Jalanan Jakarta mulai ramai, cahaya lazuardi yang mengisi ruang langit terlihat sangat indah di langit senja. Satu persatu lampu jalanan mulai dinyalakan, saat ini adalah jam pulang kerja yang membuat jalanan biasanya macet di sore hari.. Tapi syukurlah jalanan kali ini dalam keadaan ramai lancar. Les memacu mobil perlahan.
Sepulangnya dari gudang, Shasa tiba-tiba merasa lapar. Ia melirik Les yang sedang fokus menyetir disampingnya, dan seketika ia terpana. Ia baru menyadari bahwa Les terlihat sangat tampan dibelakang kemudi.
"Kenapa lo ngeliatin gue segitunya?" Ucapan Les membuat Shasa tersentak kaget, seketika pipinya merona.
"Gue ganteng ya?"
Sialan! Shasa benar-benar benci saat Les seakan-akan bisa membaca pikirannya.
"Nggak banget!!" Jawabnya keki. Les tergelak senang.
"Lo lapar ga?" Tanya Les.
Shasa mengangguk nelangsa, membuat Les tersenyum geli.
Les langsung menepikan mobil di depan Restoran cina,
"Makan disini atau dibungkus?" Tanya Les.
Shasa mengerutkan kening, berfikir.
"Bungkus aja deh kita makan dirumah lo aja." Putusnya.
Les mengangguk lalu keluar , memasuki restoran.
Shasa menyalakan radio , biasanya jam segini radio favoritnya dulu sedang siaran. Dan memang benar.
Hai gaes!! Ini dia ada request dari teman kita yang ada Di daerah kota Tua. Dua Lipa-IDGAF-
Ujung bibirnya terangkat, lagu kesukaannya.
You call me all friendly.
Telling me how much you miss me. That funny, I guest you heard my song.
Well, I'm too busy for your bussines. Go Find a girl wants to listen. Couse if you think I was born yesterday you've got me wrong.
So I cut you off. I don't need your love. Couse I all ready cry enough.
Shasa benar-benar hanyut dalam lagu, dan tiba-tiba kornea matanya menangkap pemandangan yang membuatnya terkejut.
"Nugie.." Desisnya begitu melihat seseorang yang sangat mirip dgn pacarnya.
Pria yang dikiranya Nugie terlihat berjalan bergandengan kedalam restoran.
Tapi tunggu dulu, setahunya Nugie dirumah sakit karena mamanya sakit. Dan mungkinkah yang dilihatnya benar Nugie?
Jantung nya tiba-tiba berdegup kencang begitu pikiran bodoh merasuki otaknya..Di dorong rasa penasaran yang tinggi , Shasa keluar dari mobil mengikuti kedalam restoran.
"Ya tuhaaan, semoga bukan Nugie, semoga aku salah" batin Shasa cemas.
Didalam restoran , pria itu duduk berhadapan dengan seoran wanita, menatap sang wanita dengan mesra.
Shasa terkesiap, wajahnya pucat begitu matanya melihat dengan jelas bahwa pria itu benar Nugie.
"Nugie?" Ucap nya cukup keras membuat Nugie menyadari kehadirannya.
"Shasa?!" Nugie terkejut, wajahnya pias.
PLAKK!!! Satu tamparan keras melayang kewajah tampan Nugie,
"JADI INI MAMA KAMU YANG SAKIT?!" Shasa dengan lutut lemas berteriak marah.
Cewek yang bersama Nugie berteriak histeris, "Eh cewek gila , ngapain lo nampar pacar gue?!"
PACAR?? ucapan cewek itu berdengung dikepala Shasa.
BUKKK!!! satu tonjokan telak kembali mendarat diwajah Nugie, membuatnya tersungkur kebelakang.
Bukan Shasa, melainkan Les yang dengan wajah membunuh tiba-tiba menyerang Nugie, menarik kerah baju Nugie sebelum Nugie sempat sadar bahwa ujung bibirnya sudah dipenuhi darah. Keributan kian menjadi-jadi, cewek yang bersama Nugie makin berteriak histeris, membuat satu restoran menatap bingung sekaligus penasaran. Namun tak ada yang berani mendekat, melihat postur tubuh Les membuat mereka berfikir dua kali.
"Eh bangsat!! Ini terakhir kalinya lo berurusan sama Shasa. Satu meter lo berada disekitar Shasa, HABIS LO!!" Ujar Les berapi-api.
Les hampir saja kembali melayangkan tinju nya jika Shasa tidak menahan bahunya,
"Gausah Les, lo gausah buang-buang tenaga buat ngehancurin muka bangsatnya" ucap Shasa.
"Pulang aja yuk, gue mau muntah" sambungnya.
Les melepas cengkramannya dari kerah Nugie dengan kasar, hampir-hampir membuat Nugie terjengkal, lagi.
Diperjalanan pulang Shasa hanya diam membisu, membuat Les risih. Pun ketika mobil mereka memasuki pekarangan rumah Les. Les mematikan mobil , membukakan pintu rumah di ekori Shasa. Dan Shasa masih membisu , bahkan ketika ia duduk dimeja makan bersama Les.
Keheningan ini benar-benar mengganggu Les, "Shaa.."
"Gausah dibahas , gue males" Potong Shasa cepat. Les langsung bungkam.
Lima belas menit berlalu hanya suara denting senduk dan piring yang beradu. Sampai akhirnya Shasa bersuara,
"Biar gue yang nyuci piring."
Les tertegun ketika Shasa dengan kasar mengambil piring makanannya. Walau sebenarnya ia kesal , mau tak mau toh ia tersenyum juga. Akhirnya Shasa bersuara juga.
"Sini biar gue bantu." Tawar Les.
"Gausah" sahut Shasa.
Les tersenyum miring, mengacuhkan ucapan Shasa.
"Sha, yang nyakitin hati lo itu si Nugie , bukan gue. Jadi lo jangan galak-galak sama gue."
Shasa bergeming, tak menanggapi bacotan Les.
"Sha!! gue sumpahin lo bisu aja sekalian" Seru Les kesal.
=============
Sudah hampir setengah jam lebih Les membolak-balik tubuhnya diatas kasur, mata nya sama sekali belum bisa terpejam. Les mendadak langsung duduk, mengacak-acak rambut dengan frustasi.
"Arrrrggghh!!!" Erangnya.
Dengan langkah gontai ia berjalan keluar kamar, menuju dapur. Segelas susu coklat panas mungkin bisa membuatnya merasa lebih baik.
Manik matanya mendapati Shasa duduk tertunduk di meja makan, dahinya mengernyit heran.
"Ga bisa tidur?" Tanya nya , membuat Shasa mendongak menatapnya terkejut.
"Ngapain lo?!" Bukannya menjawab , Shasa malah bertanya sinis.
Les mengangkat bahu acuh, "Serah gue dong, orang rumah gue juga"
Shasa memutar bola matanya.
Les membuat susu coklat nya, kemudian duduk di hadapan Shasa. Mengamati wajah lesu Shasa.
"Udah kali Sha , ga usah terlalu berduka buat cowok banci kek gitu" Ucapnya.
Shasa hanya diam, lagi-lagi kembali bisu.
Les menghela nafas berat.
Shasa tiba-tiba beranjak dari duduknya, dan dengan gerakan cepat les menariknya kedalam pelukan.
"Sha, gausah ditahan." Ucap Les lembut.
Dan disanalah pertahanan Shasa runtuh, Air matanya tumpah tak terbendung lagi.Les kembali menghela nafas. Ia tau bagaimana cinta bisa meremukkan hati. Dan ia paham bagaimana rasanya melihat orang yang dicintai bersama orang lain, ia paham betul.
Shasa menangis keras dipelukan Les, membuat baju Les basah oleh air mata. Les mengusap punggungnya lembut.
Satu yang Ia percayai, bahwa diatas rasa sakit itu sendiri, tangisan adalah obat pereda sakit. Dan pelukan orang terdekat adalah perban. Sedangkan obat penyembuh yang paling ampuh adalah waktu.========
KAMU SEDANG MEMBACA
Best sunset
Teen FictionKau tau? tak ada yang mudah dengan menunggu. Mencintai dalam diam bukanlah sebuah perkara mudah. Ibarat jarum , semakin kau genggam semakin sakit dan pedih kau rasa. Begitupun hati ku , semakin ku pendam , semakin rasa ini membunuh ku. -Les, 24,nov...