2

223 32 1
                                        

Aku bersyukur Taehyung sudah lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya dia sudah bisa tertawa walau belum seceria dulu.

"Apa Taehyung baik-baik saja," Yoongi hyung bertanya padaku ketika ia memanggilku ke kamarnya untuk membicarakan beberapa hal.

Yoongi hyung selalu menjadi orang yang penuh perhatian. Ia sudah tahu Taehyung tidak akan menceritakan perasaannya padanya, maka dari itu ia bertanya padaku.

"Seperti yang hyung lihat," jawabku sembari mengangkat kedua kakiku ke atas kasur Jin hyung yang tengah kududuki saat ini.

"Jimin, apa kau makan banyak akhir-akhir ini?" Tanya Yoongi hyung, ia memperhatikan tubuhku.

"Uh, sepertinya begitu, kenapa?"

"Kau sepertinya lebih gemuk,"

A..aku gemuk?

Aku berdiri dari kasur Jin hyung dan memperhatikan diriku di depan cermin lemari pakaian Yoongi hyung​ dan Jin hyung.

"Benar, terlalu banyak lemak di tubuhku. Aku akan diet mulai besok," kataku.

Kudengar Yoongi hyung mendesah kasar. "Berhentilah Jimin, kau terlalu berlebihan,"

"Aku tidak mengatakannya agar kau mu menurunkan berat badan," sahutnya dibelakang laptop yang tengah ia pangku di pahanya.

"Berhentilah memikirkan berat badan, kau tidak segemuk yang kau bayangkan,"
"Tidak, tidak! Penggemar tidak akan suka penampilanku jika aku gemuk," kataku lalu kembali ke duduk diatas kasur Jin hyung.

"Terserah kau, aku sudah mengingatkan, jangan terlalu membebani dirimu,"

Ya, penggemar pasti akan kecewa. Kupastikan itu. Walaupun mereka mengatakan bahwa tidak apa-apa jika aku sedikit lebih gemuk, tapi aku tidak percaya. Mereka hanya mengatakan itu sebagai formalitas, dan pada akhirnya mereka berpaling dariku.

Kenyataannya, mereka juga lebih suka ketika aku kurus dan mempunyai abs. Mereka akan tersenyum sepanjang waktu melihat absku. Dan sudah tugasku untuk membuat mereka semua tersenyum.

"Aku ke kamar dulu hyung," aku berjalan keluar kamar Yoongi hyung dan kembali ke kamarku sendiri.

Dikamarku, kulihat Hoseok hyung tengah menelepon seseorang dengan raut wajah cemas. Tak lama setelah aku masuk kamar, ia memutus sambungan teleponnya.

Hoseok hyung membuka lemari bajunya dengan tergesa-gesa dan mengambil sebuah kemeja dari sana. Ia juga mengganti boxernya dengan celana jeans panjang.

"Taehyung masuk rumah sakit," Hoseok hyung berkata padaku dengan wajah cemas.

"Ada apa? Kenapa dia bisa disana? Aku ikut!" Kataku lalu mengganti baju.

Hoseok hyung tidak mengidahkan pertanyaanku lalu mengambil kunci mobil dari nakas sebelah kasurnya. Kami bergegas keluar kamar dan memberitahu Yoongi hyung.

"Ada apa? Kenapa dia bisa masuk rumah sakit? Bukankah dia sedang menginap di rumah temannya?" Tanya Yoongi hyung ketika kami memberitahu tentang Taehyung. Ia bergegas mengganti bajunya dan mengambil ponselnya lalu masuk ke mobil.

Hingga di perjalanan menuju rumah sakit, Hoseok hyung tetap bungkam. Ia tidak menjawab pertanyaan kami dan fokus dengan jalanan di depannya. Ia terlihat seperti orang kesetanan. Bagaimana tidak, Hoseok hyung menyetir begitu cepat hingga membuatku takut jika setelah ini kami bertiga yang akan masuk rumah sakit.

Yoongi hyung berkali-kali mengingatkan Hoseok hyung agar berhati-hati tapi sepertinya ia tidak mendengar. 

Aku mengirimkan sebuah pesan singkat tentang Taehyung di grup chat bangtan. Jin hyung dan Namjoon hyung langsung merespon dan bertanya alamat rumah sakitnya. Hanya Jungkook saja yang sama sekali tidak merespon bahkan me'read' pesanku.

Sepertinya ia sedang sibuk shooting Law of The Jungle sekarang.

Ketika kami sampai, Han Jaemin, teman yang membiarkan Taehyung menginap di apartemennya beberapa hari ini menundukkan kepalanya di depan ruang UGD. Di sampingnya ada beberapa orang yang kuduga dari pihak kepolisian tengah menanyai Jaemin beberapa pertanyaan.

"Jaemin!" Hoseok hyung menghampiri Jaemin.

"Hyung, aku minta maaf, aku tidak seharusnya meninggalkannya sendirian di apartemenku tadi,"

"Jelaskan kronologisnya!" Perintah Hoseok hyung. Disaat-saat seperti ini, Hoseok hyung terlihat sangat menyeramkan.

"Aku sedang pergi ke pesta ulang tahun temanku yang lain dan meninggalkan Taehyung sendirian di apartemenku. Setelah aku pulang, aku sudah melihat Taehyung tergeletak di kamar dengan banyak obat-obatan di tangannya," jelas Jaemin.

"Obat-obatan apa?" Tanyaku.

"Aku tidak tahu hyung," Jaemin mulai menangis.

"Itu hanya obat-obatan biasa yang dijual di apotek, tapi ia meminumnya bersamaan dengan banyak obat-obatan lain dalam waktu bersamaan dan membuatnya overdosis," kata seseorang dari pihak kepolisian.

Kakiku lemas. Aku segera mencari tempat duduk sebelum tubuhku ambruk karena tidak tahan menahan berat badanku sendiri.

Apa Taehyung sudah gila?

Setelah beberapa lama, seorang dokter keluar dari ruang UGD dan memberitahu bahwa Taehyung sudah sadar. Kami diperbolehkan bertemu dengannya setelah ia dipindahkan ke ruang perawatan.

Wajah Taehyung sangat pucat ketika aku bertemu dengannya. Ia memalingkan wajahnya, menolak melihat kedatangan kami.

"Taehyung kau gila? Kau melakukannya dengan sengaja? Ada apa denganmu?!" Yoongi hyung seakan menghakimi Taehyung.

Hoseok hyung memegangi pundak Yoongi hyung yang terlihat sedikit emosi.
"Taehyung kau tidak apa-apa?" Tanya Jin hyung dan Namjoon hyung yang baru saja datang.

Taehyung tidak menjawab. Ia tetap diam walaupun sudah ditanyai puluhan atau mungkin ratusan pertanyaan oleh kami.

"Bisa kalian tinggalkan kami berdua?" Ujar Namjoon hyung. Kami langsung meninggalkan ruangan dan menunggu di luar.

Sedari tadi aku tidak banyak bicara. Dibandingkan memberi pertanyaan dan menggali alasan mengapa ia melakukan itu, aku lebih memilih memutar otak untuk mencari cara untuk membantu Taehyung.

Pasti ada alasan kuat dibalik perbuatannya. Ia bukanlah orang yang melakukan hal-hal bodoh seperti itu tanpa memikirkan resiko. Mungkin imagenya memang seperti orang bodoh atau idiot dan polos di depan kamera, tapi nyatanya ia tidak sebodoh itu. Ia tahu mana yang harusnya ia lakukan dan mana yang tidak seharusnya ia lakukan.

Selang beberapa lama Namjoon hyung keluar.

"Aku menyerah," katanya. Namjoon hyung melihat kearahku dan berkata, "Jimin, coba kau bicara padanya. Aku tidak mengerti lagi cara menghadapi manusia itu,"

Aku masuk ke dalam ruangan dan mengambil sebuah kursi di pojok ruangan dan menariknya ke samping ranjang tempat Taehyung berbaring saat ini.

"Ceritalah," kataku. Selama beberapa detik kemudian suasana menjadi hening. Aku menunggu Taehyung menjelaskan semuanya padaku secara sukarela tanpa perlu ada paksaan.

"Aku ingin keluar dari bangtan,"

Bangtan's Angel, JiminWhere stories live. Discover now