Tujuan Dan Kebahagiaan

39 9 6
                                    

Waktu teruslah berjalan dan tak terasa  kita sudah kelas 6.
Pada kelas 6 ini, kita tidak boleh sering latihan. Karena  kita fokuskan pada belajar saja. Tapi, walaupun tidak latihan. Kami tetap berkumpul bersama.
Perangkat kelas yang baru masih kosong. Akan dilakukan pemilihan perangkat kelas pada 2 minggu kedepan. Entah apa yang ada di pikiranku, ini sudah kelas 6 namun aku belum mendapat kepercayaan sepenuhnya dari teman sekelasku. Kalau aku gagal menjadi ketua kelas,  maka aku akan gagal dalam tujuanku untuk dapat kepercayaan sepenuhnya dari teman-temanku. Sebagai bukti satu satunya adalah dengan terpilih menjadi ketua kelas. Ini adalah harapan terakhir ku. Asal kalian tau, ini bukanlah tujuan utamaku. Ini hanyalah sebagian saja. Tujuanku sebenarnya lebih dari ini.

"Murid murid, karena buku belum dibagikan.  Kalian tidak ada pelajaran. Gunakan waktu sebaik mungkin dengan melakukan aktivitas yang berguna!".

"Baik bu... " tapi kenyataannya berbeda dari yang ku perkirakan. Semua murid justru melakukan hal yang sebaliknya.

"Zakka, Zia. Ayo kita keluar, disini berisik". Ikhsan memanggil kami.

"Ada apa?" aku penasaran dengan apa yang akan dikatakan Ikhsan.

"Setelah kita ditinggal oleh sensei Hatsan, aku pernah dengar dia bilang pada saat kita sudah lulus ujian karate, pada tahun ini akan ada sensei baru yang mengajar di masing-masing team 1 sampai 7".

"Wah, benarkah? Kalau begitu kita seperti punya kakak sendiri. Karena gurunya khusus untuk kita".

"Yah, kita bisa berlatih lebih keras lagi". Namun, ekspresi Ikhsan saat mengatakan itu berubah. Senyumnya tiba-tiba pudar dari bibirnya.

"Ikhsan, ada apa. Kau yang mengetahuinya dahulu dan kau yang memberitahukan pada kami dengan senang. Kenapa tiba-tiba ekspresimu berubah?".

"E..ah masa. Aku senang kok". Aku melihat ada yang disembunyikan dari Ikhsan.

"Ikhsan, kau menyembunyikan sesuatu ya?" aku berterus terang padanya.

"Kalau memang kamu menyembunyikan sesuatu yang menjadi masalah, coba katakan pada kami".

Dia menjawab "Aku akan mengatakan pada kalian pada saat waktunya, sekarang aku akan menikmati kebahagiaan ku dengan kalian". Aku masih penasaran. Tapi karena dia berjanji akan mengatakannya, jadi aku tidak perlu khawatir.

Pada jam istirahat, aku dan teamku keliling sekolah dan melihat situasi sekitar. Sekolah kami tidak terlalu luas dan perbandingannya jauh dari sekarang. Mungkin karena hidup di zaman sebelum modern,alat komunikasi pun hanya sedikit. Sebagian besar daerah di luar sekitar sekolah hanya rumput ilalang. Uniknya lagi disini peraturan sekolah tidak terlalu ketat, gurunya pun masih terbatas. Tentu ada murid yang nakal, yang berbuat seenaknya.
Diasuatu tempat aku mendengar seseorang

THEY ARE MY FRIENDS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang