.:HYPOCRITE (2):.
.:~maaf~:.
[Salshabilla Adriani POV]Hmm apa ini? Baunya nggak enak banget. Gue lalu perlahan memaksa untuk membuka mata,karena kelopak mataku itu sangatlah berat.
Perlahan gue melihat bayangan Aldi. Ck. Aldi?!, emang kita jodoh kali yak? Di sini pun sosoknya masih menghantuiku.
Gue lalu mengucek-ngucek mata. Eh? Tangan gue enggak di ikat gitu kek di pilem-pilem? Yah penculikannya enggak seru banget ih.
Eh Aldi enggak ilang? Berarti emang dia ada?. Gue pun lari tetapi langkahku terhenti karena kakiku begitu berat! Gue menengok ke bawah dan terkejut ketika mendapati sebuah rantai telah melilit kaki gue,dan anehnya kaki gue mulai mati rasa. Iya deh enggak papa, asal hati gue enggak mati rasa.*eaa.
"Oh sudah sadar ternyata kau!" Bentak seseorang dengan suara berat membuat gue menoleh ke asal suara itu. Buset! Besar banget badannya njir :'v. Pria itu memakai masker menutupi wajahnya,serta memakai kaos tangan, duh enak aja kalau dia mau bunuh gue, pasti sidik jarinya enggak terdeteksong. Bunda! Salsha takut di perkosa :'(.
Seketika itu kaki gue seperti lumpuh. Padahal 'kan tiap hari gue minta lumpuhkanlah ingatanku,bukan kaki gue. Gue pun perlahan terjatuh cantik dan terduduk tepat di depan Aldi yang terbaring tak sadarkan diri.
"Oh obatnya sudah bereaksi lebih cepat dari yang ku kira,"ejeknya memegang jenggot yang nyembul dari masker yang ia pakai. Gue takut banget njay! Bayangin jenggotnya aja lebat gitu apalagi bulu-bulu di bawah. Maksudnya bulu kaki guys. Xixixi.
Pria brewokan itu menghampiri gue dengan matanya yang seperti tersenyum. Jijay minta ampong deh!.
"Maukah kau menikmati malam ini bersamaku?"godanya yang kemudian berjongkok di depanku. Ih najis amat menikmati malam bersama dia, mending menikmati kue yang dosnya tertulis selamat menikmati.
"Emang ini udah malam?" Eh emang mulut sama begonya dengan otak sehingga mereka tak bisa berkoordinasi dulu.
"Udahlah cantik, lo udah tidur cukup lama."jawabnya mengedipkan mata kirinya. Bdw makasih udah bilang gue cantik, tanpa lo bilang gue juga udah tau keles.
Sekarang gue enggak boleh ngantuk. Gue enggak boleh lengah sedikit pun. Enggak boleh pasrah. Harus ada perlawanan. Toh kayaknya dia enggak bawa senjata. Fyuh. Eh gila! Baru aja legah dikit, dia bawa pisau lagi di kantungnya. Anjays deh.
"Kenapa mata lo melongoh ya lihat punyaku?" Godanya yang makin membuat gue jibang (jijik banget). Gue menaikan ujung bibir kanan gue tanda jijik. Wong gue lihat pisaunya bukan itunya, kek Aldi enggak punya aja. Lagian itu mah barang yang belum boleh gue punyai. Dasar!.
Bruukkk
"Lepasin!!!!"
Hmm pekikan itu kayaknya gue kenal deh. Gue dan om pun langsung menoleh ke suara itu. Buset! Itu Steffi. Kenapa dia kesini sih? Duh makin nambah masalah aja deh. KZL.
"Steffi!"teriakku membuat Steffi menoleh dan memandangku dengan mata berkaca-kaca uh tayang-tayang. Dan orang yang mendorongnya pun menatap gue.
"Salsha!"pekiknya sampai urat di leher kelihatan.
"Steffi!" Pekik gue lagi tak kalah drama banget.
"Salsha...!" Balasnya lagi sambil tangannya ingin menggapaiku.
"Steffi!" Tambah gue dengan bibir yang gue kerucutin.
"Salsha!!!" Steffi malah terisak.
"Huaa! Steffi!" Teriak gue dengan bibir yang gue getarkan semakinku buat-buat.
"Salshaaaa!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURE MY SUNSHINE
Humor"Youre my sunlight,"batin Aldi menatap Salsha. "Hmm nggak jadi deh, nanti aja." Sangkal Aldi. "Yaelah Di!"jawab Salsha bete. Aldi lalu tersenyum tak selebar joker dan mengangguk meski tak irama diskotak.