7. Semester kedua

532 15 0
                                    

Mendapat musibah yang seperti ini membuat Lusi semakin mengerti, bahwa proses hijrah seseorang bukan hanya dengan memperbaiki cara perpakaian nya, tetapi juga dengan kesabaran nya.

Setelah 7 hari menjalani cek up luka jahitan ditangan Lusi, Ujian semester kedua pun telah menanti. Lusi mengerjakan soal dengan berdoa, semoga Allah memberikan yang terbaik, Lusi tak pernah meminta lebih. Lusi hanya memohon yang terbaik atas kehendak rabb-Nya. Allah Subhanahu Wata'ala.

Seminggu berlangsung, pembagian raport pun tiba. Lusi dan Ummi berangkat menuju sekolah dengan kendaraan motor. Setiap kali moment-moment tertentu disekoah Lusi manfaatkan untuk bisa memakai jilbabnya.

Ummi melihat masih terlalu banyak wali murid siswa yang menunggu giliran nya, ummi langsung memilih bangku belakang yang tinggal satu-satunya. Dua jam berlangsung kali ini giliran ummi dan aku yang berjalan menghampiri wali kelas ku itu, yang memiliki rawut wajah layaknya wanita muslimah berhati bijaksana, yang selalu sabar dalam berhijad memberi segala ilmu yang dimiliki nya, seseorang yang sangat aku kenang hingga akhir hayat ^_^

"Silahkan duduk bu,". Awalan dari tutur katanya yang menyambut kehadiran ummi didepannya

" Terimakasih bu". Balas ummi dengan senyumnya

"Lusi, Lusi. Manaa yaa, tunggu yaaa bu,". Sambil mencari lembar demi lembar raport dimejanya

" Nah, sudah ketemu. Ini dia rapot dan hasil ulangan Lusi disemester pertama, alhamdulillah cukup baik bu, Lusi juga menjalankan amanah dengan baik. Lusi cantik banget hari mengenakan jilbab". Ucapnya menjelaskan

Beliau memang belum pernah melihat Lusi memakai jilbab sebelum-sebelumnya.
" Alhamdulillah bu, terimakasih banyak. Alhamdulillah klw Lusi bisa menjaga amanah dengan baik, iyaa bu dia memang klw dirumah pakai kerudung, tapi disekolah belum. Karena waktu itu dapat bajunya lengan pendek bu". Jelas ummi panjang

"Ohh seperti itu bu, ya tidak apa klw mau memakai jilbab disekolah juga, bisa pakai mansetkan nantinya". Sarannya dengam senyum

"Iya bu, InsyaAllah sudah diniatkan". Jawabku menghadap beliau yang menatap wajahku

" Yasudah ya bu, saya pamit. Sekali lagi terimakasih karena telah mengajarkan Lusi dikelas". Pamit ummi dengan ucapan terimakasih nya

"Iyaa ibu, sama-sama. Lusi belajar terus dengan giat yaaa nak,". Pesannya menutup pertemuan kali ini

" Iya bu, terimakasih, Assalamualaikum ". Pamitku yang mulai meninggalkan tempat duduk

Akhirnya Aku dan ummi pun pulang. Kali ini aku menduduki peringkat ke-7. Yaa memang aku tidak terlalu jenius untuk masalah teori.

Lusi tak pernah henti berdoa untuk niatnya yang belum terlaksana, Lusi tetap mempertahankan apa yang ia niatkan. Sekarang Lusi sudah bisa menggunakan rok dirumah, tapi belum disekolah. Bahkan jilbab pun membelum melindungi kepalanya.

Lusi selalu menemani ummi belanja kepasar untuk keperluan dagang mie ayam, Lusu yang sangat sayang sama ummi, memperhatikan betul apa yang.ummi butuhkan. Saat sedang berjalan ingin membeli telur, disuatu gang kecil didalam pasar Ummi dan aku ketemu dengan Bu Yusna.
"Assalamualaikum, Bu". Sapa ku segera yang melihat nya

" Waalaikumussalam Lusi, Ibu ". Balasnya dan dengan senyum indah diwajahnya

"Iya bu, duluan yaa bu,". Pamitku

" Iya Lusi ". jawabnya yang terdengar samar karena kaki kami yang mulai melangkah

Memang baru kali ini bu Yusna ketemu dengan ku dipasar. Liburan baru tiga hari setelah pengambilan raport.

Membantu ummi dalam berdagang adalah cara ku untuk menghilangkan segala resah yang ada diotak ku. Aku menjadikan itu sebagai perbaikan emosi ku, karena kenapa? Saat bantu ummi diwarung aku harus bersikap ramah kepada pembeli meskipun dalam hati ku menangis. Melatih emosi itu tidak mudah, dan melatih kesabaran pun kita harus bisa.

Matahari kali ini sudah berada diposisi 20°C diatas permukaan bumi padahal baru jam 7 pagi, libur hari terakhir ini tak aku lupakan untuk selalu beribadah kepada Allah dan membantu ummi kembali belanja untuk keperluan jualan.

Entah apa yang membuat aku bertemu dengan bu Yusna, kamu saling menyapa satu sama lain. Masih dengan ditemani kain pelindung yang Allah berikan untuk ku. Walaupun dipasar panas, tapi hati ini tetap sejuk, sebab Allah yang menjamin kesejukkan itu.

Masuk sekolah sudah tiba, jam pelajaran pertama berlalu. Dan masuk jam pelajaran kedua, yaitu pelajaran bu Yusna wali kelas ku. Setelah mencatat yang telah beliau jelaskan keadaan kepas hening. Dan suara bu Yusna yang memanggilku membuat keheningan dan siswa lain menghentikan gerakan tangannya yang sedang fokus menulis.
"Lusi keluar dulu sebentar, ada yang ingin ibu bicarakan ". Ucapnya sambil berjalan membuat ku berfikir mungkin tentang kelas dan ada info terbaru dari kepala sekolah. Aku langsung menghampirinya yang berada didepan kelas.

" Iya bu, ada apa, ". Sapaku membuka percakapan kali ini

" Engga ada apa-apa, ibu mau tanya aja, memang Lusi setiap hari dirumah pakai kerudung? Terus kenapa disekolah belum juga pakai kerudung? ". Tanyanya yang seperti penasaran akan jawaban ku

" ohh iya bu, soalnya Lusi cuma punya seragamnya hanya baju pendek bu, belum punya yang panjangnya ". Jelasku

" Ohh,memang yang perlu panjang itu baju apa aja, sayang klw kamu gaa pakai kerudung disekolah, kamu cantik kalw pakai kerudung Lusi". Jelasnya memuji ku

"Iyaa banyak bu, hampir semuanya, nanti Lusi usahakan bu untuk memakai kerudung pakai manset juga bisa bu. Makasih ibu hehhe ". Jelasku membuatnya tersenyum

" Yasudah boleh masuk lagi". Perintahnya

Pelajaran sekolah hari ini selesai. Bel dibunyikan. Semua siswa keluar melewati gerbang secara bergantian. Dan akupun berjalan untuk pulang.
••••

Jadikan bersyukur
Pendamping setia
_

Sahabat SesurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang