"Belum pernah kujatuh cinta sekeras ini, seperti padamu.
Jangan sebut aku lelaki bila tak bisa dapatkan engkau."
(Menghitung Hari 2 - Anda)
Cuaca sedang mendung, langit seperti sedang bersiap-siap menurunkan pasukan untuk membasahi Jakarta. Berbeda dengan cuaca di luar, wajah rabel terlihat cerah dan sumringah. Kalau ada orang lain yang memergokinya tengah mesem-mesem sendiri sambil menggigiti ujung pensilnya, ia pasti akan dikira memiliki kelainan jiwa.Sebentar-sebentar ia tertawa, sebentar-sebentar ia menutup wajahnya seperti malu. Ternyata, Hugo tak sendirian memikirkan kejadian di mobil malam itu, Rabel sudah dua hari ini bertingkah aneh karena kejadian itu. Ia bagaikan seorang remaja yang jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Saat sedang asyik dengan pikiran yang berterbangan, terdengar suara pintu diketuk. Cepat-cepat Rabel membenarkan posisi duduk dan mimik mukanya. Lalu, ia menyuruh orang yang mengetuk untuk masuk. Adalah Mila yang bermaksud memberitahu bahwa ada Endra yang sedang menunggu di bawah.
“Ngapain dia? Kenapa nggak suruh naik aja?”
“Katanya mau nunggu di bawah aja,” jawab Mila.
“Ah! Nyusahin aja tuh anak,” gumam Rabel sambil berjalan menuju pintu, lalu menuruni tangga untuk menemui tamu tak diundangnya itu.
Sesampainya di lantai dasar, Rabel memelankan langkahnya. Matanya tertuju pada seseorang di samping kanan Endra. Lalu, ia tersenyum pada orang itu, sesosok gadis imut bermata besar. Gadis yang tampak berusia awal dua puluh tahun itu pun membalas dengan senyuman ramah.
“Ada apa, Ndra?” tanya Rabel dengan pandangan ke arah tangan Endra yang tengah menggenggam tangan gadis itu dengan sangat erat.
“Kamu lagi sibuk?” tanya Endra menatap Rabel lekat.
“Enggak juga,” jawab Rabel membalas tatapan Endra. “Ada perlu?”
“Aku mau ngajakin kamu makan siang bareng...” Endra mengalihkan pandangannya pada gadis di sebelahnya itu. “Kenalan dulu.”
“Angel.” Gadis itu dengan sigap menjulurkan tangannya pada rabel. “Kak Dora ternyata beneran cantik.”
“Kak Dora?!” Rabel yang sudah menyambut jabatan tangan dari Angel sertamerta membelalak mendengar nama itu. Sedetik kemudian, ia memalingkan wajahnya pada Endra yang sedang berusaha menahan tawanya. “Dasar!” desisnya.
“Panggilnya Rabel aja, Cantik,” ujar Rabel pada Angel. “Nggak usah dengerin dia!”
Dengan tangan yang masih menggenggam tangan Angel, Endra tampak menatap Rabel penuh selidik. Ia ingin tahu, apakah ada garis kecemburuan di wajahnya. Dahinya sampai berkerut, tapi ia gagal menemukannya. Endra memang tengah menjalankan misi terakhirnya, yaitu membawa seorang wanita ke depan target.
“Oh, mau makan siang, ya? Bentar, ya. Aku ambil tas dulu.” Dengan wajah sumringah, Rabel membalik tubuhnya untuk kembali ke ruang kerjanya.
“Rabel!” Tiba-tiba suara Endra menghentikan langkah Rabel.
“Hmm?” sahut Rabel sambil kembali mendekat.
“Kamu...”
“Hmm?”
“Kamu... nggak cemburu?” Akhirnya, tanpa basa-basi, Endra berhasil mengucapkan kata-kata yang sedari tadi menggantung di bibirnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love U First
RomanceKetika orang lain berharap cintanya terbalas, aku hanya ingin tahu rasanya membalas cinta seseorang. - Adorabella Park Masing-masing orang memiliki seseorang yang menganggapnya istimewa. Dalam hal ini, kamu punya aku di garis terdepan. - Jiendra Sud...