7. Ahzan si jambret

15.8K 1.1K 9
                                    

"Setiap orang punya topeng. Dan semua orang tentu punya pilihan untuk menggunakannya atau tidak.

.

.

.

Happy Reading

____

Hanaya berjalan cepat menuju masjid di mana Nabila menunggu. Ia terlambat satu jam karena insiden itu. Ia dijambret sebelum menyumbangkan uang itu ke acara amal. Ia juga tak habis pikir bahwa Ahzan yang melakukannya.

Hanaya bergabung dengan Nabila dan beberapa teman yang sudah duduk melingkar sambil berbincang-bincang. Mereka semua memegang mushafnya masing-masing. Tapi pikiran Hanaya masih tentang Ahzan. Bagaimana mungkin mata sebening berlian milik Ahzan bisa berlaku jahat seperti itu?

"Hana, kamu ada pikiran, ya? Dikeluarin dulu, gih! Pembelajaran kita tidak akan kamu pahami kalau ada sesuatu yang mengganjal di pikiranmu," ucap Kak Satin menyela bacaan Hanaya. Ia sedang mentoring hafalan Hanaya setelah diskusi itu. Ia memperhatikan wajah Hanaya dengan saksama. Hanaya menghela napas panjang, kemudian menatap Kak Satin yang tersenyum teduh, menunggu.

"Kak, kira-kira gimana sikap kita seharusnya? Kita punya kenalan yang hidupnya hancur dan jauh dari agama. Dia udah nggak takut berbuat kriminal. Tapi sebenarnya aku yakin dia orang baik."

Kak Satin berpikir sejenak.

"Hal pertama yang harus kamu lakukan, jangan menghakimi dulu sebelum melihat langsung. Kalaupun kamu sudah melihatnya, tetaplah bersikap seperti biasa! Jangan menghardiknya, apalagi di depan banyak orang! Lalu, perlahan kamu dekati dia, cari tahu apa masalahnya! Mungkin dia punya masalah keluarga atau yang lainnya. Semua masalah itu ada sebab-akibat dan solusinya. Allah tidak mungkin menciptakan masalah tanpa solusi," tutur Kak Satin.

"Jadi, Kak, kita harus bersikap seolah-olah tidak tahu apa-apa?"

"Nasihati dia pelan-pelan dengan kelembutan. Arahkan dia untuk meninggalkan keburukannya itu, lalu tunjukkan bahwa Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang," jawab Kak Satin, "Dia perlu dikembalikan ke jalan yang benar. Dia hanya tersesat pada akalnya, sementara hatinya masih bisa ditarik untuk dekat dengan Allah." Kalimat Kak Satin benar-benar membuat Hanaya jauh lebih tenang. Ia tidak perlu takut. Sebaliknya, ia ingin membantu Ahzan keluar dari masalahnya.

Hanaya meneruskan kembali bacaannya. Sesekali Kak Satin memperbaiki makhraj yang masih sering keseleo. Hari itu Kak Satin menugaskan Hanaya menghafal juz 30 dan harus setor beberapa ayat per hari. Kalau tidak sempat bertemu, bisa lewat video call. Katanya, cara itu cukup efektif agar tidak bermalas-malasan menghafal.

***

Anak band dari Famsi yang beranggotakan Fian, Rado dan Ale akan tampil di acara amal yang diselenggarakan oleh MM-USAKTI (Masyarakat Mahasiswa Universitas Trisakti). Setelah salat Asar berjemaah di masjid kampus, Hanaya langsung berangkat ke lokasi. Ia sempat mengajak Nabila dan Kak Satin, tapi mereka ada kegiatan lain di komunitasnya. Hanaya juga tidak bisa ikut di kegiatan mereka kali ini. Selain anggota Famsi, ia juga bagian dari MM-USAKTI. Jadi ia wajib hadir di acara amal.

Halaman depan kampus sudah sangat ramai. MM-USAKTI adalah induk dari semua organisasi intra kampus. Maka para anggota organisasi seuniversitas pun tumpah ruah di sana. Acara amal bertema "Yang Muda yang Berbagi" ini adalah acara tahunan. Banyak pengusaha muda yang berpartisipasi, ditambah sejumlah media yang meliput kegiatan.

Para panitia sangat sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Panggung dan tenda sudah disediakan, termasuk stan makanan ringan dan minuman. Sudah banyak anak panti dan aktivis LSM yang memenuhi kursi-kursi. Para petinggi kampus, beberapa dosen yang menjadi penanggung jawab, donatur, undangan, dan mitra juga mulai berdatangan.

Mengejar Hafiz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang