3; band

259 50 9
                                    

"Lo suka band?"

Anin menoleh. "Suka. Coldplay, The 1975, Blink-182, Seafret ―gue tau mereka duo tapi gue suka sama musik mereka. Apalagi suaranya Jack Sedman keren banget."

"Gue punya band di Australi." Luke memperlihatkan sebuah foto dirinya bersama ketiga temannya, "bukan band besar sih, tapi walaupun cuma ngisi di kafe-kafe, itu udah lebih dari cukup buat kita."

"Kalian punya lagu sendiri?" tanya Anin.

Luke mengangguk antusias kemudian melepas sebelah earphone-nya untuk dipasangkan di telinga kanan Anin. Kemudian tak lama, terdengar alunan musik bergenre pop rock.

"Judulnya Don't Stop." Luke memperlihatkan layar handphone-nya.

"Kalian udah rekaman?"

"Cuma dapur rekaman kecil punya temen. Kita terlalu excited waktu itu," kata Luke, bibirnya mengukir sebuah senyum.

"Kenapa gak nyoba promosiin ke produser rekaman aja? Lagu kalian bagus loh."

Senyum di bibir Luke menghilang, bahu lebarnya otomatis melorot lemas. "Gue belum siap terkenal. Lagipula ada restoran nenek yang harus gue kelola."

Anin mengangguk paham, mencoba mengerti bagaimana perasaan laki-laki di sampingnya. Ya, ketenaran dan hingar bingar. Memikirkannya saja sudah membuat kepala Anin merasa sakit.

Belum lagi konsekuensi adanya skandal yang harus mereka terima. Apalagi permainan drama yang membuat hati para fans tercabik-cabik.

"Tapi gue sama temen-temen selalu ngebayangin sih, gimana jadi band besar yang dikenal banyak orang. Lagu-lagu kita disukai dari semua kalangan," kata Luke, kedua matanya menerawang ke atas.

"Jalanin aja sesuai alur. Kalau Tuhan menghendaki, kalian bakalan sampai di titik itu," tutur Anin.

Luke menoleh. "Sejak kapan lo jadi alim gini?"

"Sejak dulu."

"Kok gue gak tau?"

"Luke, kita baru ketemu 2 jam yang lalu."

Luke terkekeh. Laki-laki itu kembali pada posisinya; bersandar di kursi seraya menerawang ke atas.

"Gue ada lagu."

"Lagu ciptaan lo sendiri?"

"Iya. Dan itu gue dedikasikan buat lo." Luke menatap mata Anin dalam-dalam, mencoba menembusnya, mencari sesuatu entah apa itu.

"Ntar kalo kita ditakdirkan buat ketemu lagi, gue bakal kasih lagu itu ke elo buat lo dengerin."

Dan saat itu, Anin yakin kalau ia dan laki-laki ini akan bertemu lagi entah itu disengaja atau tidak, entah itu kapan dan dimana.

Karena jauh di dalam lubuk hati Anin, ia ingin mendengar lagu ciptaan Luke yang didedikasikan untuknya.

++

so,

gak mau lebay apa gimana but

i have anxiety disorder

um, i think that's all hehe

pesawat • lrh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang