.:TERSESAT:.
.:~anjay~:.
[Alvaro Maldini Siregar POV]Gue dan Steffi sedang menunggu di ruang tunggu puskesmas. Bersyukur kami langsung mendapatkan klinik kesehatan ini, karena jujur saja, baik gue maupun Steffi enggak tahu daerah ini di mana. Nggak tahu deh sama Salsha, yakali dia pingsan padahal enggak di apa-apain.
"Keluarga Salsha?"tanya seorang dokter senior berdiri di ambang pintu sambil mencari-cari kami. "Saya dok!"teriak saya mengangkat tangan. Dokter itu lalu memberikan isyarat untuk mengikutinya.
"Lah Di? Kita 'kan bukan keluarganya Salsha, cuma sahabatnya doang,"ucap Steffi menarik baju gue. "Anjir. Udah masuk aja, anggap aja kita keluarganya,"bisik gue menarik baju gue sekaligus kembali melangkah.
Di dalam sebuah ruangan yang di bagi menjadi beberapa bilik dengan sampiran-sampiran terlihat di bilik tengah telah tertidur Salsha. Kami pun melangkah ke arah situ,yakali ke arah bapak-bapak yang lagi berak-berak di bilik kanan.
"Dek. Salsha begitu kecapean, tekanan darahnya begitu rendah. Beberapa jam lagi boleh di bawa ke rumah sakit,"terang dokter sambil menulis resep. "Nah! Ini obatnya, nanti bisa di beli di apotik, yakali di bengkel, hehe." Gue menganga mendengar penjelasan dokter yang enggak terlalu tua dan enggak terlalu muda. Mungkin dia udah tua tapi memakai cream lebih muda 10 tahun.
Dokter itu pamit lalu pergi keluar dan mungkin memanggil keluarga pasien yang lainnya lagi. Puskesmas ini begitu ramai karena mungkin menjadi pusat satu-satunya berobat masyarakat di sini.
Puuuttt
Hmmm. Fyuh. Hmm. Fyuh. Hmm "anjir! Stef! Lo kentut?"bentak gue ketika menyadari udara di sini begitu mematikan syaraf bulu-bulu hidung gue. "Enak aja! Badan gue masih syok ringan nih! Anus gue sampai enggak sanggup keluarin gas tau enggak lo!"jawab Steffi nyolot banget.
Oh iya,lupa. Di sebelah pan ada bapak-bapak diare. Gue buru-buru ngacir keluar dan di ikuti Steffi. Semoga aja Salsha enggak cium bau itu di alam mimpinya, kan enggak asik gitu di mimpinya lagi cium bunga trus harum semerbaknya berubah menjadi bau kentut.
"Ngapain keluar Di?"tanya Steffi datar. "Di dalem! Tadi bau kentut. Gue kehabisan oksigen nanti, entar tambah duit pengeluaran kalau gue pingsan,mana dompet gue menepis pula!" Eh kok gue jadi curhat yey.
"Masa sih?. Hmm bdw syukur deh dompet gue masih tebal,"ujar Steffi memukul kantongnya dan benar saja, dompetnya masih berada di dalam kantongnya. Yaudahlah, lain kali makannya si Steffi yang bayarin.
---
Salsha telah ciuman, eh siuman maksud we. Dia masih capek bicara katanya,padahal yang tadi lumpuh kakinya entahlah bisa naik ke bibirnya, bahaya kalau naik ke otak, otaknya yang udah bego bisa menjadi tolol dan membuat gue sebagai orang pintar kerepotan lagi.
"Di! Gue mau pulang! Kangen bunda!!!"tiba-tiba Salsha mewek merengek-rengek kek anak kecil. "Heish! Lo ini yak! Udah tenang aja, selama ada gue dan Steffi di sini, semuanya akan baik-baik aja,"ucap gue mengelus puncak kepala Salsha.
"Di! Kenapa juga malah gue pingsan! Gue 'kan suka gitu lemparin jerami, tong-tong, supaya kek di pilem eksyen gitu,"gerutu Salsha mengerucutkan bibirnya. Mungkin tenaganya untuk bicara udah full.
"Siapa yang suruh lo pingsan juga pe'a! Udah-udah, lo tuh bukannya bersyukur kalau selamat malah suka kembali kejadian yang tadi,"hibur gue yang mendekapnya berusaha membuatnya tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURE MY SUNSHINE
Humor"Youre my sunlight,"batin Aldi menatap Salsha. "Hmm nggak jadi deh, nanti aja." Sangkal Aldi. "Yaelah Di!"jawab Salsha bete. Aldi lalu tersenyum tak selebar joker dan mengangguk meski tak irama diskotak.