mulai jadi pengunjung tetap perpustakaan. Saat ia sedang asik membaca buku , ia terbatuk karena asap yang tiba-tiba muncul. Ia pun mencari darimana asap itu berasal , dan begitu tiba di deretan rak paling ujung. Mata nya menangkap sosok laki-laki sedang rebahan sambil merokok di tumpukan buku yang mulai usang dan tak layak baca. Merasa kepergok, sang cowok langsung berdiri dan menginjang putung rokoknya yang tinggal setengah.
Kurang kerjaan banget sih ngerokok di perpus, kayak ga ada tempat lain aja
"lo ngapain disini?!" sentaknya kasar dengan suara baritonnya
Shasa mengernyit lalu berpaling hendak pergi , namun pergelangan tangannya di cekal.
"aww!!!" shasa meringis kesakitan
Sadar aksinya menyakiti shasa, cowok itu melepaskan cekalannya,
":eh, sorry sorry"
Shasa mendengus sebal lalu mengangguk,
"nama lo siapa?!" tanya si cowok riang , seakan-akan telah lupa bahwa tadi shasa mempergokinya
"shasa, " jawab shasa singkat
Si cowok magut-magut bego. Dan shasa memperhatikan bahwa cowok dihadapannya sangat-sangat bergaya berandalan , dengan baju bernoda tipe-x disana-sini yang terlihat kekecilan di tubuhnya yang bisa di bilang tinggi juga besar beserta sepatu dallas di injak tanpa kaos kaki.
Dan hal yang terjadi selanjutnya adalah , si cowok bertanya-tanya kepo tentang nama panjang shasa, kelas, alamat sampai hobby shasa. Dan dengan tololnya shasa menjawab lengkap pertanyaan si cowok, lengkap-selengkap-lengkapnya.
Dan hal yang tak pernah bakalan shasa lupain adalah saat si cowok berucap dengan songongnya
" Rafasha adiva , anak kelas sepuluh jurusan IPS. Mulai detik ini siapa pun yang ngeganggu lo bakalan berurusan dengan gua, dan mulai saat ini lo bakalan terus temenan ama gua , jalan ama gua , dan selalu bareng ama gua. Gak peduli saat itu kita lagi marahan ataupun gua habis nyium elu, SELAMAT !!!! lu adalah orang yang sangat beruntung karna sekarang udah resmi jadi sahabat gua , kenalin gua Raulles Kusuma"
Shasa tersenyum geli, ingatannya tentang moment itu slalu bisa membuatnya riang.
Ia melirik arloji di tangannya, jam sepuluh lewat lima belas, sepuluh menit lagi bel masuk kelas berbunyi. Ia melihat sekelilingnya, nugie tak ada dimana pun.
"Nugie emang kurang kerjaan , ke perpus malah main petak umpet kaya ABG labil" runtuknya dalam hati.
Ia beranjak dari duduknya dan mencoba mencari nugie,
"Gie, kamu dimana?" tanya nya pada angin.
Tak ada jawaban dari nugie.
Shasa mendesah gelisah , ruangan perpusatakaan tiba-tiba jadi terasa mencekam. Perpusatakaan yg biasanya masih di isi satu atau dua orang , sekarang benar-benar kosong seakan menyisakannya sendiri. Belum lagi pencahayaan yang remang-remang karna sinar matahari yang masuk tertutupi oleh rak buku yang tinggi'
"Ini juga perpustakaan kenapa jadi serem gini?!" lagi-lagi ia meruntuk. Kebiasaan buruk, penakut.
Ia mengusap tengkuknya yang tiba-tiba jadi dingin, melihat sekeliling dengan was-was.
"Gie kamu di......."
BRUKKK!!!!
ia menabarak hantu."AKHHHH!!! AAAAAAAAAAAAAAKKKHHHHHH....!!! ia berteriak histeris
"AKHHHH.AHHHH,... BUMFTH.." mulut nya di bekap tangan besar si hantu, sontak ia tak bisa berfikir jernih.
"matiin gua, matiin guaaaa!!!"
"HUSH!! Berisik!!!" suara berat menegurnya.
Pelan-pelan ia memberanikan diri membuka matanya, mencoba melihat hantu yang ada di hadapannya.
Ralat , bukan hantu, beneran bukan hantu , tapi ini MALAIKATTTT!!! OMEGAD MALAIKAATTT!!!
Baju seragam yang terlihat rapi dengan muka putih bersih, hidung mancung di bingkai kacamata yang tidak membuatnya terlihat cupu.
Mata belo shasa jadi makin belo. Si malaikat melepaskan bekapannya , membuat mulut shasa spontan ternganga.
"Matiin guaaaa , sejak kapan SMA Perdana punya cowok seganteng ini?!"
Nugie yang mendengar teriakan shasa langsung buru-buru menghampiri dan menemukan shasa berduaan dengan cowok yang kelewat asing baginya,
"Eehemm!!" nugie berdehem keras , menyadarkan shasa dari keterpesonaan.
"eh, eng, um" shasa jadi salting gak jelas , dan si malaikat berjalan , berlalu meninggalkan mereka berdua.
Nugie menatap shasa menikam , mengangkat sebelah alisnya
"Jadi dia yang bikin kamu gak nyariin aku?!"
Shasa mengulum senyum , mengerti kecemburuan nugie
"siapa suruh ngumpet" jawabnya seraya berjalan meninggalkan nugie karna bel telah berbunyi.
Nugie menyusulnya cepat, keduanya berjalan dalam diam.
Nugie sedang diliputi kecemburuan , dan shasa membiarkan nugie di tikam kecemburuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best sunset
أدب المراهقينKau tau? tak ada yang mudah dengan menunggu. Mencintai dalam diam bukanlah sebuah perkara mudah. Ibarat jarum , semakin kau genggam semakin sakit dan pedih kau rasa. Begitupun hati ku , semakin ku pendam , semakin rasa ini membunuh ku. -Les, 24,nov...