Bagian 6

54 9 2
                                    

Rumah Sakit Jiwa Nusantara Abadi.

Ya, rumah sakit jiwa. Anehkan mengapa Gray mengajak membolos tapi malah membawanya ketempat yang menurut Axela sedikit mengerikan. Ya mengerikan, karena yang Axela tahu didalam pasti banyak orang-orang sakit jiwa yang selalu bertingkah aneh dan sering berteriak-teriak tidak jelas seperti orang gila dikomplek rumahnya yang selalu membuatnya lari terbirit-birit jika bertemu dengan orang gila tersebut.

Selama 20 menit Axela menunggu Gray disini. Akhirnya cowok itu pun muncul juga tetapi dengan raut wajah yang tak terbaca.

Ada apa dengannya?

Bukankah tadi ia baik-baik saja?

"Udah?" Tanya Axela singkat dan Gray mengangguk sebagai jawaban lalu berjalan menuju mobilnya diikuti Axela dari belakang. "Mau kemana lagi?" Tanya Gray sesudah sampai didala mobil "Terserah lo aja. Tempat yang buat lo tenang aja," Axela memberi jeda pada ucapannya "Lo ngertikan maksud gue? Kayaknya lo lagi butuh ketenangan gitu deh hehehe." Tutur Axela disetujui oleh Gray.

'Tanya, enggak, tanya, enggak, tanya, enggak. Tanya nggak ya? Kalo gue tanya terus dia malah tersinggung sama gue gimana.' Batin Axela.

Tanpa Axela sadari, Gray memerhatikannya dengan bingung dan berdeham membuat cewek disebelahnya itu terlonjak kaget.

"Heh lo sakit?" Tanya Gray. "Ng-nggak gue sehat." Ucap Axela gugup diakhiri cengiran. "Hmm Gray gue boleh nanya nggak?" Tanya Axela "Ya elah nanya tinggal nanya Xel, ribet amat lo," Ucap Gray diakhiri kekehan kecil "Emang mau nanya apa sih?" Lanjut Gray "Eh nggak jadi deh, nanti aja nanya nya takut lo tiba-tiba ngerem mendadak kan bahaya." Ucap Axela membatalkan niatnya itu, karena ia masih ragu untuk bertanya siapa orang yang Gray jenguk dirumah sakit jiwa tadi.

Dan tangan Axela terulur untuk menyalakan radio mobil Gray. Karena ini masih pagi, kebanyakan siaran radio itu ya berita, berita, dan berita membuat Axela merasa bosan karena ia tak begitu suka mendengarkan berita. Terpaksa, sepanjang perjalanan menuju tempat yang dimaksud Gray, Axela mendengarkan berita.

*****

Tibalah mereka di sebuah apartemen, mereka berjalan menuju lift dan Gray menekan tombol paling atas apartemen tersebut. "Rooftop?" Ucap Axela sedikit bertanya "Ya." Ucap Gray diselingi anggukan. Setelah sampai rooftop apartemen Gray bisa merasakan ketenangan yang amat sangat. Perpaduan antara hembusan angin dan sinar mentari pagi kini menyambut mereka saat menginjakkan kaki dilantai rooftop itu.

Axela tersenyum kagum "Lo pinter milih tempat bagus ya, disini lebih enak dibanding rooftop sekolah, semua keliatan lebih jelas." Begitu puji Axela kepada Gray dengan mata yang berbinar.

"Disini tempat gue kalo lagi bosen, duduk disitu yuk." Ajak Gray menunjuk sofa empuk yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berdiri dan Axela berjalan mendahului Gray. Gray menghempaskan tubuhnya disofa dan memejamkan mata indahnya beberapa saat, sedangkan Axela masih setia berdiri memandangi hiruk pikuk Ibukota dari atas sini.

Seolah rasa penasarannya kembali muncul untuk mengetahui siapa orang yang Gray jenguk di rumah sakit jiwa tadi. Axela menghela napasnya dalam-dalam dan berbalik menuju sofa dan ikut duduk disamping cowok itu. "Yah dia tidur." Ucap Axela dengan nada kecewa setelah mengetahui cowok itu tertidur. Axela ikut bersandar pada sofa dan memejamkan matanya dan lantunan musik keluar dari mulutnya.

Your hand fits in mine like it's made just for me
But bear this mind it was meant to be
And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me

I know you've never loved the crinkles by your eyes when you smile
You've never loved your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I'll love them endlessly

I won't let these little things slip out of my mouth
But if I do, it's you, oh it's you, they add up to
I'm in love with you and all these little things

You can't go to bed without a cup of tea
Maybe that's the reason that you talk in your sleep
And all those conversations are the secrets that I keep
Though it makes no sense to me

Samar-samar Gray mendengar seseorang sedang bernyanyi hal itu membuat Gray terbangun dan menoleh kesebelah kiri mendapati Axela yang bernyanyi sambil memejamkan matanya.

I know you've never loved the sound of your voice on tape
You never want to know how much you weigh
You still have to squeeze into your jeans
But you're perfect to me

Gray memperhatikan Axela.

Gray menikmati alunan lagu yang Axela nyanyikan.

I won't let these little things slip out of my mouth
But if it's true, it's you, it's you, they add up to
I'm in love with you and all these little things

You never love yourself half as much as I love you
You'll never treat yourself right darling but I want you to
If I let you know, I'm here for you
Maybe you'll love yourself like I love you oh

I've just let these little things slip out of my mouth
Because it's you, oh it's you, it's you they add up to
And I'm in love with you (all these little things)
I won't let these little things slip out of my mouth
But if it's true, it's you, it's you they add up to
I'm in love with you, and all your little things

Entah sadar atau tidak Gray menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. "Suara lo bagus juga Xel." Puji Gray membuat Axela yang masih memejamkan matanya itu terbangun dan menoleh kesumber suara "Eh lo denger tadi bukannya lo tidur?" Tanya Axela hati-hati.

"Iya gue denger lagian gue juga nggak tidur cuma merem doang." Tutur Gray dan membuat pipi Axela memanas karena malu. Dengan cepat Axela menetralkan kondisinya saat ini. "Seharusnya lo tuh nggak usah ngedengerin." Ucap Axela.

"Gue punya kuping kok masa nggak gue pake nih kuping. Lagipula jarak gue duduk sama lo kan deket ya jelas gue dengerlah " Ucap Gray menjulurkan lidahnya ke arah Axela membuat gadis itu jengkel setengah mati. "Yaudah lo jauh-jauh sana." Usir Axela sebal melipat kedua tangannya di depan dada. Gray yang melihat raut wajah Axela cemberut seperti itu langsung tertawa geli.

"Ya ngambek nih ceritanya hahahahaha," Ledek Gray mengedipkan sebelah matanya membuat Axela bergidik jijik. "Uuu sini sini abang Gray peluk ya." Goda Gray.

 "Apasih lo, jijik tau nggak." Ucap Axela mengacak-ngacak rambut hitam tebal milik Gray. "Woi rambut gue berantakan ini. Rese lo ah." Omel Gray yang tak ingin rambutnya berantakan. "Bodo!" Ucap Axela ketus.

Axela mengeluarkan ponselnya, membuka kamera lalu ia berdiri menuju pagar pembatas dan memotret pemandangan kota Jakarta yang dikelilingi gedung-gedung pencakar langit itu.

"Wei gue laper nih, makan yuk." Ajak Gray membuat Axela menghentikan kegiatan memotretnya dengan segera cewek itu mengangguk sebagai jawaban. 

Halo kawan hehehe :D

Aku dateng lagi nih bawa kisahnya Axela dan Gray. 

Kalo suka jangan lupa vote ya, Oiya kritik dan saran nya nih aku perlu banget sebagai penulis baru oke oke. 

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Axela GrayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang