4. Keputusan Lusi

640 18 0
                                    

Setelah, berhari-hari tidak membahas mengenai keinginan Lusi yang ingin melanjutkan sekolah ke sebuah pesantren, ada teman ummi yang memberi informasi mengenai sekolah swasta yang ada didekat rumah.

Bayangkan, ketika teman2 sudah mempersiapkan untuk MOS disekolah barunya, aku masih belum tau akan masuk kesekolah mana. Sejak ummi tidak mengizinkan ku untuk pesantren aku sempat merasa bimbang, bahkan tidak dapat memilih akan aku bawa kemana masa depan ku nanti.

Aku sudah dipesankan selembar formulir dari sekolah tersebut. Aku sempat mengiyakan pilihan ummi, tapi setelah sholat ashar hati ini memberontak. Dan aku bicara dengan ummi yang kedua kalinya mengenai pendidikan ku selanjutnya. "Ummi, Lusi boleh minta permohonan ga, satu ajaa mii, plissss" pintaku dihadapan ummi yang sedang duduk diwarung sambil membungkus sambal untuk mie ayam. "Lusi mau minta apa?". Balasnya
" ummi Lusi ga mau masuk sekolah swasta tersebut, Lusi mohon ummi mengerti alasan Lusi". Kataku dengan menatap matanya "memang Lusi mau masuk sekolah mana? Ummi serahin sama Lusi aja mau pilih sekolah dimana didaerah sini. Tapikan formulir itu mubazir udah dibeli 50rb sama ummi". Katanya memastikan

Lusi memang anak yang perduli dengan pergaulannya, walaupun pada kenyataan dia anak yang mampu mempertahankan diri nya. Tapi Lusi hanya tidak ingin memiliki hambatan dalam pendidikannya, bahkan dia tidak ingin membuat ummi dan ayah kecewa klw sampai ada perubahan pada Lusi yang tidak mereka inginkan. Lusi adalah anak yang mudah menerima apapun karakter seorang teman, dia bukan tipe yang memilih-milih teman. Pendirian Lusi hanya satu, dia tau pergaulan sangat berpengaruh besar. Karena apa? Lusi ingat satu hal " Bahwa siapa yang berteman dengan tukang minyak wangi maka dia akan tertular wanginya, dan siapa yang berteman dengan tukang besi maka dia akan tertular juga baunya".

Sehari berlalu, sekolah pilihan Lusi pun diterima oleh ummi dan ayah, ayah mendaftarkan Lusi di sebuah SMP Negeri 9 Tangerang selatan yang ada didekat rumah. Lusi memulai langkah awalnya dengan niatan karena Allah Subhanahu Wata'ala. Sering berjalan waktu Lusi memiliki banyak teman, mereka sangat baik, bersahaja dan dapat menerima Lusi dengan sepenuh hati.

Kesedihan kembali Lusi dapatkan karena keinginan nya untuk mengenakan jilbab belum terwujudkan, Lusi tidak mengerti ketika Lusi mendapatkan giliran pembagian baju dari TU sekolah. Karena yang Lusi dapatkan sebuah kain yang belum berbentuk baju. Dan Lusi membalikannya ke petugas TU. Alhasil Lusi mendapat baju yang berlengan pendek. Lusi masih berfikir, "nanti masih bisa pakai manset biar bisa pakai kerudung". Kata dalam hati. Namun, apa yang Lusi bayangkan tidak dapat ia wujudkan. Banyak ketidakmungkinan yang menjadi penghambat untuk itu.

Lusi anak yang selalu percaya bahwa niat karena Allah akan Allah bantu dengan cara-Nya. Lusi tak pernah henti berdoa dalam setiap langkah hijrahnya memperbaiki pakaian yang baik sebagai muslimah sejati. Lusi selalu berdoa " Yaa Allah, Lusi ingin sekali memakai rok ketika dirumah, bukan celana ". Doanya ketika selesai sholat

Ya, memang saat ini proses hijrah Lusi masih terbilang baru 20%. Tapi Lusi tak pernah berfikir buruk akan niatnya yang baik itu. Lusi masih menggunakan jilbab pendek, celana bahkan belum punya satu buah rok sama sekali. Dan Lusi terus mempertahankan prosesnya sampai Allah mengabulkan doa2 Lusi.
••••

Jadikan bersyukur
Pendamping setia
_

Sahabat SesurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang