Chapter 9 - Keberuntungan yg Hakiki

2K 122 5
                                    

"Eun Ra?" Tanya seorang sambil mengetuk pintu kamarku.

"Ne. Young Jae Oppa ada apa?" Tanyaku.

"Kenapa matamu sangat sipit seperti itu dan juga apa yang salah dengan pipimu itu kenapa merah sekali? Apa kau kedinginan?" Tanya kakakku khawatir. Ini pasti gara-gara yang kemarin. Karena hal itu aku tidak bisa tidur, jantungku berdegup kencang. Aku tak pernah menduga hal ini terjadi benar-benar tak menduga. Aku masih belum bisa melupakan ciuman singkat Oppa tampan itu.

"Tidak Oppa, aku tidak sedang sakit. Ada apa?" Tanyaku sembari tersenyum mengingat kejadian kemarin.

"Apa kau gila? Kenapa senyum-senyum sendiri seperti itu? Ah sudahlah itu tidak penting. Aku ada sesuatu untukmu." Katanya misterius. Sesuatu? Ulang tahunku bahkan masih 6 bulan.

"Apa itu?" Tanyaku dengan malas.

"Apa itu?" Tanyaku dengan malas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Neoreul wihaeseo. Ini tiket fast track. Sebenarnya ini punya anaknya temen kakak tapi gara-gara anaknya ujian yaudah kakak beli aja daripada kagak dipake." Katanya tiba-tiba sambil memberikan sebuah kertas. Setelah kulihat, yaampun. Aku langsung menangis dan memeluk kakakku tersayang ini.

"Oppa, terima kasih. Aku benar-benar berterima kasih. Jeongmal Kamsahamnida." Kataku diikuti dengan tangis bahagia. Aku benar-benar tak menyangka ini akan terjadi. Benar-benar seperti mimpi. Aku bisa dapat tempat paling depan gara-gara fast track ini, OMO. Aku bahkan tak bisa mengkhayalkan berapa harga untuk satu tiket ini.

"Aish kau ini tak usah menangis seperti itu. Besok kamu sudah berangkat ke Hong Kong. Oppa akan ikut ke sana namun Oppa tak dapat ikut menonton konser bersamamu. Aku hanya tak mau adik tersayangku ini tak memiliki teman di sana. Oppa juga mengajak nenek. Kamu harusnya senang bukan menangis seperti ini. Aigoo bayi kecil nenek sudah tumbuh dewasa sekarang." Kata kakakku sambil mengelus rambutku serta tertawa bersama nenek yang melihatku kegirangan.

Benar-benar tak bisa berkata apa-apa lagi, tentang kejadian kemarin yang secara tiba-tiba itu, dan sekarang? Sepertinya aku akan betah berada di Korea sekarang. Oppa tunggu aku 2 hari lagi.

"Yasudah cepat packing dulu barang-barang yang mau kau bawa. Pesawat kita akan berangkat besok jam 8 kau harus bersiap-siap." Katanya.

"Ne Oppa. Terima kasih banyak." Kataku sembari mencium pipi kakak tersayangku ini.

Sampai kamar, aku tak bisa berpikir jernih. Yang aku lakukan hanya loncat ke sana kemari, mencium tiket, mencari army bomb yang dibelikan oleh Anisa. Ah iya aku baru ingat, Anisa.

Calling

"Halo?" Salamnya.

Sekitar satu jam sudah aku berbicara dengan Anisa mengenai hal yang aku alami selama 3 hari pertamaku di Korea. Dia bilang aku seperti memenangi lotre mingguan dengan hadiah miliaran rupiah. Dia memiliki niat untuk pindah ke Korea namun dia sudah terlanjur diterima di salah satu universitas paling bergengsi di Indonesia. Katanya dia iri denganku yang memiliki kakak sebaik Young Jae Oppa. Sudahlah cukupkan sampai disini saja membahas tentang hal ini. Aku harus segera memasukkan barang-barangku.

BLOOD, SWEAT, AND TEARWhere stories live. Discover now