Senin, 20 Oktober 2017
Sudah tiga minggu aku mengikuti kegiatan OSIS. Sejauh ini, cukup membuat aku sibuk dengan kegiatan LDK beberapa hari yang lalu. Rasanya cukup menyenangkan dan menegangkan. Terlebih bagiku yang belum pernah mengikuti kegiatan sekolah sebelumnya.
Selama LDK hubungan aku dan Fitri semakin dekat. Walau tidak banyak yang berbicara denganku. Tapi, Fitri selalu saja menanyakan sesuatu atau berceletuk kepada ku. Pun begitu dengan Kak Era. Aku semakin yakin bahwa suatu hari Kak Era akan memandangku.
Aku berkutat dengan soal Fisika. Ujian tengah semester sebentar lagi. Karena tertinggal beberapa pertemuan makanya aku harus mengejar materi dan tidak bisa santai begitu saja. Di sebelah ku, Fitri sudah menyerah. Dia mencoret-coret buku menggambar grafitti. Aku hendak menegurnya. Tapi, tertahan kembali.
"Kenapa kamu ngeliatin aku terus?" tanya nya tiba-tiba.
"Nggak, nggak papa kok." jawabku tanpa memalingkan wajah ku.
Fitri menegakkan badannya lalu menatapku penuh selidik.
"Ayo jawab."
Aku menghela nafasku. "Iya deh, kita udah hampir UTS. Tapi, kamu malah santai-santai gitu bukannya belajar."
"Huahh.. Iya nih aku males banget. Nggak sanggup ngerjain soal fisika." keluhnya lalu menidurkan kepalanya diatas meja.
Aku memukul kepalanya dengan bolpen pelan. Fitri mengerang kesal.
"Dasar pemalas!" rutuk ku jahil kemudian berlari meninggalkannya.
"Hehh?? Berani ya.." serunya lalu bangkit dan berusaha mengejarku.
Kami berlari sepanjang koridor melewati murid-murid lalu menuruni tangga.
"Dita! Gue tangkep lo! Awas yaa.. hahaha"
Aku tertawa dan terus berlari menghindar dari Fitri. Tiba-tiba aku melihat Kak Era dan Kak Desta di ujung tangga. Karena terkejut, sontak aku menabrak mereka kemudian terjatuh. Akh! Sial!
"Astaga!! Dita! Kamu nggak papa? Lho? Kak Era?! Ya ampun.." pekik Fitri terkejut.
Aku bangkit dan melihat kedua kakak-kakak itu yang sedang berbaring meringis kesakitan dan berpelukan. Aku ingin tertawa tapi tidak sepatutnya tertawa. Ah, entalahnya ini lucu sekaligus menggelikan dan kasihan.
"Maafkan aku kak Era, kak Desta." ujar ku berusaha tidak tertawa.
"Ah nggak papa kok Dit. Desta, lo nggak papa?"
"Astaga! Kak Era!! Aduh, kakak nggak papa? Maaf ya kak.." tanya Fitri panik.
"Udah Fit, jangan berlebihan gitu. Aku nggak papa kok."
"Padahal aku udah bilang sama Dita. Jangan lari-lari di tangga. Tapi, dia tetep aja lari nggak mau dengerin. Maaf ya kak."
Apa? Kapan dia ngomong kayak gitu ke aku? Apa yang harus aku katakan? Tanpa berkata apapun aku berlari menaiki tangga menuju kelas. Akan lebih buruk kalau aku mengelak jadi lebih baik aku diam. Keesokkan harinya Fitri pindah duduk di sebelah Fani. Semenjak itu hubungan kami berubah. Pemilik senyuman mentari yang aku suka berubah. Dia adalah orang yang aku benci.
Sang Pencuri hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Crush
Teen Fiction-2008- Ku dengar cinta pertama tak kan bertahan lama. Tapi, tidak untukku. -2011- Walau dia telah pergi. Ini tetap cinta, aku tidak bisa melepaskannya. -2017- Dia akan jadi milikku. Seribu permohonan mu takkan menggoyahkan ku. Karena berjuta kali ka...