Highway || Oh sehun

2.6K 246 6
                                    


Malam semakin larut. Kau berkendara di jalan tol dengan kecepatan sedang. Jalan tampak ramai, namun tak seramai siang hari.

Jika saja kau tidak ingat akan tugas kuliahmu yang hampir mendekati deadline, kau pasti tidak akan nekat pulang ke rumah malam-malam seperti ini. Apalagi jarak yang cukup jauh dari tempat nenekmu yang baru saja kau jenguk beberapa jam lalu.

Sebetulnya kau masih ingin berada di sana. Tapi apa daya, kau tidak mau mendapat nilai jelek di salah satu mata kuliahmu.

Tiba-tiba kau melajukan mobilmu pelan. Tepat di depan sana, ada dua mobil hitam yang parkir di bahu jalan. Tak hanya itu, kau pun melihat tiga orang laki-laki yang siap menghajar satu orang laki-laki lain dari mobil yang berbeda.

Matamu membelalak. Kejadian hajar-menghajar itu baru saja kau saksikan langsung.

Tiga lawan satu.

Jelas bukan lawan yang seimbang.

Kau merasa takut. Kemudian menaikkan kecepatan mobilmu dan berusaha untuk tidak ikut campur.

Namun, seorang laki-laki yang menjadi korban baku hantam tadi berlari mengejar mobilmu.

Ia berlari sangat kencang dan sempat mengetuk-ngetuk kaca mobilmu. Tak lupa, dua dari ketiga orang yang tadi menghajar laki-laki itu juga ikut mengejar. Namun dengan lari yang lebih pelan dari laki-laki yang terus mengetuk kaca mobilmu sambil meracau.

"Kumohon, buka pintu mobilmu. Tolong aku!"

Samar-samar kau mendengar teriakan laki-laki itu. Hingga akhirnya kau memelankan laju mobilmu.

Kau merasa takut, bingung, dan juga resah. Entah apa yang terjadi, kau betul-betul tidak tahu. Kau ingin membantu. Tapi bisa saja laki-laki itu hanya berbohong dan kau malah menjadi korban peculikan ataupun permapokan.

Kau terus bergulat dengan semua pikiran yang hinggap di otakmu. Bagai kaset rusak, kau tidak tahu harus berbuat apa.

Hingga akhirnya, sebuah keputusan yang entah akan kau sesali atau tidak, kau pun menghentikan mobilmu dan segera menurunkan kaca jendelamu kemudian menyuruh laki-laki tadi untuk segera masuk di bangku penumpang.

Tak menunggu lama, laki-laki itu segera masuk dengan terburu-buru.

"Cepat jalankan mobilnya!"

Sekali tancap, mobilmu melaju kencang. Jantungmu ikut berdegup kencang. Adrenalinmu merasa terpacu.

Dari kaca, kau melihat laki-laki tadi tengah mengusap pinggiran bibirnya yang berdarah. Kemudian tak sengaja kalian saling beradu pandang.

"Boleh aku duduk di depan?"

Kau merasa kaget. Namun kemudian mengangguk.

Laki-laki itu tak mengabaikan kesempatan. Ia segera beranjak dan kemudian duduk di sampingmu meski terlihat agak kesusahan.

"S-sebenarnya apa yang terjadi?" tanyamu ragu. Tapi kau harus menanyakan itu untuk mengerti situasi yang sedang kau alami ini.

"Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja mereka memepet mobilku sampai mau tak mau aku memarkinkannya di bahu jalan," jelasnya masih dengan membersihkan darah tipis yang tersisa di sekitar bibirnya.

"Boleh aku minta tisunya?" lanjutnya ketika melihat ada sekotak tisu di dashboard.

Kau lagi-lagi mengangguk.

"Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanyamu lagi sambil terus melajukan mobilmu.

"Mungkin aku akan ke kantor polisi dan melaporkan ini semua," katanya sambil sesekali memerhatikanmu yang sedang fokus menyetir.

Beberapa ratus meter ke depan, kau melihat ada rest area. Karena lapar, kau berniat untuk mampir sebentar dan membeli beberapa makanan. Namun sesekali kau juga memastikan ke belakang. Takut jika orang-orang jahat tadi mengikuti mobilmu.

Setelah dirasa aman, dan tak ada tanda-tanda ada yang mengikutimu, kau pun berniat untuk mampir dan membeli pengganjal perut.

"Aku akan mampir ke sana. Hanya sebentar. Cuma untuk membeli makanan," katamu yang kemudian dibalas anggukan oleh laki-laki tadi.

Kau melajukan mobilmu menuju sebuah drive thru. Kemudian memesan dua kentang goreng, satu berger dan dua botol milkshake coklat.

Setelah membayar, kau kembali melanjutkan perjalananmu. Dan tak lupa memberi laki-laki itu makanan yang kau beli.

Suasana hatimu mulai tenang.

"Aku Oh Sehun, boleh aku tahu namamu?" tanyanya sambil melahap kentang goreng yang kau belikan.

"Aku (yourname)," jawabmu sambil memakan berger dan tetap fokus menyetir.

"Terima kasih banyak. Aku tidak tahu harus apa jika kau tidak menolongku tadi," katanya sambil masih terus memakan beberapa kentang goreng. Namun sesekali ia meminum milkshake-nya.

"Iya, sama-sama."

Ada keheningan sesaat. Dan jalan tol pun akan berakhir di beberapa ratus meter ke depan.

"Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan orang sepertimu yang tampak tenang di saat ada orang asing meminta pertolonganmu."

Terdiam, kau belum menjawab perkataan Sehun. Melainkan sibuk untuk membayar biaya jalan tol. Dan kemudian kembali melajukan mobilmu.

"Aku juga sebenarnya takut, bingung, dan semuanya campur aduk di pikiranku," katamu jujur sambil sesekali mencuri pandang pada Sehun.

Jika dilihat-lihat, Sehun ini termasuk tipe laki-laki yang sangat tampan. Kulitnya putih, postur badannya bagus, dan bibirnya cukup seksi. Kau agak sedikit salah tingkah melihatnya. Namun segera kembali bersikap normal agar tidak ketahuan.

"Kau mau turun di mana?" tanyamu.

"Di jalanan Universitas XXX sana. Aku sudah meminta temanku untuk menjemput," katanya sambil memainkan ponselnya.

"Universitas XXX?!" tanyamu kaget.

Mungkinkan Sehun juga berkuliah di sana? Pasalnya, kau juga berkuliah di universitas itu.

"Aku mahasiswi di sana," ujarmu dengan binar penuh harap. "Apa kau juga?" tanyamu memastikan.

Tapi Sehun kemudian memandangmu sedikit kaget namun segera mengulas senyumnya

"Oohh, kau mahasiswi di sana? Berarti kita bisa bertemu lagi, kan? Jalan-jalan mungki? Ya, hitung-hitung sebagai balas budiku padamu," ujar Sehun masih dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.

Entah harus senang atau biasa saja, tapi kau merasa sedikit bahagia karena barusan kau mendengar bahwa Sehun memintamu untuk bisa bertemu lagi.

Menghabiskan waktu bersama dan mungkin bisa berbagi cerita satu sama lain.

"Kurasa bisa. Omong-omong, kau di jurusan apa?" tanyamu sambil ikut memberi senyum sebahagia mungkin pada Sehun.

"Uhm, Aku mengajar matematika bisnis di sana."

Kau melongo dan kaget. Tak mengerti apa yang dikatakan Sehun.

"Mengajar?"

"Ya, aku dosen di sana," kata Sehun dengan cengiran yang saat itu membuatmu melongo.

[]

-fin

<<>>

Halooo~

Gak tau sebenernya part-nya sehun ini aku bikin imagine apaan :v gaje emang ya. Biarin ah wkwk #ditimpukPakeAkua

Tapi aku harap kalian gak lupa beri apresisai ya. Itu lho klik vote atau gak kasih komentar berupa kritik/saran. Dan semoga kalian senang sama imagine-nya Hehe :D

See you~

-elferis




Next Imagine : Xiumin xi bakpao :v

Imagine // EXOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang