Bagian 5- Pain

1.8K 249 108
                                    

"Jika ingin membalas dendam, bersiaplah untuk menggali dua makam."

Ada sebuah pepatah Tiongkok kuno yang berarti dendam hanya akan membawamu kepada keburukan. Dan memang begitulah adanya, ketika kau membalas dendam kau harus menggali dua makam, satu makam untuk orang yang tertuju dan satunya untuk diri mu sendiri.

Ketika dendam sudah menguasai hati mu maka niscaya kebahagiaan takkan pernah datang menghampiri mu.

Seperti yang dialami Kyuhyun saat ini. Balas dendam hanya membawanya kepada keburukan. Bertahun-tahun, ia telah kehilangan sisi nuraninya.

Dendam dan amarah telah memakan sebagian hatinya. Meskipun semua tujuannya telah tercapai namun kini bukanya rasa puas atau pun bahagia yang datang melainkan hanya nestapa yang dapat ia rasakan.

Ia kehilangan akal lantaran tak sanggup lagi menampung segala perasaan yang berkecamuk dalam hatinya.

Kyuhyun terlalu tertekan...

Kyuhyun stress dan depresi...

Satu persatu kilasan peristiwa muncul di pikirannya. Pertengkaran orang tuanya, kematian mereka dan kakak perempuannya.

Belum lagi kilasan peristiwa tentang semua kejahatannya. Kebangkrutan keluarga Sungmin, kematian orang tua serta kakak lelaki gadis itu, semua penderitaan yang harus ia alami dan juga,

Putrinya...

"HANA"

Kyuhyun berteriak memanggil nama putrinya. Ia telah hilang akal, dari membanting semua barang di rumah, mencari kemana Hana dan Sungmin pergi.

"HANA" Pekik Kyuhyun lagi, saat tak mendapati mereka dimana pun.

Para maid hanya duduk mengerinyit, takut akan hal brutal yang Kyuhyun lakukan. Sementara dokter Kang yang tadinya di panggil untuk mengobati Hana, kini beralih berusaha untuk menenangkan Kyuhyun.

"HANA! DEMI TUHAN SUNGMIN KEMANA KAU MEMBAWA PUTRI KU!" pekiknya lagi.

.
.
.

"Hana sudah bangun?"

Keping matanya mengerjap saat mencium bau steril ruangan. Kepalanya ia toleh kan ke sumber suara sang ibu.

"Umma" panggilnya dengan suara parau.

"Nde, Malaikatnya umma sudah bangun. Apa ada yang sakit?"

Hana pun mengerinyit, masih mengerjapkan matanya. Gadis kecil berambut panjang itu lantas merasakan kaku dan kebas di kaki dan tangannya.

"Ssst, gwancanha. Hana sedang diobati dokter, ini namanya perban. Lukanya Hana di tutup pakai perban supaya cepat sembuh"

Setelah mendengar penjelasan sang ibu tak lantas membuat Hana mengerti. Ia hanya tahu jika perban yang membalut kaki dan tangannya kini membuatnya tak bisa bergerak dan menyentuh ibunya.

Hana jadi takut gelap...

"Umma"

Hana memanggil ibunya dengan suara gemetar. Gadis kecil lima tahun itu pun kini tak sanggup menahan air matanya.

"Hiks"

"Tidak, tidak, cantiknya umma kenapa menangis lagi hem. Kan ada umma disini. Coba sini umma lihat."
Sungmin pun merangkul Hana dan mengecupi wajahnya.

"Tidak boleh nangis, Hana akan cepat sembuh. Percaya pada umma" bujuknya lagi.

Namun memang dasarnya anak-anak. Ada banyak sekali ketakutan dalam pikirannya. Ditambah selama ini ia hanya mengandalkan indra perabanya untuk menyentuh dan merasakan apa pun di sekitarnya.

HANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang