PROLOG 4 - OSIS

29 2 0
                                    

-2008-

Senin, 22 September 2008

Sudah satu minggu aku hampir tidak bisa tidur. Kurasa efek kasmaran ini akan berlangsung lama. Akhir-akhir ini baru ku tahu kalau Era. Eh, Kak Era adalah ketua OSIS dan gara-gara meminjamkan payung itu dia jadi sakit keesokan hari nya. Rasa bersalah menyelimuti ku. Ah, bagaimana ini?

"Dit, kamu kenapa? Kok lesu gitu? Lagi sakit?" tanya Fitri tiba-tiba.

"Eh, nggak kok. Nggak papa." jawab ku gugup.

Entahlah, duduk bersama Fitri membuat ku semakin kaku dan gugup. Fitri memiliki banyak teman. Terkadang teman-teman nya mengerubungi tempat duduk kami. Tidak. Bukan menemui aku. Tapi, Fitri.

"Dit, kamu udah ngisi formulir ekskul belum? Kamu mau ikut ekskul apa?" tanya Fitri antusias. Dia memperlihatkan formulirnya. Paduan suara. Tak heran suara Fitri sangat merdu dan khas.

Ah, aku jadi bingung mau ikut ekskul apa. Selama ini aku tidak pernah bergabung di ekskul manapun.

"Ikut padus aja sama aku" ajak Fitri.

Aku menggelengkan kepala. Tidak. Aku tidak pandai bernyanyi. Berbicara di depan orang aja nggak bisa apalagi nyanyi. No way! Dan lagi aku tidak tahu tentang musik. Tiba-tiba wajah Kak Era melintas di benak ku. Apa aku gabung osis aja ya? Sepertinya tidak sulit dan punya banyak kegiatan.

"Kayaknya aku pengen gabung osis."

"Wow! Serius? Kamu yakin nih?"

"Emang kenapa?"

Ada apa? Kenapa dia meragukan ku? Apa karena aku sedikit pendiam? Eh, tidak. Banyak.

"Oh, nggak papa kok. Osis itu banyak banget kegiatan nya. Aku cuman khawatir kalau kamu nanti ketinggalan pelajaran sekolah. Dulu aku pernah ikut osis. Repotnya setengah mati." jelas Fitri.

Hmm, iya juga sih. Walau aku suka berpindah-pindah sekolah. Tapi, selama itu aku nggak pernah kesulitan dalam mengejar mata pelajaran. Yah, bukan mau sombong. Memang itu kenyataan nya. Terlebih disana ada Kak Era. Jadi, aku bisa mengenalnya lebih dekat.

Akhirnya, aku memutuskan untuk gabung ke osis. Harus bisa!


======


Jum'at, 26 September 2008


Aku berlari lagi. Hujan lagi. Hanya satu yang beda. Aku membawa payung kuning milik Kak Era. Sore ini, ada pertemuan perdana untuk anggota osis baru. Hujan rintik tak memadamkan semangat ku untuk berlari menuju gerbang sekolah.

"Ah, sampai juga!" seru ku sambil mengatur nafas. Ternyata capek juga berlari dari halte ke sekolah. Hahaha.

"Lho? Fitri?!" pekik ku terkejut melihat Fitri sedang bercakap akrab dengan seseorang.

Fitri melihat kearah ku. Dia juga sama terkejutnya dengan ku. Namun, sedetik kemudian dia tersenyum lebar menyapa ku. Kenapa dia bisa ada disini? Bukannya latihan padus itu di hari kamis? Apa dia ikut osis juga?

"Hei! Dita sini!"

Tanpa ragu aku menghampirinya bersama sosok pria yang membelakangi ku, sepertinya dia sedang sibuk berbicara dengan seseorang di balik ponselnya.

"Dit, ini kakak ketua kita. Kak Era."

Aku tertegun. Kak Era membalikkan badan nya dan tersenyum menatapku. Tolong, hentikan senyuman itu.

"Hei, kamu Fradita kan? Fitri udah cerita sama aku lho. Katanya kamu mau gabung osis. Wah, boleh banget tuh."

Aku bingung harus menanggapi seperti apa. Kayaknya, mereka berdua sudah akrab.

"Ngg, Fitri. Kamu ada latihan padus?" tanya ku.

Fitri mengerjapkan mata indahnya lalu tersenyum.

"Ah, iya aku lupa belum bilang sama kamu. Aku akhirnya daftar dua ekskul padus sama osis. Soalnya Kak Era maksa sih." jawabnya sambil menyikut lengan Kak Era.

Kenapa dia begitu?

"Ya habis kamu kan udah pengalaman Fit. Jadi nggak ada salahnya dong kalo sekarang ikut lagi. Ya nggak?"

"Hehehe. Ya udah yuk Dit kita masuk. Udah mau mulai nih kayaknya." ajak Fitri seraya menggandeng lengan ku.


Aku tersenyum tipis. Ugh, rasanya aku pengen pulang aja.

Love CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang