Second

18 3 0
                                    

"I don't mind spending every day
Out on your corner in the pouring rain, oh.
Look for the girl with the  broken smile
Ask her if she wants to stay awhile
And she will be loved"
 (She will be loved- Maroon 5)

Kafe Blossom hari itu mendapat empat pesanan minuman dari meja nomor dua di dekat pintu masuk. Sambil menunggu pesanan datang, empat manusia itu tampak asyik mengobrol.

“Kok kalian bisa kenal, sih?” tanya Amira yang sedari penasaran pada Rabel dan Endra.

Endra yang ambil peran untuk menceritakannya. Sambil berusaha menahan intonasi suara yang sekiranya dapat membuatnya terlihat kegirangan bertemu Rabel, pria itu menceritakannya dengan detail. Sesekali diiringi anggukan dari Rabel.

Hugo hanya diam sambil menebak kata-kata yang akan keluar dari mulut Endra dalam hati. Dia sudah hapal ceritanya.

“Oohh... jadi begitu toh. Jakarta sempit banget, ya,” ucap Amira mengerti.

Pesanan datang saat Amira sedang sibuk membenarkan kunciran rambutnya, Rabel yang sedang memeriksa ponselnya, Hugo sedang melemparkan pandangannya ke arah akuarium yang ada di samping kirinya. Jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan nada sembarangan. Dan, tentunya, Endra sedang memandangi Rabel lekat. Ia lupa dengan rencana awalnya menemui Amira—bertanya soal reuni kelas.

Melihat Hugo hanya diam, Amira mulai mengajaknya bicara. “Kak Hugo apa kabar? Kayaknya makin tinggi, ya?”

Hugo menyesap cappuccino latte-nya, lalu tertawa kecil, “Iya, nih. Nambah setengah senti,” guraunya yang disambut tawa geli Amira.

“Mir, kok kayaknya dari tadi gue di sini, lo nggak nanyain kabar gue sama sekali, sih? Dan dari dulu sampe sekarang lo nggak pernah muji gue tinggi. Basa-basi lo norak, tau nggak?!” protes Endra.
“Lo mah nggak perlu di tanya, udah keliatan lo lagi bahagia banget, kan, hari ini?” goda Amira yang sudah mulai mencium adanya ketertarikan Endra pada Rabel.

“Jelas banget, ya?” Endra memegang wajah sumringahnya.

Hugo yang sedikit malu melihat tingkah sahabatnya itu hanya menggeleng pelan sambil terus menikmati tarian gemulai ikan arwana setelah sebelumnya melirik Endra sekilas.

“Oh iya, Bel. Tadi, kamu pasti lagi di jalan, ya? Makanya nggak bisa angkat telpon aku,” tanya Endra.

“Aahhh... iya. Tadi aku lagi di jalan dan handphone-ku ke-silent. Sori,ya,”  kilah Rabel, jemarinya meraba telinga kanannya. 

Beberapa bahasan sudah dibicarakan empat orang itu, dari yang penting hingga yang tak bermakna ketika Rabel terlihat tengah mengetik pesan di ponselnya. Tak lama kemudian, ponsel Amira bergetar.

"Katanya mau nonton? Ntar filmnya udah mulai, Mir." Pesan itu datang dari sahabat yang ada di sampingnya saat ini.

"Ya, gimana? Gue ga enak sama Kak Hugo. Dia kakak kelas gue soalnya. Bentaran lagi ya," balas Amira.

Hugo menyenggol kaki Endra, lalu berbisik, “Kapan mau beli sepatunya?”

Amira yang mendengar sertamerta menyambut. “Kalian masih ada urusan, ya? Pergi aja. Nggak apa, kok,” ujar Amira sambil tersenyum.

Let Me Love U FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang