PROLOG 3 - KASMARAN

27 4 0
                                    

-2008-

15 September 2008

Tidak seperti kemarin hari. Senin ini cuaca sangat cerah. Beberapa murid laki-laki bermain sepak bola di lapangan. Sedangkan murid perempuan nampak asyik membaca novel roman dan berbincang di koridor.

Aku duduk diantara murid perempuan ikut mendengar cerita mereka tentang kakak kelas laki-laki yang populer. Ya, aku tahu mereka. Ada Joni, Desta dan Era. Jonivano adalah kapten basket bertubuh atletis dengan wajahnya sangat karismatik. Dia juga sangat supel dan memiliki banyak penggemar.

Desta Sutriono adalah atlet bela diri pencak silat di sekolah ini. Dia menuruni bakat bela dari dari ayahnya yang seorang pelatih pencak silat nasional. Sebenarnya jika dibandingkan dengan Joni dia tidak terlalu tampan. Tapi, sikapnya yang sangat berani dan agak bandel dinilai keren oleh para murid perempuan disini. Bagiku, itu adalah sikap ceroboh. Lebih baik diam daripada bertingkah dan menimbulkan masalah.

Biasanya dalam satu geng, kalau ada yang tampan dan populer lalu ada yang nakal dan ceroboh pasti ada yang menjadi penengah itu semua. Ya, dia adalah Era Gunawan. Namun, akhir-akhir ini aku tidak pernah melihatnya. Ada kabar yang menyebutkan bahwa Era sedang sakit. Dia adalah sang ketua OSIS yang tegas dan sangat pintar.

Semua murid perempuan kelas satu penasaran akan rupa dari ketua OSIS. Ya, aku pun begitu. Justru aku sangat penasaran ingin mengenal dirinya. Tapi, bagaimana kalau aku dianggap aneh dan malah menjadi bahan lelucon? Apalagi Era punya banyak penggemar. Mengingat itu membuat rasa percaya diriku kian menurun. Dibandingkan dengan yang lain aku tidak ada apa-apa nya.

"Wah, itu-itu ada Kak Era!" pekik seorang murid perempuan di sebelah ku yang aku lupa siapa namanya.

Sontak seluruh murid melihat ke gerombolan kakak kelas tampan yang berada di depan kelas mereka dan berjalan menuju kemari. Gaya berjalan mereka seperti model majalah fashion pria terkenal. Era berjalan di tengah diapit dengan Joni dan Desta yang berada di sisi kanan dan kiri.

Tunggu dulu! Payung kuning! Iya benar! Oh tidak! Gimana ini? Apakah dia mengingatku? Langkahnya semakin dekat. Era menatap ku. Nafasku tercekat. Apa dia tahu? Dia tersenyum. Apa? Tubuhku membeku.

"Hei, kamu adik kelas yang nggak bawa payung itu kan?"

Tiba-tiba saja dia sudah dihadapan ku. Aku menatap wajah nya tanpa berkedip. Putih, bersih, mata bulat kecoklatan, dahi lebar, alis tebal, hidung mancung, bibir sedikit kecil dan rambut yang disisir rapi. Ah, tunggu dulu. Wangi parfum maskulin nya membuat ku merinding.

"Kok diem aja? Kamu nggak papa?" tanya Era membuyarkan lamunan ku.

Aku tersentak.

"Eh, ah. payung itu. Ngg,, aku akan mengembalikan nya. maaf."

Ini sangat memalukan. Kulihat ekspresinya sekilas. Dia tertawa pelan. Benarkan! Dia pasti menganggap aku ini aneh dan sangat aneh!

"Kenapa minta maaf? Kamu nggak salah kok. Salahin cuaca nya aja. Oh iya, nama aku Era. Nama kamu siapa?"

"Fradita. Panggil aja Dita."

"Oke. Kamu bisa simpan payung itu kok. Siapa tau nanti mendadak ujan. Aku pergi duluan ya."

Aku mengangguk pelan. Era berlalu menyusul dua teman nya yang sudah lebih dulu pergi. Jantung ku berdetak kencang. Tak bisa kusembunyikan wajah merah ku. Ah, apakah aku menyukainya? Atau ini adalah cinta?

Kurasa aku kasmaran.

Iya.



Kasmaran.


Berawal dari payung kuning dan sapaan hangat kala hujan di bulan September

Dia telah membuat aku.

Seorang gadis pemalu.

Jatuh kedalam lubang cinta.

Aku dirundung kasmaran tiada tara.

Kuharap ini cinta.

Tak berakhir begitu saja.

Ku ingin melangkah bersamanya.

Menuju hidup bahagia. Selamanya.




Love CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang