Belenggu Mata

51 4 0
                                    

"Bubu"

". . ."

"Bubu!"

Bugin menoleh padaku, matanya mengernyit dan bibirnya terkatup rapat. Melihat Bugin seperti itu perasaanku mengudara, karena Bugin tak pernah seperti itu. Maksudku... yah, seperti itu. Amarah.

"Oho.. Kulihat ada yang berbeda disini. Kau marah Bubu?"

Bugin yang sedang memahat gips menjawabku tanpa menoleh sedikitpun.
"Berhenti berguyon Bruno, lanjutkanlah pekerjaanmu."

"Apa maksudmu? kau sendiri mengerti bahwa tak ada guyonan dalam percakapan ini."

"Ya, aku mengerti Bruno."

Kubiarkan Bugin menyelesaikan pahatannya. Hari ini Bugin terlalu berbeda dari biasanya. Apa dia sebegitu bencinya dengan Ibu Odil?

Aku berani bertaruh dua puluh empat jam waktu tidurku, bahwa Bugin adalah satu-satunya perempuan dalam hidupku yang tak pernah mengeluarkan amarah lepas. Ia hanya akan menjadi dingin saat kesal.

Kini pertama kalinya ku lihat bugin dengan amarah yang cukup tajam. Ia mulai meletakan barangnya dengan hentakan, menutup lokernya dengan tenaga, dan jalannya menjadi berat.

"Bubu, ada apa sebenarnya?"
aku berusaha meringankan suaraku agar tak terdengar layaknya aku mencampuri urusannya.

". . ."

Melihat pekerjaan Bugin, amarahku entah mengapa memuncak.

"Bugin Astarex! Kau ini buat hidung atau kentang? Lihat baik baik, hidungnya miring! "

Seketika semua wajah dalam ruangan membelalak menatapku. Wajar saja, aku mulai membawa nama keluarga Bugin. Gawat, seharusnya aku berfikir sebelum berkata. Kulihat Bugin menundukan kepalanya dalam dalam.

Ah.. aku ini sungguh bodoh.

"Bubu, aku hanya.."

Bugin menoleh kearahku

"Tidak apa-apa Bruno, aku mengerti maksud baikmu." ucap Bugin sambil menepuk bahuku

"Tapi Bubu, aku.. "

"Ah, dan aku harap kau hilangkan ekspresi penyesalanmu, aku tahu kau tak bermaksud begitu." Bugin kembali menatapku dan tersenyum.

Lihat? Maksudku, seharusnya ia marah besar dan tamparan tidak cukup untuk membalas perbuatanku. Memikirkannya sajah sudah dapat membuatku gila, bagaiamana ia menekan emosinya.

Ah.. Benar juga.

Dari sekian banyak orang didunia ini, mengapa harus Bugin yang terlahir sebagai Astarex?

Mengapa harus Bugin?

***

The FogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang