9. Jackpot!

14.9K 983 4
                                    

Enjoy Reading...

_____

Pintu rumah Hanaya digedor dan tidak ada yang kunjung membukanya. Hanaya turun dari kamarnya dengan malas. Ia masih kesal dengan Ahzan dan semua kelakuannya. Ia tidak tahu bagaimana caranya Ahzan bisa sampai di panggung Fedorov, padahal tidak sembarangan orang yang bisa naik ke sana. Sekarang Hanaya bekerja ekstra untuk menebak-nebak siapa saja anak-anak Famsi yang sudah kenal dengannya. Menyebalkan! Padahal ia mesti mempelajari kembali isi proposalnya. Ujian sudah dekat dan ia masih sibuk memikirkan Ahzan si autis itu.

"Hasyam...!" seru Hanaya begitu membuka pintu dan dijumpainya seorang lelaki. Dengan mata berbinar, Hanaya menghambur pada laki-laki itu yang tersenyum sambil merentangkan tangan. Setelah beberapa saat ia melepas pelukan itu dan menelisik Hasyam mulai ujung kaki sampai ujung rambutnya yang agak panjang.

"Ini cuma perasaan gue aja atau gimana, yah? Lo ketinggian, deh!" ujar Hanaya sambil mendongak, "Perasaan, makanan di pesantren hambar-hambar, deh, Dek. Kok bisa badan sejahtera gitu?"

"Bukan cuma makanan yang bisa buat body oke, Kak. Tapi juga jiwa yang bahagia," ujarnya mantap.

"Hm ... Sok bijak ... sok bijak! Eh, tengil! Kok nggak bilang-bilang mau pulang? Kan, gue bisa jemput."

"Ye ... orang gue dijemput Kak Harafa. Kak Harafa memang the best dibanding Kak Hanaya," katanya sambil tertawa memperlihatkan gigi gingsulnya.

"Ye... malah dibanding-bandingin. Kak Harafa mana?"

"Garasi," jawab Hasyam, "Eh, Kak, percaya nggak? Gue yang nyetir loh, dari Tangerang sampai sini."

Hanaya ingin membantah, tapi kemudian Kak Harafa bersama keluarga kecilnya muncul. Mas Alif, suami Kak Harafa, dan si kembar Saluna dan Saliya. Betapa rindunya Hanaya pada mereka.

"Hana, kamu makin beda sekarang," ucap Mas Alif.

"Beda apanya, Mas? Lebih cantik dari Kak Harafa? Hahaha...."

Mas Alif dan Kak Harafa hanya tertawa melihat tingkat kepedean Hanaya yang sudah tidak tertolong lagi.

"Iya, Dek, kamu makin cantik. Kirain foto jilbab syar'i cuma buat foto endorse di Instagram. Tau-taunya udah pake beneran," tambah Kak Harafa membuat Hanaya bersemu malu.

"Ih, jilbab Hana masih standar, kok, Kak," kata Hanaya mengelak sambil mengamati penampilan kakaknya yang terlihat seperti dirinya dalam versi syar'i.

"Nggak apa-apa. Berjilbab seperti itu juga udah syukur banget, Han. Yang penting tetap santun," ujar Kak Harafa didukung dengan anggukan dari Mas Alif.

Mas Alif adalah seorang dokter ganteng. Dulu ia satu fakultas dengan Kak Harafa. Dan saat perayaan kelulusan Kak Harafa, di mana semua anggota keluarga berkumpul, ia datang melamar Kak Harafa. Padahal Kak Harafa bilang mereka tidak saling kenal. Mas Alif bilang, dia hanya pernah melihat Kak Harafa saat mereka tergabung dalam sebuah acara amal dan dia langsung jatuh hati. Wuih! Sudah gentle, seorang dokter, agamanya bagus, ganteng pula. Spesies imam yang sempurna! Hanaya juga berharap bisa mendapatkan seseorang yang seperti Mas Alif. Pilihannya untuk berjodoh dengan seorang hafiz semoga tidak melenceng dari karakter Mas Alif, malah justru lebih baik.

Papa ditemani Saliya di pangkuannya berbincang-bincang hangat dengan Mas Alif seputar bisnis dan all about man. Sementara Hanaya dan Hasyam memperebutkan Saluna untuk dibuat menangis. Jihan dan Kak Harafa juga sedang ngobrol banyak.

'Ting... tung...'

Bel pintu berbunyi lagi. Semua orang menebak-nebak siapa yang datang. Hanaya menyerahkan Saluna pada Hasyam, lalu bergegas membuka pintu.

Mengejar Hafiz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang