8. Pertemuan-pertemuan kecil

14.8K 1K 14
                                    

"Destity ; We call it accidental meeting"

.

.

.

Enjoy reading

____

Hanaya mengulang hafalan Alqurannya beberapa kali sebelum meneruskan ke ayat berikutnya. Mengulang ayat pertama sebanyak 20 ka li, ayat kedua 20 kali, ayat ketiga, keempat dan kelima juga masing-masing 20 kali. Setelah itu, mengulang lagi mulai dari ayat pertama sampai ayat kelima sebanyak 20 kali. Itu semua membuat Hanaya kelelahan. Tapi demi masa depannya bersama seorang hafiz, rasa lelah itu tidak ada apa-apanya. Ia merasa harus bergegas mempersiapkan masa depan. Jangan sampai masa depan itu hancur hanya karena dirinya tak kunjung mau berubah.

"Alhamdulillah, Hana. Kamu udah hafal juz 30 hanya dalam dua minggu. Yang harusnya, kan, sesuai perjanjian baru setengahnya. Langsung lanjut juz 29, ya?" kata Kak Satin usai menyimak hafalan Hanaya.

"Ini aku udah hafal Al-Mulk dan Al-Qalam. Boleh disetor sekarang, Kak?"

"Nggak usah dulu. Saya percaya, kok, sama kamu," ujarnya sambil tersenyum lebar, "Tapi, kok bisa, sih?"

"Ye... kok nanya gitu, Kak? Ya pastinya karena rida dan kasih sayangnya Allah. Ditambah 'the power of mengejar jodoh', Kak. Tapi, Kak, kadang cara menghafalku masih sering terbalik-balik dan biasanya lupa satu ayat. Belum lancar banget, masih suka lupa. Aku pasti nggak bisa hafal kalau bukan dari awal dulu," keluhnya.

"Menghafal Alquran itu harus seperti menghafal perkalian. Yang jika ditanya 5x7, harus langsung jawab 35. Sama seperti hafalan Alquran, kalau ditanya bunyi surah An-Naba ayat 31, harus langsung jawab inna lilmuttaqiina mafaazaa. Jadi tipsnya, sembari menghafal ayatnya, hafal juga nomor ayatnya. Jadi, walaupun menghafal mundur, atau dari tengah, insyaallah kita pasti bisa."

"The power of mengejar jodoh? Apa maksudnya di bagian itu?" tanya Kak Satin sambil tersenyum-senyum menggoda, "Memangnya kamu mau jodoh yang seperti apa, Hana?" lanjutnya.

"Hana mau jodoh hafiz, Kak. Hana sedang mempersiapkan dan memantaskan diri untuknya. Makanya, jadi semangat mengafal Alquran," jujur Hanaya penuh semangat.

"Masyaallah! Bagus itu, Hana. Tapi dijadikan motivasi aja, ya? Jangan dijadikan niat! Menghafal Alquran harus murni diniatkan karena Allah. Jodoh hafiz hanya sebagai motivasi, dan kalau terkabul, itu hadiah. Berharaplah sama Allah, karena berharap sama manusia hanya akan berbuah kecewa. Takutnya nanti kamu kecewa jika jodohmu bukan seorang hafiz, dan kamu tidak mau lagi menghafal Alquran."

"Loh, Kak? Bukannya Allah akan memberikan jodoh yang sesuai dengan cerminan diri kita? Jadi kalau kita hafizah, sudah tentu kita akan berjodoh dengan hafiz. Bukannya itu janji Allah?" Hanaya mengerutkan kening, kurang setuju dengan Kak Satin.

"Kadang Allah menguji kita dengan keinginan terbesar kita, Hana. Mungkin nanti Dia akan menguji kamu dengan keinginan kamu itu. Dia menguji hamba-Nya untuk sekadar tahu kesanggupan dan keikhlasannya menerima ketetapan Allah. Dari situlah akan terbukti niat kita sebenarnya untuk apa. Untuk Allah semata atau untuk yang lainnya. Sebelum itu terjadi, perbaiki niat terlebih dahulu!"

"Huft ... lalu, Kak, gimana dong? Hana berjuang sekarang ini untuk memperbaiki masa depan Hana. Hana maunya dapat jodoh hafiz yang bisa membimbing Hana. Hana nggak mau dapat jodoh yang tidak bisa membimbing. Parahnya lagi kalau Hana dulu yang harus membimbing dia. Kan terbalik. Hana nggak mau! Titik!"

Kak Satin terkekeh melihat tingkah Hanaya yang kekanak-kanakan.

"Jangan ragu sama Allah, Hana! Dia bisa melakukan segalanya. Mantapkan niat kamu hanya untuk Allah. Kalau sudah begitu, kamu minta berapa hafiz pun dikasih sama Allah. Cintai Alquran karena Allah, maka Allah akan mencintaimu. Minta hafiz sebagai hadiahnya."

Mengejar Hafiz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang