8. Kun Fayakun-Nya Allah

549 18 1
                                    

Sepulang sekolah, aku bergegas sholat ashar, dan tak pernah lupa untuk selalu berdoa kepada Allah agar mempermudah proses hijrah ku. Aku membentangkan tangan ku dan mengucap syukur kepada Allah atas kesehatan yang Allah berikan kepada ku hingga hari ini. Tak sadar aku meneteskan air mata ku. "Yaa Allah, Lusi selalu yakin jika engkau sudah berkehendak maka tidak ada yang tidak mungkin, hamba mohon yaarabb, beri kemudahan untuk segala hajat hamba mu ini, Aamiin Allahuma Aamiin ". Doa ku dengan segenap permohonan

Aku bersholawat sambil merapihkan mukena yang telah ku gunakan, Allah itu dekat. Bahkan lebih dekat dari urat nadi. Aku yakin Allah mendengar, dan aku juga yakin keputusan terbaiknya Allah.
Mungkin bukan saat ini Allah kabulkan, tapi nanti.

Hari kamis pun tiba, tugas ku sebagai seorang anak adalah berbakti dan menuntut ilmu. Jam pelajaran dimulai. Dua pelajaran telah berlalu. Bel  Istirahatpun berbunyi, aku langsung berlari kemushola untuk sholat dhuha. Karena aku belum lapar jadi aku lebih memilih untuk sholat dhuha terlebih dahulu. Temen-temen yang lain terlihat padat memenuhi kantin sekolah. Melihat kesumpekan disana aku membatalkan niat ku untuk kekantin. Dan memang waktunya tidak cukup jika aku harus ikut didalam kerumunan siswa-siswa dikantin. Pas ketika posisi ku didepan kelas bel masuk dibunyikan. Pelajaran ketiga adalah pelajaran bu Yusna. Kami memulai pelajaran dengan berdoa, seperti biasa tugas ku sebagau ketua kelas memimpin teman-teman yang lain untuk berdoa. Bu Yusna adalah guru matematika, entah kenapa, aku itu tidak suka matematika. Tapi klw bu Yusna yang menjelaskan aku pasti mengerti. Kami mencatat pelajaran hari ini. Lima belas menit sebelum jam pelajaran habis. Bu Yusna kembali memanggilku dan menyuruhku  kelas dengan kodenya. Akupun langsung bergegas menghadapnya.

Melihat bu Yusna yang berdiri dengan memegang sebuah kantong plastik hitam yang entah aku tidak tau didalamnya berisi apa, apa mungkin aku disuruh memberikan kantong itu kepada guru-guru lain ataupun siapa, aku tak mengerti.

"Sini Lusi, ". Ajaknya yang melihatku berjalan kearahnya

" Iya bu ". Balaku singkat

" Ini ibu mau kasih ini ke kamu, kamu coba yaa, nanti klw kebesaran bilang, soalnya ibu ajak anak ibu buat beli ini. Kayanya badan nya sama seperti kamu ". Jelasnya panjang yang belum aku mengerti sejak tadi

" Ini apa bu? ". Tanya ku yang masih belum tahu

" Itu baju putih lengan panjang buat Lusi, ibu mau Lusi sekolah pakai kerudung, dicoba dulu sana dikamar mandi". Katanya yang sama sekali tidak bisa kucerna dengan baik, melihat dia yang berucap dan mengeluarkan sebuah baju dari kantong plastik itu ternyata baju putih panjang. Tenggorokan ku terasa kering, aku menahan air mata yang hendak jatuh kepipi ku. Jantung ku sesak sekali, senyum indah yang aku berikan dihadapannya. Aku mengucapkan terimakasih dan langsung berlari sejadinya kekamar mandi sekolah.

Aku menangis menyaksikan kebaikan jasa seorang guru seperti beliau, aku langsung mencoba baju dari nya, air mata ku menetes tak teratur. Rasa haru bercampur senang menempati hati ku.

Seharusnya tanpa mencobanya terlebih dahulupun sudah membuatku bersyukur atas kun fayakun nya Allah hari ini. Allah kirimkan bu Yusna sebagai perantara terbaiknya, segala akan selalu ku pinta kepada Allah untuk wanita berhati mulia sepertinya. Semoga Allah senantiasa melindungi beliau dan segenap keluarganya dari marabahaya, Aamiin Allahuma Aamiin

Aku kembali berlari sekencang-kencangangnya. Anak tangga yang ku naiki memantulkan bunyi, masih terlihat dari kejauhan seorang wanita yang berdiri disana, mendengarku yang berlari kearahnya beliau mengok kearahku.

"Ibu, terimakasih banyak ya bu, terimakasih atas bajunya, terimakasih ibu baik banget ". Aku menagis dihadapannya

" Iya Lusi, samasama. Muat gaa bajunya ". Balasnya membuat suasana hati ku mereda

"Iya alhamdulillah muat bu, sekali lagi makasih banyak ya bu". Ucapku sambil mencium tangannya

" iya samasam Lusi, yasudah sekarang masuk belajar lagi sama teman-teman yang lain". Ucapnya sambil mengelus kepala ku dan tetap pada posisi senyum ahli surga-Nya

"Iya bu, terimakasih " ucap ku yang berjalan memasuki kelas

Pelajaran berlangsung dengan tentram. Hingga bel pulang dibunyikan.

Sepulang sekolah aku menceritakan semuanya kepada ummi, ummi yang mendengar cerita ku berucap syukur atas kebaikan seorang guru seperti bu Yusna, yang pahalanya tidak akan pernah putus.

Sekarang apa yang membuatku tidak percaya lagi bahwa kun fayakun-Nya Allah itu nyata, bahwa janji Allah itu pasti, bahwa Allah itu penyayang, Allah itu maha mendengar dan lebih dekat dari apapun. Aku sangat yakin itu.

Aku ingin menjadi seseorang yang bermanfaat untuk orang lain, seperti bu Yusna guru tanpa jasa didunia, tapi berjasa di surga-Nya Allah Subhanahu Wata'ala.
••••

Jadikan bersyukur
Pendamping setia
_

Sahabat SesurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang