Chapter 2 : Tania itu Anggun

42 7 12
                                    

"Gue tahu, Ri."

Suara Bianca menggaung di ruang UKS.

Gue tahu, Ri. Gue tahu. Gue. Tahu.

Darimana dia tahu?

"Lo... Bianca, bukan tahu."

Bianca tertawa anggun ala konglomerat.

Kalau kalian mencari orang yang pandai mengalihkan fokus lawan bicara, maka Ariel-lah orangnya.

"G-gue minta maaf, nggak seharusnya gue sembunyiin itu dari lo," Mata Ariel menatap nanar Bianca.

"Apaan, sih? Yang sakit sebenernya kaki atau otak lo?"

Ariel bingung. Darimana juga Bianca tahu dia disini? Tania atau Mira?

"Jadi sekarang lo lagi PDKT sama Alvin? Apa udah jadian? Makanya lo ngerasa bersalah karena nggak ngasih tahu gue?"

Ariel semakin bingung.

"Alvin?"

"Dasar aneh. Dia nitip ini ke gue. Dia dipanggil guru tadi makanya nggak bisa ngasih langsung." Bianca menjelaskan dan menyodorkan cokelat dari Alvin.

Mungkin Alvin yang nabrak gue tadi, pikir Ariel.

"Makasih, tapi dia bukan pacar gue."

"Terus cokelat ini?"

"Bukan apa-apa."

Bianca tetap menanyakan banyak hal padanya sambil membantu meneteskan povidine-iodine pada luka Ariel. Ariel terpaksa menjelaskan sambil menahan perih dikakinya. Aneh, biasanya Bianca tidak sepenasaran ini.

Lima menit sebelum bel masuk berbunyi, mereka berdua bergegas meninggalkan ruang UKS.

Kok kayak ada yang kurang, ya? batin Ariel.

"Ah! Astaga, tas gue ketinggalan." ucapnya sambil menepok jidat.

"Yaudah sana ambil. Gue duluan. Bentar lagi bel dan gue nggak mau kena omel guru," balas Bianca cepat lalu meninggalkan Ariel.

Namun saat Ariel berbalik, seseorang menyandungnya. Membuat kakinya—yang bahkan belum sembuh—semakin sakit. Tunggu, seseorang ini membawa komplotan dengan tangan bersedekap di dada.

Mereka pikir mereka girlband?

Benar-benar menyulut emosi Ariel.

"Apa-apaan, sih?" omel Ariel.

"Jadi anak baru nggak usah belagu lo!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi anak baru nggak usah belagu lo!"

"Jangan sok iye deh, lo bahkan nggak selevel sama kita,"

"Lo harus tahu, kalo kita itu... irreplaceable."

Dan masih banyak lagi.

Motley (1) : Le GagnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang